jiao_li's review against another edition

Go to review page

emotional informative inspiring sad medium-paced

5.0


Expand filter menu Content Warnings

nitaf's review

Go to review page

4.0

Akhirnya ketemu buku self-help lain yang cocok: nggak judgemental dan juga nggak penuh motivasi klise. Buku ini recommended banget sih.

Sebelumnya agak underestimate karena skeptis sama isinya. Ternyata pembahasannya cukup melampaui ekspektasiku. Ini tipikal buku self-help yang lebih ngedeskripsiin beberapa fenomena terkait mental health secara saintifik sih, tapi aku suka karena isu yang dibahas lumayan variatif dan jarang diangkat di beberapa buku self-help lain yang kubaca.
Beberapa pembahasan favoritku itu hubungan "perut" dengan depresi, bagaimana konsep depresi "diimpor", terus bagaimana budaya Asia lebih familier dalam perannya memanifestasikan penyakit mental ke kondisi tubuh, dan terakhir, bagaimana ibu hamil bisa "mewariskan" permasalahan mental ke anaknya, bahkan sejak di kandungan.

Disajikan dengan pengalaman pribadi penulis dan bagaimana penulis bisa memvalidasi perasaan pembaca, bikin aku ngerasa dekat dan relate dengan pembahasan yang ada di buku ini.

rismajw's review

Go to review page

4.0

I've always been interested in this topic. And this book succeeded to not only introduce me to mental illness-- but also elaborates more on it.

I gained so much new information, and terms in this book. I love how open the author is with his struggle during his very hard time fighting with himself. It's really honest, and not only and that he managed to tell us his own experience, but he also managed to explain the topic with valid and deep research, which gives me so much insightful knowledge.

It's a very great book, I recommend it!

nikey_view's review

Go to review page

5.0

"

librinania's review

Go to review page

4.0

Menarik.

Buku non fiksi itu rentan terasa menggurui tetapi buki ini seperti bercerita. Dan aku juga suka ada fakta-fakta yang dipaparkan, catatan-catatan dari jurnal penelitian, yang membuat buku ini tidak sekedar 'hey this is my story' tetapi memang begini lah penjelasan dari apa yang terjadi. Memang tidak dalam tapi pemaparannya cukup meyakinkan dan poin-poinnya tersampaikan. Apabila mau lebih lanjut mendalami juga bisa membaca referensi karena disediakan daftar pustaka.

Terkait isi, saya suka sekali karena di sini selain memaparkan penjelasan terkait penyebab juga memberikan satu dua hal yang bisa dilakukan untuk penanganan depresi. Tidak dalam, sekali lagi saya katakan memang, karena depresi sendiri masing-masing orang sangat berbeda dan akan berbeda pula penanganannya, tetapi untuk orang-orang yang sedang dalam proses terapi atau gejala awal bisa melihat buku ini dan memilah sendiri mana yang kira-kira sesuai dengannya. Saya kira buku ini benar sebuah ulasan yang bagus.

evermoure's review

Go to review page

4.0

setelah baca buku ini jujur aja jadi makin tertarik dengan psikologi :D

aldeyan's review

Go to review page

5.0

4,5

persovnie's review

Go to review page

4.0

Depresi menurutku seperti pedang bermata ganda. Dia hadir mengacaukan semuanya, tapi dia hadir sebagai pengingat bahwa kita gak bisa hidup menjadi orang lain untuk menjadi seperti harapan orang lain juga.

clodiodi's review

Go to review page

4.0

Buku yang benar-benar memperkenalkan kepada saya mengenai depresi secara jelas dan utuh.

Flashback ke sekitar akhir 2016-2017, saya juga pernah merasa memiliki gejala depresi, meskipun saya tidak ke psikolog, tapi saya merasakan beberapa gejala seperti depressed mood, insomnia, mudah lelah yang bahkan membuat saya tidak masuk kuliah selama hampir 2 minggu lebih dan hilang dari kontak teman saya selama periode desember ke maret (saat libur semester). Trigger yang paling nyata saat itu adalah saat ibu saya dipanggil Tuhan yang membuat saya merasa kekosongan yang amat dalam dan merasa tidak punya arah.

Puji Tuhan saya bisa melalui fase itu dengan baik meskipun sampai saat ini saya tidak benar-benar tahu apakah hal yang saya alami merupakan depresi atau bukan.

Setelah membaca buku ini, saya bisa lebih memahami apa itu depresi dan betapa depresi adalah sesuatu yang harus dipandang serius dan bukan sebuah aib seperti stigma yang selama ini ada dalam masyarakat. Pemaparan penulis mengenai depresi dan keterkaitannya dengan luka serta gaya hidup modern juga membuat saya tertarik untuk merefleksikan diri dan mungkin kedepannya berusaha memahami apa yang sempat terjadi pada saya di akhir 2016 dan sempat juga muncul beberapa kali.

Penulis juga memaparkan depresi dan kaitannya dengan biologis manusia, genetik, bahkan hubungan dengan alam, sehingga menjadikan depresi sebuah keadaan yang kompleks, bukan sekedar “akibat jauh dari Tuhan”.

Gaya penulisan terasa sangat personal karena berdasarkan pengalaman pribadi penulis namun disertai penelitian pendukung yang menjadi referensi. Meskipun begitu hal ini membuat saya lebih penasaran terhadap teori yg dipaparkan karena bagaimanapun penelitian yang dilampirkan adalah penelitian yang mendukung pengalaman dan perspektif penulis, sehingga menarik untuk membaca studi pembanding lainnya dan buku-buku referensi yang dikutip.

Secara keseluruhan, saya menyukai buku ini karena mampu memberikan pemahaman secara sederhana mengenai depresi terutama bagi masyarakat umum sehingga kita bisa lebih memandang depresi sebagai sebuah bagian dari hidup bukan sesuatu yang tabu atau memalukan.

4.5/5⭐️

marinazala's review

Go to review page

4.0

** Books 105 - 2019 **

4 dari 5 bintang!

Pertama kali melihat cover buku ini kok bagus ya kenapa ada gambar orang dengan berbeda jenis kelamin yang berwarna warni dan setelah tahu ternyata Suku tangan yang membuat desain covernya semakin tertarik membacanya.. Buku tentang Depresi di Indonesia juga termasuk jarang jadi kenapa tidak kita memulai membaca buku non fiksi di awal bulan Oktober ini??

Setelah membaca buku ini saya mendapat pengetahuan lebih mengenai depresi, apa saja penyebabnya dan bagaimana pertolongannya. Saya salut sekali karena penulis berani untuk mengangkat topik ini yang merupakan tabu dibicarakan di masyarakat Indonesia. Mas Regis sendiri mengalami depresi sejak usia 12 tahun dan sempat ada kecendrungan untuk melakukan percobaan bunuh diri. Diagnosanya menghidap distimia dan depresi lainnya. Kalau ngomongin distimia jadi keinget saya membaca buku [b:I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki|47940300|I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki|Baek Se-hee|https://i.gr-assets.com/images/S/compressed.photo.goodreads.com/books/1566872427l/47940300._SX50_.jpg|73104652] yang penulisnya juga mengalami distimia dan isi bukunya percakapan mbaknya dengan psikiaternya.

Bagian yang paling menarik di buku ini mau orang itu introvert atau ekstrovert bisa mengalami depresi.. Baru tahu juga kalau sejak dalam kandungan apabila kehadiran kita tidak diinginkan oleh orangtua maka bisa jadi menjadi salah satu faktor depresi di kehidupan kedepannya kelak. Faktor toxic relationship dimana kita tidak mendapat pujian hanya amarah dari keluarga (orangtua atau kakak dan adik) bisa juga menjadi pemicu depresi karena membuat si anak rendah diri atau merasa apapun yang diperbuat tidak ada artinya

Penyakit2 yang menganggu ditubuh kita juga sebenarnya gejala ada yang salah dengan emosi yang kita miliki. Kalau saya jujur sering merasakan migrain atau maag kumat yang bisa jadi dikarenakan faktor tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi hingga terkadang harus lembur membuat saya intropeksi bagaimana caranya mengurangi stress yang dialami. Salah satu obat buat saya adalah membaca buku karena pikiran saya tidak terfokus akan ke masalah yang ada tetapi lebih masuk kedalam dunia didalam buku

Terimakasih Gramedia Digital Premium!