renpuspita's reviews
1361 reviews

You Had Me at Hola by Alexis Daria

Go to review page

emotional lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Written like a love letter to telenovelas and soap operas, surprisely I end up enjoy this one. Since telenovelas also shape my childhood, together with Chinese historical period drama (wuxia). A hero with emotional baggage is not my favorite since they can act as a jerk, but Ashton's vulnerability is well written. That his fear regarding his own guarded secret (his son) and his PTSD from having a stalker break into his house is somehow understandable. Jasmine who is desperate for any attention, craving for love and affection, therefore always end up in a messy breakup is somehow I can relate to. Although her own family is far from family of hell, she always think that she is not good enough. Which is weird, because if I have a daughter as an actress I will at least proud of her when she got award, not show it with somehow lukewarm reaction. 

I also liked that both characters are in their 30-s with Ashton almost 40. Since all books I read from early this year (2023) mostly told from 1st PoV, it's nice to read romance that written with third PoV from both heroine and the hero. Therefore, we know their feelings to each other, their struggle and inner anguish and how they interact. Although, not much banter and snarkiness, maybe because Ashton is imho, pretty much down to earth and Jasmine respect him as one of her senior in telenovela worlds. The steaminess is off the chart, and although their romance can be perceived as insta-lust because of close proximity, I don't mind it at all. Another plus point is the family theme, with the sisterhood between Jasmine and her cousins, Michelle and Ava that support her (their chat group called Primas of Power). I'm really green with envy for Jasmine, because I'm never that close to my cousins (and my own sisters hahaha). Jasmine's reluctant about her Abuelita's campaign to wear eye cream everyday is almost like a comic relief, but also show that deep inside she love her grandmother.

I like the way Daria write about the film productions. One of the plus point is how she write about intimacy coordinator, since the tv series that Jasmine and Ashton starred, Carmen in Charge is a romance flix. Reading the way intimacy coordinator work is a blast, like how they try to coordinate the actors in romantic scene and sex scene, while reaffirm their consents to do it, even it just act. Through Ashton's narrative, Daria show that in the past the telenovela world didn't reconsider their actors feelings in filming romantic scene and just let go with the flow. I also like how diverse the casts, like Jasmine is biracial, mix of Puerto Rico and Filipino, and so on. The Spanish dialog kinda throw me aback since English is not my native languange, and I just understand one or two if spanish word (like hola, come estas or bueno noches/dias, etc). So thanks for google translate to help me to understand when Ashton speaking in Spanish. I never highlighted so much in my Kobo e-reader with new Spain vocabulary! 

The downgrade is maybe the third act feel too dramatic for my sense and how they lashed to hurting each other just make me rolling my eyes, because..uhm..communication? Sure Jasmine and Ashton have heart to heart talk before, but with Ashton's secret, he's always guarded. One of reviewer also point out why they are afraid to see dating with each other, because co-stars dating everytime, and I kinda agree. Although I see the reason behind that, especially from Ashton's PoV. He's scared of his life. I do liked the way Daria handle both of character's redemption, although, you know this is contemporary romance, the mistake is pretty common in character relationship. I also feel that Daria's writing somehow clunky? When I see how much chapter in the book, I'm surprised because wtf, 40 chapters?? And then, oh, it's just short ones lol, since I finish reading the book under 4 hrs. I just hope when Daria writing about the filming scene between Jasmine (as Carmen) and Ashton (as Victor) is pretty much about the scene, not there are random sentences about what Jasmine or Ashton think. Or maybe she can write it in italic.

Con-rom novels about celebrity is not my forte, but I liked the way the story untold and reading the dynamics between Jasmine and Ashton, and their families (big and small). I also love the production process behind the scene, although the angst can be too much sometimes. 

Expand filter menu Content Warnings
The Hollow Boy - Pemuda Berongga by Jonathan Stroud

Go to review page

adventurous emotional funny lighthearted mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

 Mungkin karena semua buku di seri Lockwood and Co. ini ceritanya dari sudut pandang Lucy dan gue sendiri juga cewek, pun gue pernah merasakan yang Lucy alami di buku 3 ini, gue sedikit banyak paham dan perasaan Lucy yang gundah serta emosi tinggi di sepanjang buku itu bagi gue valid. Bayangin aja kamu udah settle dan nyaman di tempat kerja, cocok sama rekan kerja baik yang baik banget (Lockwood, walau masih misterius dan menutup diri) atau nyebelin tapi adorable (George, dengan komen sarkasnya), terus tahu2 ada member baru yang ternyata berkebalikan personalitynya sama kamu? Mana sama - sama cewek pula! Yang perlu diingat, Lucy ini masih remaja belasan tahun. Dan Stroud berusaha membuat Lucy bersikap seperti remaja pada umumnya. Jadi kalau ada perilaku2 yang menyebalkan..ya umur segitu lho!

Tentu saja adegan terbaik adalah saat Lucy dan Holly saling tengkar dan mengungkapkan emosi masing - masing yang sudah lama tertahan. Best scene ever! 🤣 I want a catfight, I got a catfight and Stroud sure deliver!

Bisa dibilang buku paling emosional dan gue juga ngeh banyak yang kesel sama tingkah Lucy yang kayak orang lagi PMS, tapi ya sekali lagi gue paham kenapa. Gue malah suka karena perkembangan karakternya lebih terasa dengan diberi konflik. Gue sampe penasaran apa beta readernya Om Stroud itu banyak ceweknya, karena ya..cewek banget sih konfliknya, lol. Eniwei, back to the case, kali ini kasusnya sangat besar. Ada penampakan hantu yang meningkat di Chelsea dan ga ada yang tahu kenapa. Parahnya, agensi Lockwood and Co ga diikut sertakan oleh inspektur Barnes dari DEPRAC yang masih saja ga suka dengan Lucy dkk. Walau begitu, kasus yang diambil Lockwood and Co sangat banyak sampai Lucy, Lockwood dan George keteteran. Mau ga mau harus tambah orang, dan terkejutlah Lucy saat baru kembali cuti dari pulang kampung ada seorang asisten cewe bernama Holly Munro yang menurut Lucy, sikap efisiennya kebangetan. Belum lagi menurut Lucy, Holly deket banget sama Lockwood dan George. Disinilah awal konflik dimulai, selain dengan kasus para hantu.

Sukanya gue sama buku ini, banyak kasus-kasus kecil yang diambil Lockwood and Co, yang awalnya kayak kelihatan ga berhubungan dan ternyata ada koneksinya dengan kasus besar yang jadi fokus cerita. Mulai dari kasus Lavender Lodge, lalu rumah berhantu milik Mrs Wintergarden, yang ternyata emang ada hubungannya dengan wabah Chelsea, sampai berujung pada kasus di toserba Ackmeire. Hantunya pun ga main - main. Bikin merinding semua, terutama penampakan Fetch di toserba Ackmeire yang suka merayap - rayap ga jelas. Kasus di buku 3 ini hampir - hampir mirip dengan kasus di buku 1 seperti Rumah Mrs Wintergarden mengingatkan pada Combe Carey Hall dan bahkan ritual tentang pembuatan kaca tulang di buku 2 juga disinggung. Seakan semua kasus yang ditangani Lockwood and Co itu bagian dari skema konspirasi yang lebih besar.

Tapi selain kasus, tentunya ada perkembangan di karakternya dong. Lucy yang mencoba bakat Dengarnya dan berakhir dengan ditegur Lockwood, karena percobaan Lucy untuk negosiasi dengan hantu bisa membahayakan diri dan team . Terus kalau di buku ini Lucy sama Lockwood jadi agak renggang gara - gara kehadiran Holly, sama George malah jadi lebih dekat. Dari trio ini, gue emang paling suka George sih karena walau sarkastik tingkat tinggi, tapi rasa ingin tahunya juga sangat besar plus kadang George yang paling logis diantara trio Lockwood. Gegara Lucy emosi tinggi dan Lockwood masih suka gegabah. Walau, agak kasian juga baca Lucy merasa tersisih di buku ini, karena Lockwood dan George kelihatannya senang ada Holly. Holly sendiri menurut gue ga buruk, tapi jadi kelihatan kayak harus dibenci karena pandangan Lucy yang bias. Makanya pas mereka bertengkar, gue seneng, karena ya gitu dong, jangan diem2an aja ga jelas saling sindir XD. Bahkan Holly juga nyindir Lucy yang kelihatan banget memuja Lockwood. Walau begitu, gue juga suka baca bagian saat akhirnya Lockwood mau buka -bukaan tentang masa lalunya. Om Stroud cukup piawai dalam membuka lapisan bak lapisan dari tokoh - tokohnya, jadi ada character development yang cukup signifikan dan rahasia yang sedikit demi sedikit terungkap.

Tengkorak..hmm gimana yah? Gue ngerti sih kenapa banyak yang suka, tapi gue ga terlalu. Kayak komen - komen sarkas si tengkorak itu cuma buat shit and giggles aja. Walau beberapa komentarnya membantu Lucy, kebanyakan malah cuma buat ngomporin Lucy, terutama saat emosi Lucy sangat tinggi. Identitasnya pun masih tertutup dengan rapi, membuat pembaca jadi menduga - duga, selain sebagai asisten Dokter Bickerstaff (di buku 2), siapa sebenarnya tengkorak ini dan kenapa dia disimpan di dalam toples sampe akhirnya berakhir di rumah Lockwood. 

Endingnya sendiri cukup membagongkan dan emang ciri khas Stroud buat mengakhiri buku dengan sedikit cliffhanger meski masalahnya udah selesai. Bikin pengen baca buku selanjutnya kan? Sayangnya walau terjemahan udah enak dibaca (Mba Poppy emang juara!), typonya masih bertebaran dimana - mana :') 

Expand filter menu Content Warnings
The Whispering Skull - Tengkorak Berbisik by Jonathan Stroud

Go to review page

adventurous challenging funny lighthearted mysterious fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Setelah selesai baca Streaming..eh Screaming Staircase, tentunya langsung tancap gas baca The Whispering Skull alias Tengkorak Berbisik. Seperti judulnya, kali ini ada tambahan tokoh sentral baru, yaitu sang Tengkorak yang sampai akhir pun tidak ketahuan siapa nama dan identitas aslinya. Ceritanya sendiri dimulai 7 bulan setelah kasus Undakan Menjerit dan pembunuh Annabel Ward ditemukan. Lockwood and Co. sudah tidak kere lagi, bahkan dapat kasus - kasus yang cukup membuat mereka jadi punya nama. Tapi, tentu saja status underdognya masih ada, dan diremehkannya pun masih. Apalagi di buku ini, saingan mereka, Quill Kipps dan timnya ikut mengacau. Endingnya? Lockwood dan Kipps bikin taruhan saat Inspektur Barnes memberi kasus baru. Yang kalah harus mengakui kekalahan mereka di koran dan mempermalukan diri sampai serendah - rendahnya.

Tidak semengerikan kasus yang pertama, walau tentu saja tetap BERHANTU ria. Kalau di buku pertama, kasusnya lebih ke penyelidikan tentang cold case murder, kali ini Lucy, Lockwood dan George harus berhadapan dengan kultus gaib dari ratusan tahun lalu. Sang hantu, Dokter Edmund Bickerstaff, bersama pengikutnya ingin mendalami teori kematian tapi dengan jalan di luar wajar. Bickerstaff membuat sebuah relik, cermin kaca tulang yang kalau dilihat, bisa melihat kehidupan setelah kematian. Masalahnya, setelah si dokter mati pun, si relik tetap membuat masalah. Karena bahkan di masa kini pun ada seseorang yang juga sama penasarannya dengan Bickerstaff untuk melihat apa yang ada di seberang dunia orang mati.

Sama serunya dan sama menyenangkannya. Sama seperti buku pertama, semua cerita di buku ini diceritakan dari sudut pandang Lucy. Bedanya, kali ini George dapat porsi lebih. Di buku ini, pembaca akan diajak mengenal lebih tentang George, termasuk kondisinya setelah melihat cermin kaca tulang yang membuat George jadi berlaku..tidak seperti George yang biasanya. Dari ketiga trio ini, gue semakin respek sama George. Di balik sikap hati - hatinya, George itu orang yang sangat passionate dalam riset dan menggemari kisah-kisah masa lalu. I can see my self in George. Jika di buku pertama lebih banyak berfokus pada Lucy, di buku ini semua anggota saling bertengkar. Gue jadi mikir, ini kapan akurnya tiga orang ini. Tapi mungkin disitulah pesonanya buku Lockwood, ketiga tokoh utamanya sangat berbeda satu sama lain, tapi juga saling melengkapi dengan caranya masing - masing. 

Tidak cuma berkutat pada trio Lockwood, kita juga diperkenalkan pada beberapa tokoh penting. Seperti para anak - anak penjaga malam dan cenayang yang tidak memakai Bakat mereka untuk kepentingan agensi. Lalu ada juga pedagang relik yang sama seperti para agen, mereka juga punya Bakat tapi memilih jalan di luar hukum. Kalau di buku pertama, lawan Lucy dkk kebanyakan para hantu, di buku ini manusia lah yang paling banyak. The stake is highest, bahkan Lucy dan Lockwood harus mempertaruhkan nyawa saat menghadiri pelelangan dari salah satu penadah relik, Julius Winkman. Di sisi lain, Stroud juga memberi sedikit spotlight untuk Kipps. Pembaca jadi tahu kenapa Kipps tidak suka Lockwood, dan kenapa dirinya saat ini menjadi penyelia, dimana pembaca juga bisa merasakan rasa putus asanya akan bakatnya.

Seakan tak cukup komen - komen sarkastik dari George dan Lucy, maka kadar sarkasmenya pun ditambah oleh sang Tengkorak tak bernama. Mungkin agak seperti kebetulan kenapa si tengkorak juga ada hubungannya dengan Bickerstaff, dan alih - alih lucu, yang ada malah rasa jengkel aja saat membaca dialog si tengkorak. Bahkan sampai akhir belum jelas juga identitas si tengkorak, yang mungkin disimpan oleh Stroud untuk buku - buku selanjutnya. Sementara itu, setelah di buku pertama Lockwood menyimpan misteri, di buku ini akhirnya Lockwood mau bercerita ke Lucy dan George tentang sedikit masa lalunya. Tapi ya tetep...jadi misteri juga sampai bikin gregetan dan kayak harus lanjut baca buku selanjutnya! Saya memperhatikan, ending nasib pelaku alias villain di dua buku ini masih sama (try not to spoiler), mari kita lihat apa di buku 3 akan ada perubahan. Karena cerita dari sudut pandang Lucy, masih terlihat kalau Lucy belum akur juga sama George dan masih terpikat sama Lockwood yang misterius. Kelihatannya Lucy mungkin ada sedikit rasa juga pada Lockwood, jadi pandangannya semua emang bias. Cuma, sama seperti buku pertama, Lucy pun jadi salah satu kunci dalam memecahkan kasus. Gue jadi penasaran, akan gimana cerita series ini kalau diceritakan dari sudut pandang George (mungkin banyak sekali komen sarkas) atau Lockwood (serba misterius dan menutup2i)

Terjemahannya masih bagus dibaca, tapi typonya...the amount of typos are drive me bonkers. Ipin sendiri menghitung kalau typonya ada 10 kata lebih! Cukup mengganggu juga sih dalam membacanya, kayak ini kejar setoran pas nerbitin, lel. Semoga saat dicetul dan kemungkinan besar cetak ulang karena versi netflixnya sudah ada, typo - typo ini bisa diperbaiki dulu ya. 

Banyak misteri yang belum terungkap dan bahkan ada tambahan - tambahan misteri yang menunggu dibuka jawabannya. Pastinya series Lockwood and Co. tetap seru dan asyik buat dibaca dan bikin gue selalu pengen baca lanjutannya! 

Expand filter menu Content Warnings
The Screaming Staircase - Undakan Menjerit by Jonathan Stroud

Go to review page

adventurous challenging funny lighthearted mysterious fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Gue masih inget dulu pas hype Lockwood masih ada (circa 2014-2015an, saat terjemahan The Screaming Staircase terbit), banyak yang bilang ngeri banget banyak hantunya. Gue sebagai orang yang parno terhadap hantu, tetap beli bukunya tapi ya begitulah. Ditimbun karena apparently I'm too chicken out to read this. Tapi gegara versi Netflixnya barusan rilis dan gue masih berprinsip kalau baca bukunya dulu baru nonton, maka gue putuskan untuk binge reading saja series Lockwood & Co, mumpung semua bukunya sudah terbit dan diterjemahkan.

Ternyata yha tidak horor-horot amat. Mungkin karena buku ini untuk anak-anak & remaja jadi tone horrornya diturunkan alias ya ga seram2 banget tapi merindingnya masih dapet. Atau mungkin karena gue bacanya pas siang dan kalau pas malem, lampunya dinyalakan 😂. Plus ada suami di rumah, jadi gue ga merasa sendirian. Kalau sendirian, bisa jadi gue akan overthinking mikirin yang aneh - aneh.

Gue sendiri udah sangat lama baca karya Jonathan Stroud yang lain, Bartimaeus Trilogy. Jadi jujur gue ga akan terlalu membandingkan Lockwood & Co. dengan Bartimaeus. Yang ingin gue garis bawahi adalah trope yang sering dipakai di novel - novel middle grade dengan genre serupa. Karakter utama yang berupa trio, dan pakemnya hampir sama. Dua cowok, satu cewek, meskipun untuk series ini, Lockwood lebih ke arah misterius nan kharismatik alih2 the chosen ones kayak Harry Potter atau Percy Jackson. Sisanya? Ya mirip2. Lucy yang bikin gue teringat ke Hermione, cerdas, jelas - jelas seorang agent yang mumpuni dengan dua Bakat sekaligus (Daya Sentuh dan Daya Dengar) tapi menganggap dirinya jelek, ga fashionable dan hobby komentar body-shaming terutama ke George. George sendiri agak2 comic relief walau lebih ke tipe sarkastik dan nerd abis. Walau begitu, gue tetap suka sama karakterisasi tiga tokoh utama yang berbeda - beda. Ceritanya sendiri dari sudut pandang Lucy seluruhnya, jadi pembaca akan dapat gambaran yang cukup bias karena kelihatan banget kalau Lucy tidak akur dengan George dan mengagumi Lockwood yang kadang suka gegabah tapi juga karismatik plus pintar mengambil hati orang. Apakah Lockwood seorang leader yang baik? Dari sudut pandang gue ya ga juga, kadang malah lebih kelihatan kayak bos ketimbang leader, walau gue memaafkan ketika Lucy atau Lockwood terasa gegabah dalam mengambil keputusan tanpa menunggu hasil riset George, karena ya..kan mereka masih anak - anak.

Seperti halnya Barti, di dunia Lockwood and Co. pun, Stroud membuat sebuah dunia, atau tepatnya kepulauan British Raya yang terkena wabah hantu selama 50 tahun selamanya. Tidak ada yang tahu kenapa wabah hantu ini merebak. Dari premis sederhana tentang wabah hantu inilah, Stroud mengembangkan ceritanya, dimana akhirnya ada peraturan - peraturan baru seperti jam malam, lalu ada teknologi - teknologi untuk menghalau hantu seperti ada lampu penghalang hantu, kanal air (karena hantu benci air mengalir), besi dan garam. Disini gue melihat Stroud mengambil dari beberapa mitologi yang ada seperti hantu yang tidak tahan dengan perak, besi dan garam, serta bau bunga lavendel. Selain itu, manusia pun akhirnya mengembangkan cara untuk melawan hantu, jadi mereka tidak pasrah saja dihantui. Bermunculannya banyak agensi penangkal hantu, dimana seperti ciri khas novel - novel yang ada, tentunya Lockwood and Co. ini salah satu dari agensi yang mandiri dan kecil serta banyak dimusuhi oleh agensi yang lebih besar dan DEPRAC (aka departement yang mengurusi perhantuan) because we all love underdog characters and situation. Right?

Ceritanya sendiri menurut gue sangat seru dan mengasyikkan, walau di sisi lain ya..cukup bikin merinding, lel. Alur cerita berjalan maju lurus tanpa hambatan kayak jalan tol, walau di bagian 2, kita sempat disuguhkan flashback sedikit tentang masa lalu Lucy dan awal mula Lucy bergabung dengan Lockwood dan George. Plotnya sendiri lebih ke arah menyelidiki cold case, dimana Lucy dkk menyelidiki siapa pembunuh Annabel Ward yang dibunuh 50 tahun lalu dan hantunya menyatroni rumah yang diselidiki Lucy dkk di awal cerita. Saat penyelidikan, Lockwood mendapat tawaran untuk mengusir hantu di Combe Carey Hall yang SANGAT berhantu. Gegara kekacauan di kasus pertama sampai harus berutang 60k poundsterling, Lockwood dengan antusias menyambutnya. Padahal, legenda di Combe Carey Hall ini cukup merinding. Ada Kamar Merah tempat seorang duke suka menyiksa lawan politiknya dan juga ada Undakan Menjerit, yang jadi judul buku ini.

Bagi gue, kasusnya sendiri cukup simpel dan sebenarnya sudah bisa dipecahkan di pertengahan cerita, walau sudah diberi red herring sekalipun. Tapi ya gue tetep suka sama eksekusinya. Pun karakter - karakter lain juga cukup menarik dan sangat typecast, hahaha. Seperti Inspektur Barnes yang tipikal orang dewasa dan tidak percaya dengan Lockwood dkk yang dianggap cuma bisa mengacau. Lalu ada Quill Kipps dari agensi Fittes, salah satu agensi terbesar, yang ternyata kenal Lockwood di masa lalu. Mungkin yang agak bikin kesel adalah Lucy dan Lockwood yang terkesan terburu - buru. Terutama Lockwood yang sering mengalami mood swing, atau mungkin wajar untuk remaja seusianya? Ditambah Lucy yang suka ambil keputusan sendiri, tanpa memberitahu rekan kerjanya. Gue awalnya agak mikir, kenapa anggota agensi kebanyakan anak - anak remaja yang juga harus mempertaruhkan nyawa dalam menghadapi hantu, karena hantu di dunia Lockwood ini cukup berbahaya juga. Sekalinya manusia terkena sentuhan hantu, jika tidak ditangani dengan segera, akan meregang nyawa. Stroud menjabarkan sedikit demi sedikit, kenapa para anak - anak yang menjadi agen dan orang dewasa hanya berlaku sebagai penyelia mereka saja.

Sebuah awal yang menjanjikan dan ga butuh waktu lama buat gue untuk langsung baca kelanjutannya yaitu The Whispering Skull. Terjemahan Mbak Poppy enak dibaca walau typonya masih ada beberapa. Di bagian akhir buku ada glossarium yang tetap mempertahankan istilah aslinya dan diikuti dengan terjemahannya. Weird choice, tapi ya sudahlah. Yang jelas, ceritanya seru dan banyak misteri yang belum terpecahkan seperti awal mula wabah hantu dan juga apa yang disembunyikan Lockwood dari Lucy dan George.

 "Berhentilah mencemaskan masa lalu! Masa lalu hanya untuk hantu. Kita semua pernah melakukan hal-hal yang kita sesali. Namun masa depanlah yang terpenting" 


Expand filter menu Content Warnings
The Shark Caller by Zillah Bethell

Go to review page

adventurous emotional hopeful inspiring mysterious reflective sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

 Buku sebagus ini kok jarang yang baca?? Bahkan gue lihat yang ngereview ga sampe ribuan dan reviewnya pun dikit. LIKE, SERIOUSLY???

 "aku ingin bisa memanggil hiu. Kau tahu itu. Aku sudah kelewat sering bilang kepadamu, sampai rahangku terasa ngilu setiap kali mengatakannya. Aku ingin bisa memanggi hiu. Ajari aku sihirnya dan tunjukkan kepadaku caranya." 


Gue dulu beli buku The Shark Caller dari temen karena ada diskonan (ini alasan utama ya hahaha), dan juga tertarik sama covernya (blue is my favorite color!) plus tertarik dengan premisenya tentang pemanggil hiu. Ekspektasi gue awalnya, oh ini fantasy untuk anak - anak, dengan tema yang unik tentang budaya pemanggil hiu dan setting yang juga sama uniknya yaitu di Papua Nugini. Bisa jadi bacaan ringan lah.

Boy, how I was wrong!

The Shark Caller bukanlah cuma buku tentang fantasy atau petualangan bocah - bocah mencari harta karun. Buku ini lebih dari itu. Zillah Bethell melalui buku ini menjabarkan kisah tentang dua anak berusia 12 tahun, Blue Wing dan Maple Hamelin. Awal cerita memang sedikit biasa saja, walau sebenarnya dari awal pun Bethell sudah memberi hints tentang dinamika Blue Wing dan waspapinya, Siringen. Diceritakan seluruhnya dari sudut pandang Blue Wing, pembaca diajak membaca kenapa Blue Wing bersikeras ingin jadi pemanggil hiu, demi balas dendamnya untuk hiu bernama Xok. Lalu interaksinya dengan Maple, bahwa Maple di dalam hatinya masih memendam rasa duka dan penyesalan yang luar biasa sampai awal mereka bertemu, Maple ini orang yang menyebalkan. Sampai akhirnya mereka pun jadi berteman dan membantu ayah Maple, Mr Hamelin untuk mencari harta karun.

Petunjuk - petunjuk di The Shark Caller, tentang Blue Wing, terutama interaksinya dengan Siringen, Maple, Mr Hamelin dan juga si dukun, Chimera, sebenarnya sudah jelas dari awal. Tapi Bethell tetap mengajak pembacanya untuk bertanya dan menduga - duga. Dan begitu semuanya terungkap...seolah semuanya jadi sempurna dalam satu lingkaran. Gue sarankan jangan terlalu banyak baca review dan juga jangan baca bagian belakangnya dulu (ini sih kebiasaan gue yah, jangan ditiru hahaha), supaya surprisenya tetap terjaga. Karena walau kamu mungkin udah bisa nebak...oh begini, tetap akan ada rasa puas saat semuanya jelas. Bethell sendiri juga mungkin berusaha untuk tidak berbelit - belit dalam bercerita, karena buku ini memang ditujukan untuk anak - anak.

 "Rumah bukanlah sekedar bangunan. Itu bukanlah sekedar kumpulan bata atau kayu dengan atap di bagian atasnya. Juga bukanlah sekadar semen atau paku yang menyatukan semuanya. Rumah adalah tempat dimana kau diinginkan. Tempat kau merasa aman dan dicintai. Itulah arti rumah yang sesungguhnya-bukan bahan pembuatnya atau bahkan lokasinya. Rumah adalah tempat kau diterima apa adanya. Tolong, jangan lupakan itu." 


Meskipun untuk anak - anak, temanya sendiri cukup universal. Di luar cerita tentang pemanggil hiu, dinamika di Papua Nugini plus penggunaan bahasa Inggris Tok Pisin-nya, tema utama buku ini adalah bagaimana memaafkan diri sendiri dan menghadapi rasa duka. Bethell cukup piawai dalam menjabarkan lima fase duka (penyangkalan, amarah, menawar, depresi dan penerimaan), terutama pada sosok Maple dan Mr Hamelin. Penyampaiannya pun enak dibaca tanpa terasa menggurui. Bahkan untuk hati gue yang menurut gue udah cukup keras karena kenyataan hidup pun, membaca The Shark Caller legit make me (almost) ugly crying. Memang terasa ada beberapa narasi yang tampak bijaksana padahal keluar dari sudut pandang Blue Wing yang notabene baru usia 12an tahun, masih anak - anak. Tapi mungkin juga anak - anak pun sejatinya bisa berpikir lebih pijak ketimbang orang dewasa.

Gue membaca ini hanya dalam waktu singkat, walau harus dibaca dalam beberapa hari karena kesibukan kerja. Alur ceritanya memang tidak terlalu cepat dan bisa dibaca santai, tapi memang unsur misterinya cukup bikin penasaran. Ditambah dengan ilustrasi - ilustrasi didalamnya yang cukup menarik, pun covernya juga sangat catchy. Menyembunyikan fakta kalau ceritanya bikin pengen nangis endingnya, hahaha. Apakah sad ending atau happy end? Bagi gue mah happy yah, karena kan tema utama ceritanya lebih tentang memaafkan diri sendiri dan melanjutkan hidup. Minusnya mungkin masih ada beberapa typo yang cukup kelihatan, pun penggunaan bahasa Tok Pisin cukup nanggung karena hanya sepatah - dua patah kata walaupun tetap ada catatan kaki dan glossary untuk artinya. Tapi untuk terjemahannya, menurut gue luwes dan enak dibaca, terlepas dari typonya yang lumayan. Oh ya, di bagian belakang buku juga ada sharing dari Bethell tentang kehidupannya dulu di Papua Nugini dan trivia tentang hiu dan info untuk konservasi hiu. Selain itu kalau kamu baca ini sama temen atau klub buku ada list pertanyaan untuk jadi bahan diskusi.

 "Waktu hanyalah keranjang yang membawa kehidupan dan kematian. Dan semua makhluk yang hidup pasti akan disentuh oleh kematian - mustahil menolaknya. Jadi kematian hanyalah bagian dari kehidupan." Siringen mengangkat bahunya. "Jika kita bisa menerima fakta itu, hidup baru terasa nyata. Hidup. Kematian. Waktu. Semua itu adalah hal yang sangat sederhana." 


The Shark Caller jadi salah satu buku favorite gue di 2023 ini dan juga my first 5* in this year (lol, akhirnya). Ngelihat pembacanya kok dikit banget, jadi sedih deh. Karena buku ini menurut gue lebih daripada sekedar cerita pemanggil hiu. Buku ini bakal bikin hati merasa tersayat - sayat tapi juga hangat pada akhirnya. Recommended!!

 "Orang bilang waktu akan membuat luka sembuh. Semua orang di dunia mengatakannya. Tapi itu memang benar. Jika kau menunggu cukup lama, kau akan mendapati tidak ada keburukan yang cukup buruk untuk mengubah segalanya. Orang akan selalu kembali menjadi diri mereka seperti saat dilahirkan. Seperti halnya kematian, itu juga sesuatu yang tidak dihindarkan." 


Expand filter menu Content Warnings
Devil in Winter by Lisa Kleypas

Go to review page

5.0

How can I start?
This book is GREAT!! >.<. I must regret cause I’m never read it from long2 time ago, Historical Romance is still new for me, and I’m glad I read Lisa Kleypas book first ^^. Thank you for many people that had recommended this book for me. I feel skeptical first when I want read this , afraid I have hope to much and then this book will be disappoint me. But I’m wrong!! Yes I love this book, lol

After the event in It Happened One Autumn, Sebastian, Lord St Vincent got surprising news from Evangeline Jenner, the shy one from Wallflowers. She want him to become her husband, cause Evie want to get out from her mother’s family and she knows that St Vincent is in bad & poor life and need rich girl to close his financial problem. So, this proposal seem to be benefit for both of them. Until Sebastian realized, he has an unusual feeling for Evie…

Evie know that Sebastian is womanizer, scoundrel, rake to the core and Vanity, thy name is Sebastian, lol ^^. But she seem surprised when see Sebastian look interesting to manage her father’s casino. The lazy, flamboyan Sebastian became change to be responsible man, but she still don’t believe that he will left his old habit, so she want Sebastian to celibate and if he success, he can make love to Evie ^^. Of course this is tortured Sebastian a lot, but he promise that he will fulfill it, after Sebastian had been shooting when he protect Evie, and they finally realized their feeling to each other…

Sebastian remind me of Bones from Night Huntress series by Jeaniene Frost and Roarke from In Death Series by J.D.Robb. They are womanizer, charming, flamboyan, drop dead gorgeous, tall, dark and deadly, and like a sinner or fallen angel (with the difference, Sebastian is poor, Bones is vampire and Roarke is mega billionaire, lol), but when they meet their woman, they will falling in love from head to toe ^^ to them. Womanizer is not my fave hero, but they are exception ^^. Some people says that Sebastian change is to drastic, that he falling in love to Evie too fast , but I don’t think so. It feel natural to see his change, cause deep inside I know maybe Sebastian want to change but he don’t have a precise moment and suitable woman, until Evie come to him. And it nice to see how much Evie change. Oh yes she still shy and stutter but she become a though woman, an equal partner of life for Sebastian.

Great BOOK!! And I don’t hesitate to give 5 stars (and I want someone seduce me in billiard room, ^^)
A Hathaway Wedding by Lisa Kleypas

Go to review page

4.0

Cause this is free story from Lisa Kleypas's web
I really excited it when i have it (hey who dont want anything free?^^)

Although its to short, just 28 pages, this story had explain enough what happen after the event in Seduce Me at Sunrise. Things that make me laugh is when Kev is already married Win in barn, yes barn ^^
and then their marriage is interupted with elephant that hid by Beatrix.
Really2 funny.

I think this is a Hathaways wedding after all, must happen something hilarious then ^^

The story told us, even with bad omen or bad suggestion we must not give up to take what we want, what we need. Cause if we believe with faith, something good will come to us ^^

I like Hathaways series more than Wallflowers series, even though Wallflowers will take place in my heart cause this is the first Historical Romance series that I've read (and hello, Sebastian St Vincent ^^)
Like the family theme in this series, and i will read Tempt me at Twilight after this.

Hope you enjoy my review ^^




The Darkest Passion by Gena Showalter

Go to review page

5.0

I give this book definitely 5++ stars ^^
Its hard to not give spoiler, but I'll make a try
This is the story :

Aeron, once an immortal guard of Zeus, the King of The Greeks God, that someday envy make him help his brethren to open Pandora Box, and released many dangerous demons to the world. He cursed by one of the demon, become host of Wrath. Everyday he forced to punish the wrongdoers, until he meet his baby daughter, Legion, the demon minion, that calm Wrath. But, a few days later, he feel the presence behind him, that watch him, make his Legion run away. Curious about that, he try to search it and then meet his downfall..

Olivia, the angel, a joy-bringer then make a warrior and signed by One True Deity to kill Aeron. But she cant help her amusement to Aeron, cant do her job, and because of that she choose to Fallen, fall straight to hell, her wings stripped and she become weak as human had. Its all to meet Aeron, to know the feeling to have fun and love someone...

But,Aeron despised her first, and then torn between Olivia and Legion, cause Legion cant stand near Angel. It become worse, that there appear a new entity, a news that there are great powers that help Hunter to againts The Lords, Legion's act that frustated Aeron, The Dark Prince confrontation, threat from Olivia's mentor Lysander and for the worse, Aeron's feeling to Olivia. He cant resist her, as that when he realized his love to Olivia, Aeron knows that he will lose everything he had...

Again, Miss Gena Showalter not dissapoint me ^^
This book is GREAT!! I dont hesitate to give 5 stars >.< (and + 5 too, so 10 stars, but GR just have 5 stars ^^)
The story more intriguing than the last, the plot thicken.
The story development open the chance that Lords of The Underworld is the worth to read series.
There are some development for some characters and appearance of new characters that make we guessing what will happen next, and maybe will make us frustated too, to wait their story.^^
Some people said that the ending like just cut in, not tell the story of others, just tell Olivia-Aeron after they unite again . But I don't think so, cause its a good ending ^^. Its make we want to read the next book to know what happen next :)
Things that make me irritated and laughing at the same time is when read Aeron-Olivia love scene. I just want to say TMI. To Much Interruption, lol. Miss Gena is tortured them (and us) a lot :D
Like how, again, Miss Gena can pairing her hero and heroine well.

And dont forget to read the next installment in this series, The Darkest Lie, coming out in the end of June.
Tell the story of Gideon, Keeper of Lies with his mate Scarlet, Keeper of Nightmares (they first meet in The Darkest Passion) that claimed once she is his wife.

Cant wait >.<
Hope you enjoy my review ^^