Scan barcode
A review by renpuspita
Lalu Semuanya Lenyap by Agatha Christie
dark
mysterious
slow-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Satu kata: EDAN
Dan, maaf budokwi, aku pinjem ini lama banget, ga kukembaliin - kembaliin pula *pentung*
Anyway, ini memang brilian untuk masanya, dan bahkan masih brilian sampai sekarang. Jadi tahu Kindaichi itu dapat idenya darimana, mengingat semua komiknya selalu memakai tema "pembunuhan di rumah/pulau/tempat" terpencil, dan karakternya selalu banyak (walau yang mati paling 3-4 orang). Beda dengan Conan yang kasusnya pendek - pendek. Yah, pada akhirnya Kindaichi emang jadi berasa monoton, karena kasus pembunuhannya sama terus, jarang ada selingan :D
Selain Kindaichi, terasa juga And Then There Were None ini menginspirasi Dexter. Karena alasan dari si pelaku, sedikit banyak mirip Dexter. To right the wrong.
Ini ga spoiler ya, tapi kalau kamu jeli, sebenarnya siapa pembunuhnya sudah bisa ketebak dari awal. Ada yang membedakan si pelaku ini dari 9 orang yang juga ikut terjebak dengannya di Pulau Negro. Dan yep, itu mulai dari awal banget lho, walau gw baru sadarnya menjelang akhir - akhir, hehehe. Plus, pelakunya juga orang yang paling "masuk akal". Kenapa gw bilang "masuk akal"? Karena gw ga mau terlalu spoiler :P.
Apa semuanya mati? Iya, semua tokohnya mati.
Lalu siapa pelakunya? Jangan bilang hantu!
Engga lah, dikira ini Valak di Conjuring yang kena meme engga lucu itu :P
Jangan khawatir, And Then There Were None sama sekali engga ada unsur supranaturalnya. Sebaliknya, unsur psikologisnya sangat kental, dimana pelakunya benar - benar memainkan semua 10 karakter di buku ini bagai boneka marionette. Buku ini lumayan bikin parno juga. Selain karena sibuk menebak - nebak siapa sih pelaku sebenarnya, adegan Vera kena ganggang dan adegan saat tinggal tiga tokoh yang tersisa dan pada paranoid plus saling tuduh itu bikin megap - megap.
Urutan kenapa terbunuhnya pun cukup unik, dan alasan kenapa dibunuh juga lagi - lagi mengingatkan gw sama Kindaichi (ya, Kindaichi emang sekarang terasa banget kalau terinspirasi dari novel ini). Menurut gw, ga berlebihan kalau buku ini dianggap masterpiece Agatha Christie, karena memang idenya sangat luar biasa!
Oh ya adaptasi And Then There Were None sangat banyak, bahkan film Indonesia pun kabarnya juga ada yang mengadaptasi buku ini dengan judul Pesantren Impian. Film Sabotage yang dibintangi Arnold suasanaseger juga loosely adapt this book. Mungkin yang paling baru adalah adaptasi BBC yang dibintangi oleh Aidan Turner dan Sam Neill (yang nonton Jurassic Park jaman jebot pasti kenal doski deh). Si Aidan jadi Phillip Lombard, dan ngehenya, pas baca review, di seri ini semacam ada getar - getar asmara antara Phillip dan Vera. Padahal di buku sama sekali engga ada lho ya! :( Yah, gw mau coba nonton ini, tentunya dengan lampu nyala, karena baca bukunya aja udah merinding :P.
PS: Terjemahannya too literary, terasa sangat patuh dengan naskah aslinya. Jadi emang berasa agak aneh pas bacanya dan tidak terbiasa
PSS: Buku Agatha Christie kedua yang kebaca setelah Ledakan Dendam yang dibaca pas SMA. Ada jarak 13 tahun pas bacanya *buka umur* XD
Dan, maaf budokwi, aku pinjem ini lama banget, ga kukembaliin - kembaliin pula *pentung*
Anyway, ini memang brilian untuk masanya, dan bahkan masih brilian sampai sekarang. Jadi tahu Kindaichi itu dapat idenya darimana, mengingat semua komiknya selalu memakai tema "pembunuhan di rumah/pulau/tempat" terpencil, dan karakternya selalu banyak (walau yang mati paling 3-4 orang). Beda dengan Conan yang kasusnya pendek - pendek. Yah, pada akhirnya Kindaichi emang jadi berasa monoton, karena kasus pembunuhannya sama terus, jarang ada selingan :D
Selain Kindaichi, terasa juga And Then There Were None ini menginspirasi Dexter. Karena alasan dari si pelaku, sedikit banyak mirip Dexter. To right the wrong.
Ini ga spoiler ya, tapi kalau kamu jeli, sebenarnya siapa pembunuhnya sudah bisa ketebak dari awal. Ada yang membedakan si pelaku ini dari 9 orang yang juga ikut terjebak dengannya di Pulau Negro. Dan yep, itu mulai dari awal banget lho, walau gw baru sadarnya menjelang akhir - akhir, hehehe. Plus, pelakunya juga orang yang paling "masuk akal". Kenapa gw bilang "masuk akal"? Karena gw ga mau terlalu spoiler :P.
Apa semuanya mati? Iya, semua tokohnya mati.
Lalu siapa pelakunya? Jangan bilang hantu!
Engga lah, dikira ini Valak di Conjuring yang kena meme engga lucu itu :P
Jangan khawatir, And Then There Were None sama sekali engga ada unsur supranaturalnya. Sebaliknya, unsur psikologisnya sangat kental, dimana pelakunya benar - benar memainkan semua 10 karakter di buku ini bagai boneka marionette. Buku ini lumayan bikin parno juga. Selain karena sibuk menebak - nebak siapa sih pelaku sebenarnya, adegan Vera kena ganggang dan adegan saat tinggal tiga tokoh yang tersisa dan pada paranoid plus saling tuduh itu bikin megap - megap.
Urutan kenapa terbunuhnya pun cukup unik, dan alasan kenapa dibunuh juga lagi - lagi mengingatkan gw sama Kindaichi (ya, Kindaichi emang sekarang terasa banget kalau terinspirasi dari novel ini). Menurut gw, ga berlebihan kalau buku ini dianggap masterpiece Agatha Christie, karena memang idenya sangat luar biasa!
Oh ya adaptasi And Then There Were None sangat banyak, bahkan film Indonesia pun kabarnya juga ada yang mengadaptasi buku ini dengan judul Pesantren Impian. Film Sabotage yang dibintangi Arnold suasanaseger juga loosely adapt this book. Mungkin yang paling baru adalah adaptasi BBC yang dibintangi oleh Aidan Turner dan Sam Neill (yang nonton Jurassic Park jaman jebot pasti kenal doski deh). Si Aidan jadi Phillip Lombard, dan ngehenya, pas baca review, di seri ini semacam ada getar - getar asmara antara Phillip dan Vera. Padahal di buku sama sekali engga ada lho ya! :( Yah, gw mau coba nonton ini, tentunya dengan lampu nyala, karena baca bukunya aja udah merinding :P.
PS: Terjemahannya too literary, terasa sangat patuh dengan naskah aslinya. Jadi emang berasa agak aneh pas bacanya dan tidak terbiasa
PSS: Buku Agatha Christie kedua yang kebaca setelah Ledakan Dendam yang dibaca pas SMA. Ada jarak 13 tahun pas bacanya *buka umur* XD