renpuspita's reviews
1360 reviews

Lalu Semuanya Lenyap by Agatha Christie

Go to review page

dark mysterious slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

 Satu kata: EDAN

Dan, maaf budokwi, aku pinjem ini lama banget, ga kukembaliin - kembaliin pula *pentung*

Anyway, ini memang brilian untuk masanya, dan bahkan masih brilian sampai sekarang. Jadi tahu Kindaichi itu dapat idenya darimana, mengingat semua komiknya selalu memakai tema "pembunuhan di rumah/pulau/tempat" terpencil, dan karakternya selalu banyak (walau yang mati paling 3-4 orang). Beda dengan Conan yang kasusnya pendek - pendek. Yah, pada akhirnya Kindaichi emang jadi berasa monoton, karena kasus pembunuhannya sama terus, jarang ada selingan :D

Selain Kindaichi, terasa juga And Then There Were None ini menginspirasi Dexter. Karena alasan dari si pelaku, sedikit banyak mirip Dexter. To right the wrong.

Ini ga spoiler ya, tapi kalau kamu jeli, sebenarnya siapa pembunuhnya sudah bisa ketebak dari awal. Ada yang membedakan si pelaku ini dari 9 orang yang juga ikut terjebak dengannya di Pulau Negro. Dan yep, itu mulai dari awal banget lho, walau gw baru sadarnya menjelang akhir - akhir, hehehe. Plus, pelakunya juga orang yang paling "masuk akal". Kenapa gw bilang "masuk akal"? Karena gw ga mau terlalu spoiler :P.

Apa semuanya mati? Iya, semua tokohnya mati. 
Lalu siapa pelakunya? Jangan bilang hantu!
Engga lah, dikira ini Valak di Conjuring yang kena meme engga lucu itu :P

Jangan khawatir, And Then There Were None sama sekali engga ada unsur supranaturalnya. Sebaliknya, unsur psikologisnya sangat kental, dimana pelakunya benar - benar memainkan semua 10 karakter di buku ini bagai boneka marionette. Buku ini lumayan bikin parno juga. Selain karena sibuk menebak - nebak siapa sih pelaku sebenarnya, adegan Vera kena ganggang dan adegan saat tinggal tiga tokoh yang tersisa dan pada paranoid plus saling tuduh itu bikin megap - megap. 

Urutan kenapa terbunuhnya pun cukup unik, dan alasan kenapa dibunuh juga lagi - lagi mengingatkan gw sama Kindaichi (ya, Kindaichi emang sekarang terasa banget kalau terinspirasi dari novel ini). Menurut gw, ga berlebihan kalau buku ini dianggap masterpiece Agatha Christie, karena memang idenya sangat luar biasa!

Oh ya adaptasi And Then There Were None sangat banyak, bahkan film Indonesia pun kabarnya juga ada yang mengadaptasi buku ini dengan judul Pesantren Impian. Film Sabotage yang dibintangi Arnold suasanaseger juga loosely adapt this book. Mungkin yang paling baru adalah adaptasi BBC yang dibintangi oleh Aidan Turner dan Sam Neill (yang nonton Jurassic Park jaman jebot pasti kenal doski deh). Si Aidan jadi Phillip Lombard, dan ngehenya, pas baca review, di seri ini semacam ada getar - getar asmara antara Phillip dan Vera. Padahal di buku sama sekali engga ada lho ya! :( Yah, gw mau coba nonton ini, tentunya dengan lampu nyala, karena baca bukunya aja udah merinding :P.

PS: Terjemahannya too literary, terasa sangat patuh dengan naskah aslinya. Jadi emang berasa agak aneh pas bacanya dan tidak terbiasa
PSS: Buku Agatha Christie kedua yang kebaca setelah Ledakan Dendam yang dibaca pas SMA. Ada jarak 13 tahun pas bacanya *buka umur* XD 
Eldest - Yang Pertama by Christopher Paolini

Go to review page

adventurous challenging emotional fast-paced

5.0

Jadi teringat perjuangan buat baca Eldest ini. 
Dulu pas mau baca lanjutannya Eragon, ternyata baru aja masih fresh dari oven. Akhirnya setiap hati kerjaannya nerorin yang punya perpustakaan. Dialognya kira - kira gini :

Aku : Mas, Eldestnya sudah ada belum?
Mas Penjaga Perpustakaan (disingkat MPP) : Masih dipinjem tuh.
Aku : Terus aku kapan nih?
MPP : Dua kali giliran antri deh. Seminggu lagi balik yah

Akhirnya pulang, sedih gw :((...
Seminggu lagi..

Aku : Mas, Eldestnya?
MPP : masih dipinjem tuh.
Aku : Loh, kan aku udah indent pinjem
MPP : Ntar aku bilangin ke yang lagi pinjem, dibalikin besok sore kok.

Esok sorenya..

Aku : Mas..
MPP : (udah tau dy, aku cari apa). Belum balik bukunya
Aku : Ye, ga bisa. Kan katanya sore ini (ngotot)
MPP : Bentar deh, aku smsin dulu yang pinjem.
MPP pun ngeluarin hapenya, dan mulai SMS. Aku udah mulai naik darah...
MPP selesai sms, dan sudah dibales
MPP : Ntar malem ya kesini
Aku : Janji lo beneran.

Malemnya, mati lampu. PLN sialaaaaaaaaan X(. Tapi tetep nekad ngeluarin sepeda motor dan berangkat ke Perpus
Aku : Mas..
MPP : Belum.
Aku : @$#$%*&()&^
MPP : Tungguin bentaaar deh.

Aku pun mulai mondar mandir, mana perpusnya gelap pula (kan ceritanya mati lampu)
Selang beberapa menit kemudian
MPP : Nah akhirnya dateng juga
Aku : (pelototin yang abis pinjem Eldest)
MPP : Ini batas pinjemnya 3 hari ya
Aku : He? Buku tebel gini mana bisa 3 hari?
MPP : Kan yang antri banyak
Aku : Ya udah, ntar aku perpanjang lagi ..
MPP : Boleh, tapi cuma 1 kali perpanjang lo

Akhirnya aku pun sukses pinjem Eldest, dan pulang. Ternyata masih mati lampu. Akhirnya aku pun membaca Eldest ini gelap - gelap dengan bantuan lampu lilin [miris amat sih]. Dan lampunya baru nyala jam 12 malem [hammer]
Bisakah aku menyelesaikan ini dalam 3 hari? 
.
.
.

Ternyata bisa lho, wkwkwk

Sekarang ceritanya :D
Eldest ini secara gaya penulisan sudah lebih mature dari Eragon. Tentu saja bagian yang mirip LOTRnya masih ada, apalagi pas Eragon ada di Ellesmera. Tapi aku suka banget pas Eragon di sana. Magical banget gitu. Dan scene dia pas ngungkapin perasaannya sama Arya. Berbanding terbalik jelas sama Aragorn- Arwen, dimana Aragorn berusaha menolak perasaan Arwen karena memikirkan si Arwen, Eragon disini lebih mirip sama Eowyn yang harus menelan cintanya ke Aragorn. Duh kasian gw hehehe. Eragon yang masih 16an tahun itu ngungkapin perasaan buat cewe umur ratusan tahun dan ditolak, perasaannya pasti hancur =)).

Di Eldest ini POVnya dah ga cuma Eragon. Ada yang dari Roran sama Nuada juga. Roran yang berusaha mencari Katrina dan Nuada yang berusaha memantapkan posisinya di Varden.

Yang disuka dari Eldest ini endingnya yang berasa Star Wars banget!! Murtagh, duh, sayang banget kenapa harus dia siiih? Gw kan suka ama Murtagh! :(
Lagian si Gareth Hedlund keren banget pas jadi Murtagh (lha?) 
The Mask of Troy by David Gibbins

Go to review page

Did not finish book. Stopped at 21%.
 Setelah sekian lama ga DNF dan selalu ngeyel buat ga DNF, akhirnya memutuskan ah sudahlah, bodo amat :))

Walau dibilang kayak perpaduan antara Indiana Jones dan Dan Brown, nyatanya isi bukunya jauh lebih boring dibandingkan dengan kombinasi keduanya. Bahkan membandingkan buku ini dengan Indiana Jones dan Dan Brown itu udah bikin tersinggung. Like, bedanya sangat kentara kayak bumi dan langit. Buku ini berasa keriiing, keriiing banget, ga ada rasa bikin excitednya sama sekali. Paruh pertama begitu boring, berasa kayak baca buku teks.

Bahkan buku teks sejarah aja masih lebih menarik.

Ternyata Mask of Troy ini buku kelima dari petualangan Jack Howard, jadi gue juga ga tahu si Jack ini siapa selain arkeolog handal etc bla de bla. Tokoh - tokoh lain pun ga ngerti, X ini siapa, Y ini siapa, apa hubungannya dengan tokoh utama. Penjelasannya tentang Troya dengan paragraf berbelit2, walau penjabaran saat perang dunia 2 dengan setting holocaust cukup bikin tertarik dan trenyuh. Walau begitu, tetep aja ga bikin gue pengen lanjut. Udah gue diemin beberapa bulan dari akhir Mei dan baca buku lain pun, ternyata ga pengen lanjut lagi. Jadi ya sudahlah.

Untuk sebuah review DNF, ini udah lumayan panjang, wkwk. So, cukup sampai disini saja. Bukunya bakal gue kasihkan ke orang saja X)). 
Eragon by Christopher Paolini

Go to review page

adventurous hopeful fast-paced

4.0

Gw heran kenapa orang bule banyak yang rating 1 bintang. Kalo dipikir - pikir lagi, emang Eragon ini bagaikan Harry Potter meet Lord of The Rings. Tapi berhubung pas itu aku ga gitu ngeh, akhirnya yah cuek - cuek aja :P
Emang ternyata beneran kayak LOTR ya, such as :

- Eragon : Aragorn dengan sifat dan tampang seperti Frodo (tinggal di mix aja deh #hammer)
- Arya : perpaduan Arwen dan Eowyn (Arwen kan di LOTR ga terlalu terliat ass kickingnya)
- Brom : seperti Gandalf.
- Shade : kayak Saruman, maybe. Mungkin lebih tepatnya kayak Witch King of Angmar.
- Galbatorix : Sauron
Sayang ga ada kembarannya Gimli ma Legolas :))

Ada kurcacinya, elfnya. Tambahannya paling naga doang. 
Lah jelas buanget gitu miripnya, wkwkwkwkwk. 
Tapi waktu itu baca ini karena penasaran mau liat filmnya. Dan amazed pas tau Paolini bikin ini pas umurnya 15 tahun :O. Bukunya sih bagus, tapi filmnya bikin ilfeel beraaaaaaat.
Seandainya diremake, mau deh nonton lagi. 
Mistlefoe: A Mead Realm Tale by Kimberly Lemming

Go to review page

adventurous lighthearted relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

3.0

 The only downside maybe is the length of the story, because IMHO, too short.

Mistlefoe's happen after the event of "That Time I Got Drunk and Saved a Demon" (yeah, I know. Such a handful title). But, even you don't read the first, you still can catch up the story. I think this novella (or IMHO, more like novelette because its length) have many aspect that work. Sarcastic heroine and a suave hero who loved her, with more sarcastic talking sword called Alexis. It have Lemming trademark (if you have read her debut book) and actually the story pretty fun to read. It's just, I hope for more character development and more romance between Ruby and Lucca. Because, while fast romance is no stranger for me, I think their relationship moving too fast.

Although the content warning mention light BDSM, in my opinion, it's not BDSM per se, lol. But, still appreciate the warning since I know people mileage may varies. The sex scene is steamy and Lemming sure know what she's doing, but again, too short. I would love to read again about Ruby and Lucca in the future. Also, Alexis is a hoot. Like, who doesn't want a trash-talking sword that also didn't shy away to voice her perversion desire?

If you want to read a short romantic fantasy, Mistlefoe is worth to read, especially if you want to read it in one sitting. 
The Empty Grave - Makam Tanpa Penghuni by Jonathan Stroud

Go to review page

adventurous funny hopeful lighthearted mysterious fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

4,5 bintang untuk ceritanya
5 bintang karena buku ini jadi escapism saat gue lagi sedih


What a ride, what a journey. Tuntas sudah 22 jam membaca, yang kalau dihitung dalam hari ada sekitar 5 hari (karena sehari satu buku, satu buku 4-5 jam bacanya) dan kalau ditotal sebenarnya ada dua minggu (karena bacanya hanya bisa waktu wiken). Sama seperti pengalaman Lucy, Lockwood, George, Holly dan Kipps di Dunia Lain yang mengagumkan tapi juga mengerikan, sama juga pengalaman baca gue untuk series Lockwood and Co yang bagaikan naik roller coaster. Never a dull moment is an understatement.

Dan yah...mungkin agak jadi menyukai si tengkorak karena interaksinya dengan Lucy (karena Lucy ngelihat Lockwood, tuh bener2 kayak cewe bucin) dan endingnya yang spektakuler penuh bom dan ledakan (like literally meledak). Sedikiiiiiit. 

Expand filter menu Content Warnings
The Creeping Shadow - Bayangan Mengendap by Jonathan Stroud

Go to review page

adventurous lighthearted mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Dimulai dengan suasana canggung (yang wajar karena kejadian di akhir buku 3) dan ditutup dengan cukup solid, intense dan full action packed. Never a dull moment! Plus ditambah ciri khas tiap buku, endingnya selalu ditutup dengan informasi yang bikin ngang ngong ngang ngong.

Tentu saja typonya masih ada dan bejibun ๐Ÿฅฒ

Gue bilang suasanya awal buku ini canggung, karena ending buku 3 emang lumayan membagongkan. Kecanggungan ini terasa karena kelihatan jelas George sama Lockwood sakit hati sama sikap Lucy saat meninggalkan agency. Jadi waktu akhirnya mereka semua baikan dan bersatu kembali, rasanya kayak plong banget XD. Bahkan Lucy dan Holly pun juga akhirnya akur, hati Lucy yang mulai melunak dan bahkan menganggap Holly jadi bagian dari Lockwood & Co yang tidak terpisahkan. Plus, ada tambahan member tidak resmi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Quill Kipps yang sekarang memilih berdamai dengan Lockwood walau masih saling ejek dengan George. Lockwood dan Lucy makin lama makin ikrib, they have the talk, walau lucunya Lockwood (dan banyak orang) mengira gara - gara Holly, Lucy pergi dari agency, padahal alasannya bukan itu. Walau emang Lucy kelihatan bucin, gue saat baca buku ini masih menganggap hubungan keduanya itu platonik aja. Kalau si tengkorak, yah masih sama kayak biasanya. Kayaknya gue termasuk sedikit orang yang biasa aja ke tengkorak yah hahaha. Karena di luar komen - komen sarkasnya, perkembangan karakter tengkorak ga terlalu banyak, apalagi misteri di balik identitas tengkorak masih belum jelas.

Untuk kasus - kasusnya sendiri, tetap menyenangkan buat dibaca. Tetep bikin merinding, walau sebenarnya kadar horrornya sudah cukup berkurang. Di buku ini banyak hal - hal yang terungkap. Seperti usaha pembakaran di tungku Fittes yang ternyata menyimpan rahasia kelam, lalu sedikit demi sedikit juga mulai kelihatan alasan di balik terjadinya Wabah Hantu, seperti apa yang terjadi di Aldbury Castle. Stroud kali ini juga mengajak pembaca untuk pergi ke dunia para hantu, yang sedikit banyak mengingatkan gue sama dunia lain di mitologi - mitologi Celtic (Annwyn). Apakah Stroud terinspirasi mitologi ini ya?

Yang jelas sisa satu buku lagi untuk menutup series yang menyenangkan ini! 
 

Expand filter menu Content Warnings
Snow White by LM Cendana

Go to review page

dark mysterious tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.0

Not that fairest of them all afterall. Less dark, less disturbing. Dibilang dark juga..nanggung ๐ŸŽ.

Memang jika dibandingkan dengan Little Red Riding Hood karya Ruwi Meita (dengan Pola sebagai Illustrator), Snow White ini ga bisa dibilang sesuai dengan tagline di depan bukunya "It Has Never Been This Dark." Dengan mengambil asal folklore Snow White atau Schneewitchen (astaga susah amat nulisnya, bestie) yang katanya terinspirasi dari kejadian nyata yg menimpa Margarete von Waldeck dan Maria Sophia von Erthal, Lovita Cendana tampak ingin membuat retelling Snow White versinya sendiri. Masalahnya, ceritanya terlalu mengingatkan dengan film Snow White and the Huntsman. Beberapa diantaranya yaitu adegan perang di bagian terakhir dan perasaan tak bersambut antara Schneewitchen dan Rainer, si Pemburu. Seandainya gue dulu ga nonton filmnya duluan, mungkin ga berasa. Tapi karena ini vibesnya mirip bener, jadi kayak, haduh kok beginih.

Dengan latar kerajaan di Jerman entah abad berapa (sorry, Ren lagi males ngegoogling juga), maka nama - nama tokohnya didominasi nama Jerman. Pun nama para kurcaci adalah nama warna dalam bahasa Jerman. Bahkan ada nursery rhyme versi Jerman yang mbuh apa ga diartiin juga, gue males nyarinya ya bestie ๐Ÿฅฑ. Dari segi tulisan cukup enak dibaca walau tulisan Cendana kurang luwes seperti tulisan Ruwi Meita di Red Riding Hood. Pun penggunaan kata "ekspresi monoton" dari beberapa tokoh yang ditulis berulang-ulang, kayak gak ada pilihan kata lain aja kah ๐Ÿคทโ€โ™€๏ธ? Banyaknya tokoh di buku ini juga membuat perkembangan karakter jadi kurang signifikan atau terkesan numpang lewat yang mungkin karena keterbatasan halaman. Pun perubahan sikap Schneewitchen setelah bangun dari diracun (kagak spoiler yak, kita semua juga tahu ceritanya Snow White pigimana ๐Ÿ˜…) yang jadi cunning plus ambisius sampe mau2 aja nikah sama pangeran Edmund yang sayangnya sangat bland personalitinya itu cukup bikin ber-huh moment ๐Ÿคจ. Okay, si pangeran emang ada kecenderungan necrophilia, tersirat dari kalimat yang tertera di halaman belakang buku ini, tapi ya udah gitu aja. Tidak ada eksplorasi, terkesan hanya, sekali lagi, sebagai tempelan. Adegan perang cukup dipersingkat mungkin karena terlalu detail di awal - awal cerita. Padahal sebenarnya akan menarik kalau dijabarkan dengan cukup detail. 

Endingnya pun, jika tahu versi asli Snow White ya tidak akan kaget, jadi shocking factor di buku ini nyaris ga ada kecuali kalau adegan memenggal kepala itu bisa dibilang shocking (did I become dull to said beheading scene as "biasa aja"?). Mungkin yang bikin buku ini menarik karena ilustrasi Diwasandhi yang bagus banget. Sama bagusnya dengan ilustrasi Pola untuk buku Little Red Riding Hood. Selebihnya, ya ceritanya mirip2 YA/NA/Adult fantasy dark dengan bumbu romansa etc yg banyak beredar jaman sekarang. Minimal buku ini bisa jadi pioneer pada jamannya, atau kalau ga ada keterbatasan halaman mungkin bisa lebih dieksplor.

Dua bintang untuk ceritanya ditambah 1 bintang untuk ilustrasinya yang kece. 

Expand filter menu Content Warnings
Little Red Riding Hood by Ruwi Meita

Go to review page

dark mysterious tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.0

 This is very dark and pretty fuck up, ngl ๐Ÿบ

Jadi inget waktu awal buku ini dulu dirilis, pas itu gue ikutan talkshownya Penerbit Haru di tahun 2018 dan salah satu judul yang mereka terbitkan itu retelling fairy tale oleh penulis Indo..tapi versi darknya. Makanya ada embel2 "It Has Never Been This Dark". Lebih seperti illustrated novel, jadi buku ini ada ilustrasi di dalamnya. Penulis untuk dark retelling Little Red Riding Hood ini adalah Ruwi Meita, yang meski gue belom pernah baca tapi tahu yg bersangkutan banyak nulis buku thriller. Sementara untuk ilustratornya adalah Pola, yang illustrasinya banyak menghiasi buku2nya Akiyoshi Rikako, cmiiw ๐Ÿ˜—.

Seperti yang dijabarkan Ruwi Meita di pengantar, cerita si Kerudung Merah ini jelas berbeda dari versi Perrault atau Brother Grimms. Meita memakai vesi Italia, La Finta Nonna, makanya nama si gadis adalah Rosso yang berarti..yah..you guessed it right. Merah (apakah kalau dibuat versi lokal jadi "Abang"? Eh bukan yah ๐Ÿคช). Sementara si serigala dinamakan Lupo Mannaro, yg memang salah satu nama untuk mitologi werewolf. Tiap kali baca si Lupo ini..berasa kayak baca nama dengan logat orang Padang, I kid you not.

Joke aside, the story is dark. And very disturbing. Maka dongeng ini memang cocok dibaca yang sudah dewasa (please don't read this for your kid). Walau secara garis besar ceritanya sama dengan dongeng yang ada, Meita memberikan twistnya sendiri. Ada beberapa point menarik seperti pemakaian benda2 yang dianggap punya daya magis untuk menolak si serigala, semakin memperlihatkan kalau si serigala ini tidak ada bedanya dengan iblis. Pun di bagian lain dituliskan kalau serigala tidak bisa masuk rumah kalau tidak diundang masuk, mirip seperti mitologi vampir. Meski begitu, walau gue tahu apa yang dialami oleh Rosso adalah sesuatu yang akan membuat si gadis berubah, gue kurang sreg dengan 
  rape as plot device untuk membuat Rosso menemukan rasa takut dan keberanian yang berakar dari trauma. Entahlah, can do without rape tbh. Apalagi aspek cerita yang lain juga udah bikin terkejut 
. Sayangnya, bagian terakhir agak lumayan cepet dan yah..endingnya diserahkan sama pembaca seperti apa.

Sayangnya Haru cuma ngeluarin dua judul aja untuk dark retelling fairy tale ini dan belum ada kelanjutan atau rencana mau nerbitin lebih. Kalau mau nyari retelling fairy tale yang dewasa dan dark, tapi juga dihiasi ilustrasi yang ciamik dari Pola, buku ini boleh banget dicoba. Cuma cek TW/CWnya dulu ya sebelum baca.
 

Expand filter menu Content Warnings
Fated Blades by Ilona Andrews

Go to review page

adventurous challenging emotional tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

4.5

House Andrews (HA) put their own twist to the classic enemies to lovers trope ala "Romeo and Juliet" but set in space. A very delish read that make my romance heart soar in delight! 

Expand filter menu Content Warnings