Scan barcode
A review by renpuspita
The Screaming Staircase - Undakan Menjerit by Jonathan Stroud
adventurous
challenging
funny
lighthearted
mysterious
fast-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
Gue masih inget dulu pas hype Lockwood masih ada (circa 2014-2015an, saat terjemahan The Screaming Staircase terbit), banyak yang bilang ngeri banget banyak hantunya. Gue sebagai orang yang parno terhadap hantu, tetap beli bukunya tapi ya begitulah. Ditimbun karena apparently I'm too chicken out to read this. Tapi gegara versi Netflixnya barusan rilis dan gue masih berprinsip kalau baca bukunya dulu baru nonton, maka gue putuskan untuk binge reading saja series Lockwood & Co, mumpung semua bukunya sudah terbit dan diterjemahkan.
Ternyata yha tidak horor-horot amat. Mungkin karena buku ini untuk anak-anak & remaja jadi tone horrornya diturunkan alias ya ga seram2 banget tapi merindingnya masih dapet. Atau mungkin karena gue bacanya pas siang dan kalau pas malem, lampunya dinyalakan 😂. Plus ada suami di rumah, jadi gue ga merasa sendirian. Kalau sendirian, bisa jadi gue akan overthinking mikirin yang aneh - aneh.
Gue sendiri udah sangat lama baca karya Jonathan Stroud yang lain, Bartimaeus Trilogy. Jadi jujur gue ga akan terlalu membandingkan Lockwood & Co. dengan Bartimaeus. Yang ingin gue garis bawahi adalah trope yang sering dipakai di novel - novel middle grade dengan genre serupa. Karakter utama yang berupa trio, dan pakemnya hampir sama. Dua cowok, satu cewek, meskipun untuk series ini, Lockwood lebih ke arah misterius nan kharismatik alih2 the chosen ones kayak Harry Potter atau Percy Jackson. Sisanya? Ya mirip2. Lucy yang bikin gue teringat ke Hermione, cerdas, jelas - jelas seorang agent yang mumpuni dengan dua Bakat sekaligus (Daya Sentuh dan Daya Dengar) tapi menganggap dirinya jelek, ga fashionable dan hobby komentar body-shaming terutama ke George. George sendiri agak2 comic relief walau lebih ke tipe sarkastik dan nerd abis. Walau begitu, gue tetap suka sama karakterisasi tiga tokoh utama yang berbeda - beda. Ceritanya sendiri dari sudut pandang Lucy seluruhnya, jadi pembaca akan dapat gambaran yang cukup bias karena kelihatan banget kalau Lucy tidak akur dengan George dan mengagumi Lockwood yang kadang suka gegabah tapi juga karismatik plus pintar mengambil hati orang. Apakah Lockwood seorang leader yang baik? Dari sudut pandang gue ya ga juga, kadang malah lebih kelihatan kayak bos ketimbang leader, walau gue memaafkan ketika Lucy atau Lockwood terasa gegabah dalam mengambil keputusan tanpa menunggu hasil riset George, karena ya..kan mereka masih anak - anak.
Seperti halnya Barti, di dunia Lockwood and Co. pun, Stroud membuat sebuah dunia, atau tepatnya kepulauan British Raya yang terkena wabah hantu selama 50 tahun selamanya. Tidak ada yang tahu kenapa wabah hantu ini merebak. Dari premis sederhana tentang wabah hantu inilah, Stroud mengembangkan ceritanya, dimana akhirnya ada peraturan - peraturan baru seperti jam malam, lalu ada teknologi - teknologi untuk menghalau hantu seperti ada lampu penghalang hantu, kanal air (karena hantu benci air mengalir), besi dan garam. Disini gue melihat Stroud mengambil dari beberapa mitologi yang ada seperti hantu yang tidak tahan dengan perak, besi dan garam, serta bau bunga lavendel. Selain itu, manusia pun akhirnya mengembangkan cara untuk melawan hantu, jadi mereka tidak pasrah saja dihantui. Bermunculannya banyak agensi penangkal hantu, dimana seperti ciri khas novel - novel yang ada, tentunya Lockwood and Co. ini salah satu dari agensi yang mandiri dan kecil serta banyak dimusuhi oleh agensi yang lebih besar dan DEPRAC (aka departement yang mengurusi perhantuan) because we all love underdog characters and situation. Right?
Ceritanya sendiri menurut gue sangat seru dan mengasyikkan, walau di sisi lain ya..cukup bikin merinding, lel. Alur cerita berjalan maju lurus tanpa hambatan kayak jalan tol, walau di bagian 2, kita sempat disuguhkan flashback sedikit tentang masa lalu Lucy dan awal mula Lucy bergabung dengan Lockwood dan George. Plotnya sendiri lebih ke arah menyelidiki cold case, dimana Lucy dkk menyelidiki siapa pembunuh Annabel Ward yang dibunuh 50 tahun lalu dan hantunya menyatroni rumah yang diselidiki Lucy dkk di awal cerita. Saat penyelidikan, Lockwood mendapat tawaran untuk mengusir hantu di Combe Carey Hall yang SANGAT berhantu. Gegara kekacauan di kasus pertama sampai harus berutang 60k poundsterling, Lockwood dengan antusias menyambutnya. Padahal, legenda di Combe Carey Hall ini cukup merinding. Ada Kamar Merah tempat seorang duke suka menyiksa lawan politiknya dan juga ada Undakan Menjerit, yang jadi judul buku ini.
Bagi gue, kasusnya sendiri cukup simpel dan sebenarnya sudah bisa dipecahkan di pertengahan cerita, walau sudah diberi red herring sekalipun. Tapi ya gue tetep suka sama eksekusinya. Pun karakter - karakter lain juga cukup menarik dan sangat typecast, hahaha. Seperti Inspektur Barnes yang tipikal orang dewasa dan tidak percaya dengan Lockwood dkk yang dianggap cuma bisa mengacau. Lalu ada Quill Kipps dari agensi Fittes, salah satu agensi terbesar, yang ternyata kenal Lockwood di masa lalu. Mungkin yang agak bikin kesel adalah Lucy dan Lockwood yang terkesan terburu - buru. Terutama Lockwood yang sering mengalami mood swing, atau mungkin wajar untuk remaja seusianya? Ditambah Lucy yang suka ambil keputusan sendiri, tanpa memberitahu rekan kerjanya. Gue awalnya agak mikir, kenapa anggota agensi kebanyakan anak - anak remaja yang juga harus mempertaruhkan nyawa dalam menghadapi hantu, karena hantu di dunia Lockwood ini cukup berbahaya juga. Sekalinya manusia terkena sentuhan hantu, jika tidak ditangani dengan segera, akan meregang nyawa. Stroud menjabarkan sedikit demi sedikit, kenapa para anak - anak yang menjadi agen dan orang dewasa hanya berlaku sebagai penyelia mereka saja.
Sebuah awal yang menjanjikan dan ga butuh waktu lama buat gue untuk langsung baca kelanjutannya yaitu The Whispering Skull. Terjemahan Mbak Poppy enak dibaca walau typonya masih ada beberapa. Di bagian akhir buku ada glossarium yang tetap mempertahankan istilah aslinya dan diikuti dengan terjemahannya. Weird choice, tapi ya sudahlah. Yang jelas, ceritanya seru dan banyak misteri yang belum terpecahkan seperti awal mula wabah hantu dan juga apa yang disembunyikan Lockwood dari Lucy dan George.
Ternyata yha tidak horor-horot amat. Mungkin karena buku ini untuk anak-anak & remaja jadi tone horrornya diturunkan alias ya ga seram2 banget tapi merindingnya masih dapet. Atau mungkin karena gue bacanya pas siang dan kalau pas malem, lampunya dinyalakan 😂. Plus ada suami di rumah, jadi gue ga merasa sendirian. Kalau sendirian, bisa jadi gue akan overthinking mikirin yang aneh - aneh.
Gue sendiri udah sangat lama baca karya Jonathan Stroud yang lain, Bartimaeus Trilogy. Jadi jujur gue ga akan terlalu membandingkan Lockwood & Co. dengan Bartimaeus. Yang ingin gue garis bawahi adalah trope yang sering dipakai di novel - novel middle grade dengan genre serupa. Karakter utama yang berupa trio, dan pakemnya hampir sama. Dua cowok, satu cewek, meskipun untuk series ini, Lockwood lebih ke arah misterius nan kharismatik alih2 the chosen ones kayak Harry Potter atau Percy Jackson. Sisanya? Ya mirip2. Lucy yang bikin gue teringat ke Hermione, cerdas, jelas - jelas seorang agent yang mumpuni dengan dua Bakat sekaligus (Daya Sentuh dan Daya Dengar) tapi menganggap dirinya jelek, ga fashionable dan hobby komentar body-shaming terutama ke George. George sendiri agak2 comic relief walau lebih ke tipe sarkastik dan nerd abis. Walau begitu, gue tetap suka sama karakterisasi tiga tokoh utama yang berbeda - beda. Ceritanya sendiri dari sudut pandang Lucy seluruhnya, jadi pembaca akan dapat gambaran yang cukup bias karena kelihatan banget kalau Lucy tidak akur dengan George dan mengagumi Lockwood yang kadang suka gegabah tapi juga karismatik plus pintar mengambil hati orang. Apakah Lockwood seorang leader yang baik? Dari sudut pandang gue ya ga juga, kadang malah lebih kelihatan kayak bos ketimbang leader, walau gue memaafkan ketika Lucy atau Lockwood terasa gegabah dalam mengambil keputusan tanpa menunggu hasil riset George, karena ya..kan mereka masih anak - anak.
Seperti halnya Barti, di dunia Lockwood and Co. pun, Stroud membuat sebuah dunia, atau tepatnya kepulauan British Raya yang terkena wabah hantu selama 50 tahun selamanya. Tidak ada yang tahu kenapa wabah hantu ini merebak. Dari premis sederhana tentang wabah hantu inilah, Stroud mengembangkan ceritanya, dimana akhirnya ada peraturan - peraturan baru seperti jam malam, lalu ada teknologi - teknologi untuk menghalau hantu seperti ada lampu penghalang hantu, kanal air (karena hantu benci air mengalir), besi dan garam. Disini gue melihat Stroud mengambil dari beberapa mitologi yang ada seperti hantu yang tidak tahan dengan perak, besi dan garam, serta bau bunga lavendel. Selain itu, manusia pun akhirnya mengembangkan cara untuk melawan hantu, jadi mereka tidak pasrah saja dihantui. Bermunculannya banyak agensi penangkal hantu, dimana seperti ciri khas novel - novel yang ada, tentunya Lockwood and Co. ini salah satu dari agensi yang mandiri dan kecil serta banyak dimusuhi oleh agensi yang lebih besar dan DEPRAC (aka departement yang mengurusi perhantuan) because we all love underdog characters and situation. Right?
Ceritanya sendiri menurut gue sangat seru dan mengasyikkan, walau di sisi lain ya..cukup bikin merinding, lel. Alur cerita berjalan maju lurus tanpa hambatan kayak jalan tol, walau di bagian 2, kita sempat disuguhkan flashback sedikit tentang masa lalu Lucy dan awal mula Lucy bergabung dengan Lockwood dan George. Plotnya sendiri lebih ke arah menyelidiki cold case, dimana Lucy dkk menyelidiki siapa pembunuh Annabel Ward yang dibunuh 50 tahun lalu dan hantunya menyatroni rumah yang diselidiki Lucy dkk di awal cerita. Saat penyelidikan, Lockwood mendapat tawaran untuk mengusir hantu di Combe Carey Hall yang SANGAT berhantu. Gegara kekacauan di kasus pertama sampai harus berutang 60k poundsterling, Lockwood dengan antusias menyambutnya. Padahal, legenda di Combe Carey Hall ini cukup merinding. Ada Kamar Merah tempat seorang duke suka menyiksa lawan politiknya dan juga ada Undakan Menjerit, yang jadi judul buku ini.
Bagi gue, kasusnya sendiri cukup simpel dan sebenarnya sudah bisa dipecahkan di pertengahan cerita, walau sudah diberi red herring sekalipun. Tapi ya gue tetep suka sama eksekusinya. Pun karakter - karakter lain juga cukup menarik dan sangat typecast, hahaha. Seperti Inspektur Barnes yang tipikal orang dewasa dan tidak percaya dengan Lockwood dkk yang dianggap cuma bisa mengacau. Lalu ada Quill Kipps dari agensi Fittes, salah satu agensi terbesar, yang ternyata kenal Lockwood di masa lalu. Mungkin yang agak bikin kesel adalah Lucy dan Lockwood yang terkesan terburu - buru. Terutama Lockwood yang sering mengalami mood swing, atau mungkin wajar untuk remaja seusianya? Ditambah Lucy yang suka ambil keputusan sendiri, tanpa memberitahu rekan kerjanya. Gue awalnya agak mikir, kenapa anggota agensi kebanyakan anak - anak remaja yang juga harus mempertaruhkan nyawa dalam menghadapi hantu, karena hantu di dunia Lockwood ini cukup berbahaya juga. Sekalinya manusia terkena sentuhan hantu, jika tidak ditangani dengan segera, akan meregang nyawa. Stroud menjabarkan sedikit demi sedikit, kenapa para anak - anak yang menjadi agen dan orang dewasa hanya berlaku sebagai penyelia mereka saja.
Sebuah awal yang menjanjikan dan ga butuh waktu lama buat gue untuk langsung baca kelanjutannya yaitu The Whispering Skull. Terjemahan Mbak Poppy enak dibaca walau typonya masih ada beberapa. Di bagian akhir buku ada glossarium yang tetap mempertahankan istilah aslinya dan diikuti dengan terjemahannya. Weird choice, tapi ya sudahlah. Yang jelas, ceritanya seru dan banyak misteri yang belum terpecahkan seperti awal mula wabah hantu dan juga apa yang disembunyikan Lockwood dari Lucy dan George.
"Berhentilah mencemaskan masa lalu! Masa lalu hanya untuk hantu. Kita semua pernah melakukan hal-hal yang kita sesali. Namun masa depanlah yang terpenting"
Graphic: Body shaming, Death, and Fatphobia
Moderate: Sexism
Minor: Blood