Scan barcode
A review by renpuspita
The Shark Caller by Zillah Bethell
adventurous
emotional
hopeful
inspiring
mysterious
reflective
sad
slow-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Buku sebagus ini kok jarang yang baca?? Bahkan gue lihat yang ngereview ga sampe ribuan dan reviewnya pun dikit. LIKE, SERIOUSLY???
"aku ingin bisa memanggil hiu. Kau tahu itu. Aku sudah kelewat sering bilang kepadamu, sampai rahangku terasa ngilu setiap kali mengatakannya. Aku ingin bisa memanggi hiu. Ajari aku sihirnya dan tunjukkan kepadaku caranya."
Gue dulu beli buku The Shark Caller dari temen karena ada diskonan (ini alasan utama ya hahaha), dan juga tertarik sama covernya (blue is my favorite color!) plus tertarik dengan premisenya tentang pemanggil hiu. Ekspektasi gue awalnya, oh ini fantasy untuk anak - anak, dengan tema yang unik tentang budaya pemanggil hiu dan setting yang juga sama uniknya yaitu di Papua Nugini. Bisa jadi bacaan ringan lah.
Boy, how I was wrong!
The Shark Caller bukanlah cuma buku tentang fantasy atau petualangan bocah - bocah mencari harta karun. Buku ini lebih dari itu. Zillah Bethell melalui buku ini menjabarkan kisah tentang dua anak berusia 12 tahun, Blue Wing dan Maple Hamelin. Awal cerita memang sedikit biasa saja, walau sebenarnya dari awal pun Bethell sudah memberi hints tentang dinamika Blue Wing dan waspapinya, Siringen. Diceritakan seluruhnya dari sudut pandang Blue Wing, pembaca diajak membaca kenapa Blue Wing bersikeras ingin jadi pemanggil hiu, demi balas dendamnya untuk hiu bernama Xok. Lalu interaksinya dengan Maple, bahwa Maple di dalam hatinya masih memendam rasa duka dan penyesalan yang luar biasa sampai awal mereka bertemu, Maple ini orang yang menyebalkan. Sampai akhirnya mereka pun jadi berteman dan membantu ayah Maple, Mr Hamelin untuk mencari harta karun.
Petunjuk - petunjuk di The Shark Caller, tentang Blue Wing, terutama interaksinya dengan Siringen, Maple, Mr Hamelin dan juga si dukun, Chimera, sebenarnya sudah jelas dari awal. Tapi Bethell tetap mengajak pembacanya untuk bertanya dan menduga - duga. Dan begitu semuanya terungkap...seolah semuanya jadi sempurna dalam satu lingkaran. Gue sarankan jangan terlalu banyak baca review dan juga jangan baca bagian belakangnya dulu (ini sih kebiasaan gue yah, jangan ditiru hahaha), supaya surprisenya tetap terjaga. Karena walau kamu mungkin udah bisa nebak...oh begini, tetap akan ada rasa puas saat semuanya jelas. Bethell sendiri juga mungkin berusaha untuk tidak berbelit - belit dalam bercerita, karena buku ini memang ditujukan untuk anak - anak.
"Rumah bukanlah sekedar bangunan. Itu bukanlah sekedar kumpulan bata atau kayu dengan atap di bagian atasnya. Juga bukanlah sekadar semen atau paku yang menyatukan semuanya. Rumah adalah tempat dimana kau diinginkan. Tempat kau merasa aman dan dicintai. Itulah arti rumah yang sesungguhnya-bukan bahan pembuatnya atau bahkan lokasinya. Rumah adalah tempat kau diterima apa adanya. Tolong, jangan lupakan itu."
Meskipun untuk anak - anak, temanya sendiri cukup universal. Di luar cerita tentang pemanggil hiu, dinamika di Papua Nugini plus penggunaan bahasa Inggris Tok Pisin-nya, tema utama buku ini adalah bagaimana memaafkan diri sendiri dan menghadapi rasa duka. Bethell cukup piawai dalam menjabarkan lima fase duka (penyangkalan, amarah, menawar, depresi dan penerimaan), terutama pada sosok Maple dan Mr Hamelin. Penyampaiannya pun enak dibaca tanpa terasa menggurui. Bahkan untuk hati gue yang menurut gue udah cukup keras karena kenyataan hidup pun, membaca The Shark Caller legit make me (almost) ugly crying. Memang terasa ada beberapa narasi yang tampak bijaksana padahal keluar dari sudut pandang Blue Wing yang notabene baru usia 12an tahun, masih anak - anak. Tapi mungkin juga anak - anak pun sejatinya bisa berpikir lebih pijak ketimbang orang dewasa.
Gue membaca ini hanya dalam waktu singkat, walau harus dibaca dalam beberapa hari karena kesibukan kerja. Alur ceritanya memang tidak terlalu cepat dan bisa dibaca santai, tapi memang unsur misterinya cukup bikin penasaran. Ditambah dengan ilustrasi - ilustrasi didalamnya yang cukup menarik, pun covernya juga sangat catchy. Menyembunyikan fakta kalau ceritanya bikin pengen nangis endingnya, hahaha. Apakah sad ending atau happy end? Bagi gue mah happy yah, karena kan tema utama ceritanya lebih tentang memaafkan diri sendiri dan melanjutkan hidup. Minusnya mungkin masih ada beberapa typo yang cukup kelihatan, pun penggunaan bahasa Tok Pisin cukup nanggung karena hanya sepatah - dua patah kata walaupun tetap ada catatan kaki dan glossary untuk artinya. Tapi untuk terjemahannya, menurut gue luwes dan enak dibaca, terlepas dari typonya yang lumayan. Oh ya, di bagian belakang buku juga ada sharing dari Bethell tentang kehidupannya dulu di Papua Nugini dan trivia tentang hiu dan info untuk konservasi hiu. Selain itu kalau kamu baca ini sama temen atau klub buku ada list pertanyaan untuk jadi bahan diskusi.
"Waktu hanyalah keranjang yang membawa kehidupan dan kematian. Dan semua makhluk yang hidup pasti akan disentuh oleh kematian - mustahil menolaknya. Jadi kematian hanyalah bagian dari kehidupan." Siringen mengangkat bahunya. "Jika kita bisa menerima fakta itu, hidup baru terasa nyata. Hidup. Kematian. Waktu. Semua itu adalah hal yang sangat sederhana."
The Shark Caller jadi salah satu buku favorite gue di 2023 ini dan juga my first 5* in this year (lol, akhirnya). Ngelihat pembacanya kok dikit banget, jadi sedih deh. Karena buku ini menurut gue lebih daripada sekedar cerita pemanggil hiu. Buku ini bakal bikin hati merasa tersayat - sayat tapi juga hangat pada akhirnya. Recommended!!
"Orang bilang waktu akan membuat luka sembuh. Semua orang di dunia mengatakannya. Tapi itu memang benar. Jika kau menunggu cukup lama, kau akan mendapati tidak ada keburukan yang cukup buruk untuk mengubah segalanya. Orang akan selalu kembali menjadi diri mereka seperti saat dilahirkan. Seperti halnya kematian, itu juga sesuatu yang tidak dihindarkan."
Moderate: Grief, Death of parent, and Abandonment
Minor: Animal cruelty