renpuspita's reviews
1368 reviews

Cinderella Addiction by Rikako Akiyoshi

Go to review page

dark emotional mysterious tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

 Buku stress yang isinya orang - orang stress semua.

Karya Akiyoshi Rikako yang gue baca itu baru Girls in the Dark doang tapi buku satu itu saja sudah meninggalkan impressi yang luar biasa dan gue jadi ga ragu buat mengoleksi seluruh karya Akiyoshi-sensei. Gue bahkan berniat baca Holy Mother tahun ini, tapi sebelumnya gue mau baca Cinderella Addiction dulu yang seharusnya dibaca tahun lalu. Kebetulan temen kantor beberapa bulan lalu nonton Melancholy, adaptasi dari Cinderella Addiction yang sayangnya gue ga ikutan nonton. 

Buku ini...gimana ngomongnya ya hahaha. Endingnya emang (cukup) gila tapi malah meninggalkan banyak pertanyaan di benak gue. Okelah, ending ngetwist emang salah satu ciri khas Akiyoshi, tapi di Cinderella Addiction ini terlalu banyak yang membuat gue bertanya - tanya. Untuk amannya gue taruh tag spoiler aja ya, so beware spoilers!:

- Perubahan karakter Kota dan Sakura yang terkesan tiba-tiba, tapi menurut gue justru Sakura-lah yang nyaris ga masuk akal. Apa bisa berubah drastis seperti itu dalam semalam? Okelah judulnya aja ada kata Cinderellanya, tapi apa iya Sakura mendadak jadi psikopat hanya buat mempertahankan status 'cinderella'nya? Kemana orang yang awalnya walau terkesan dirundung kemalangan tapi tetap berusaha tegar dan mau membela anak - anak, malah berubah jadi pembunuh anak - anak itu sendiri? Hanya karena merasa dibutuhkan Kaori dan Kota?
- Karakter Kota itu sebenarnya gue ga terlalu heran sama berubahnya karena ini salah satu bukti kalau manusia itu punya banyak topeng. Bisa jadi alasan mantan istrinya yang pertama selingkuh karena Kota aslinya ringan tangan? Sayangnya dari tiga karakter ini, Kota emang yang agak kurang tereksplor. Gue hanya tahu kalau Kota masih stress karena perselingkuhan mantan istri pertamanya, tapi juga menyembunyikan amarah yang luar biasa yang lalu dialihkan ke hobi memahat patungnya. Kesan pernikahannya dengan Sakura emang terburu - buru ya dan mungkin dari situ saja sudah termasuk bendera merah berkibar - kibar karena mungkin Akiyoshi-sensei ingin bilang bahwa kebahagiaan yang absolut itu ada syarat dan ketentuan yang berlaku
- Kaori-chan emang manipulator sejati. Bocil kematian yang literally live up to her name. Menurut gue, keputusan yang tepat bagi Akiyoshi sensei untuk membuat cerita dari sudut pandang Kaori memakai 1st PoV. Pemikiran anak - anaknya yang polos tapi sadis sebenarnya bagian yang paling mengerikan yang gue baca dari buku ini. Apa alasan Kaori berlaku dan menjadi pathological liar sebenarnya mungkin bisa ditelusuri dari kurangnya perhatian ibu kandungnya. Tapi, apa yang ada di pikiran Kaori emang menurut gue sangat ekstrim walau bukan ga mungkin bisa terjadi
- Open ending yang menyisakan rasa kurang puas. Okelah, endingnya orang-orang yang (dianggap) merundung Kaori akhirnya mendapat balasan. Tapi logikanya lah, masa iya ga bakal ketahuan wkwk. Mungkin juga keputusan yang tepat Akiyoshi mengakhiri ceritanya sampai disitu saja dan menyerahkan pada pembaca. Kalau secara logika ya ga mungkin keluarga Izumisawa lolos dari perbuatan mereka, lol. Tapi namanya juga mau bahagia, psychopath style
 

Menurut gue dengan beberapa hal yang bagi gue cukup mengganggu, ceritanya cukup menarik dan lebih menekankan pada aspek dramanya. Gue mau ga mau diajak bersimpati sama kondisi Sakura dan Kota (pada awalnya), sementara kesel banget baca PoV Kaori si bocil ga tahu diuntung. Walau gitu gue cukup kesel juga dengan banyaknya "Eh?", kayak apa sih ini pada cengo semua apa kalian sering banget berekspresi "eh???" lol. Selain itu karena tokoh utamanya sudah dewasa (kecuali Kaori), ada beberapa adegan dewasa juga tapi ga eksplisit. Bisa banget diskip dan ga terlalu mengurangi kenikmatan membaca.

Bukan yang terbaik dari Akiyoshi Rikako (padahal gue baru baca dua, lol!), tapi tetep okelah kalau mau jadi koleksian.

Makasih Dina yang sudah kadoin buku ini :D 

Expand filter menu Content Warnings
Teka-Teki Terakhir by Annisa Ihsani

Go to review page

inspiring lighthearted mysterious slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Apa kamu suka matpel matematika atau minimal matkul kalkulus? Jika iya, buku debut Annisa Ihsani ini cocok untukmu.

Kamu ga suka matematika karena nilai selalu jeblok atau harus ngulang lagi matkul kalkulus? Hmm, buku ini tetap bisa dibaca sih, tapi bisa jadi diskusi soal matematikanya akan bikin lewat aja sekilas di otak.

Gue termasuk yang suka matematika walau untuk bagian bangun ruang gue agak lemah. Hal yang lucu karena gue masuk teknik sipil dan apa yang dipelajari di sipil? Tentu saja salah satunya tentang bangun ruang, wkwkw. Tapi matematika gue termasuk yang kuat jadi kuliah gue dulu ga sengsara banget dan bahkan seandainya saat ini gue disuruh memecahkan persamaan matematika sederhana mungkin masih bisa meski gue akui sudah lupa semua rumusnya karena terlalu lama tidak dipakai. But, enough about myself. 

Teka Teki Terakhir awalnya gue kira sebuah misteri yang berhubungan dengan perburuan harta karun atau sebuah novel remaja yang ringan. Sebenarnya ceritanya bisa dibilang ringan banget, karena tanpa pembahasan terkait Teorema Terakhir Fermat, maka kisah hidup Laura Welman, seorang bocah berusia 12 tahun saat cerita ini dimulai, bisa dibilang BIASA banget. Konflik - konfliknya khas anak remaja jelang SMP di sebuah kota fiktif Littlewood yang entah berada dimana, tapi mengingat gaya tulisan buku ini kaku bak kanebo kering alias kayak baca terjemahan, maka gue rasa kota tempat tinggal Laura mungkin antara di Inggris atau Amerika atau wherever you want to be. Gaya tulisan yang kaku emang sempat buat gue mengernyit walau lama - lama gue akhirnya terbiasa. Anggap saja ini terjemahan, begitulah pikir gue, agar sesuai sama setting ceritanya (yang entah dimana). 

Yang membuat Teka - Teki Terakhir menarik memang pembahasan tentang Teorema Terakhir Fermat dan juga beberapa bahasan tentang matematika. Sayangnya, karena saat baca buku ini gue ingin bacaan yang ringan, jadinya semua bahasan tentang matematika itu walau unik yang cuma lewat sekelebat aja tanpa gue pengen tahu lebih lanjut. Penceritaan buku yang semuanya dari sudut pandang pertama Laura juga sebenarnya jadi salah satu kelemahan buku ini, karena pada beberapa bagian gue merasa bukan Laura yang bercerita tapi justru pengarangnya! Jadi seorang pribadi Laura dan pribadi Annisa Ihsani ini saling tumpah tindih. Terasa di saat Laura sedang gundah karena persahabatannya dengan Katie rusak itu gue bisa paham kalau ini Laura, tapi saat Laura sedang mendengarkan teori matematika dari Tuan Maxwell gue merasa penjabarannya seperti authornya dan bukan Laura yang ada disana. Tapi gue berusaha maklum aja, karena ini karya debut jadi mungkin belum sempurna dan ga semua penulisan dari sudut pandang pertama itu bisa dibawakan dengan mulus.

Interaksi Laura dengan pasutri Maxwell yang unik emang menjadi salah satu fokus di buku ini, walaupun gue merasa interaksi Laura lebih banyak bersama Nyonya Eliza Maxwell ketimbang Tuan James Maxwell. Tema coming of age yang dibawakan juga cukup oke ditulisnya meski kata mutual gue buku ini "heartwarming", tapi bagi gue kayak yang biasa aja hahaha. Ya, kayak baca kisah remaja pada umumnya meski dibuat lebih level up dengan bahasan tentang matematikanya dan mungkin sedikit pesan moral untuk tidak semudah itu menghakimi orang hanya dari penampakan luarnya. Mungkin karena mood baca gue juga, tidak terlalu banyak kesan hangat atau menggugah yang gue dapatkan setelah baca Teka Teki Terakhir. Walau begitu bukan berarti buku ini jelek, malah menurut gue meski dengan gaya penulisan kaku bak terjemahan pun bukunya bisa dibaca semua kalangan. Tapi gue rasa ga cocok dibaca kalau lagi penat atau butuh hiburan ringan, karena bahasan tentang teori matematika yang ditulis di buku ini butuh perhatian lebih saat membacanya.

Expand filter menu Content Warnings
Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3 by Reiko Hiroshima, 廣嶋 玲子

Go to review page

funny lighthearted relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

 Sedikit berbeda dengan buku 1 dan 2, cerpen - cerpen di Zenitendo buku 3 ini tidak terlalu menekankan pada BACALAH SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU tapi lebih ke problem solving alias menyelesaikan masalah yang dialami oleh pelanggan toko nona Beniko. Mungkin ya bosen juga kan dua buku berturut - turut pesannya sama terus :)).

Hiroshima-sensei juga memperkenalkan toko jajan baru yang jadi saingan Zenitendo yaitu Tatarimedo. Kalau Zenitendo menjual jajanan yang mengabulkan hasrat pembeli jajan, maka Tatarimedo menjual jajanan yang khususon untuk hasrat jahat. Meski terjadi persaingan, tapi sepertinya buku ini baru awal dari perseteruan Zenitendo dan Tatarimedo karena persaingannya cuma terjadi di satu cerpen aja buat perkenalan.

Jajanan di Zenitendo tetap menarik tapi pesannya kali ini lebih beragam. Kayak jangan terlalu terpaku sama rasa dendam terus juga pemakaian ponsel yang terus - terusan ternyata bisa membuat orang (dalam hal ini anak SD) jadi terbebani. Tapi bagian ponsel itu gue agak kagum soalnya anak kelas 4 SD itu sekarang sudah boleh punya hape sendiri ya? Dari semua cerpen, bagian Stiker Penjawab Telpon yang menurut gue menarik karena sepertinya Hiroshima-sensei mengkritisi penggunaan hp yang berlebihan terutama oleh anak umur sekolahan.

Pastinya Zenitendo ini pas buat bacaan ringan sekali duduk apalagi kalau sedang penat dengan pesan moral yang bisa diterima sama semua kalangan umur. Bisa juga dibaca untuk mengejar target reading challenge atau kalau waktu bacanya terbatas :-) 
Murder of a Mail-Order Bride by Mimi Granger

Go to review page

funny lighthearted mysterious fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

Valentine Day might be over when I read this exactly one day after 14th Feb, but why not mix romance and murder to celebrate the day when love celebrated even I late by one day? Last year I read Death of a Red-Hot Rancher, a first in Love is Murder Mystery written by Mimi Granger (one of many Connie Laux's pen names) and really enjoy it. Cozy mystery with ROMANCE Bookstore as setting? I'm sold! Sadly, the aforementioned bookstore kinda take a back burner in the second book but I still find our heroine, Lizzie Hale's sleuthing entertaining. Granger also use "mail-order bride", one of staples from romance genre but for this book as seen as in cover but apparently the mail-order bride is not what she seems to be.

The book start with a bang..or murder. Like the murder literally happen in the first page with Lizzie as a bride maid try to save the bride from drowning only to find that the bride already dead of strangulation. The story then start with what happen days before the wedding. Al Little, one of Tinker Creeks' citizen finally find love of his life, a woman call Svetlana hails from Russia. Lizzie and her aunt, Charmaine agree to become a wedding planner but not before Lizzie find that some of Svetlana's activity seems weird. When the bride end up dead and Al was wailing from his misery, turn that Svetlana hide one or two facts about herself that maybe result in her demise. By helping Max Alvarez, the sexy ranger whom Lizzie have crushed with in his investigation, Lizzie discover that the case might be more than the bride's death.

Just like book 1, book 2 also told entirely from Lizzie's first PoV. Unlike book 1, the romance is more like focus although didn't deter from the mystery. Both Lizzie and Max finally reveal their feeling to each other, although more like Max did it first. I like their dynamic not only in romance department but also how they collaborating in investigation. Theirs remind me of one of my favorite series, In Death by J.D. Robb although gender reverse. Sure at first Max was hesitant to let Lizzie join his investigation, but I get that he only worried that Lizzie will hurt herself. After that, he trust Lizzie and yes, our Lizzie is the one who deduct who the culprit was. Although, the culprit is not what I guess at first and the revelation also the conclusion regarding the culprit's fate in the end feels pretty lacking. 

I really enjoy Love is a Murder Mystery series but sadly the series only have 2 books! This series have potential with how Lizzie not only have romance with Max, but their investigations is what make me love this book. Of course there is an adorable doggo called Violet and Tinker Creeks's citizen with their quirk only add the charm that the series have. If in the future Granger decide to write more Lizzie's adventure in sleuthing, mark my word, I will buy and gobble it up in one sitting! 

 

Expand filter menu Content Warnings
A Plus One for Murder by Laura Bradford

Go to review page

lighthearted mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

 While the idea of friend for hire (not that kind of escort) was unique, I just find that A Plus One for Murder is just an okay read. Maybe Bradford want to make this book different than other cozy mysteries out there while still manage to capture the feeling of cozy, but some of the character especially the main character's action didn't make sense. Our heroine, Emma Westlake, a 34 y.o entrepreneur and unsuccessful travel agent decide to create a new service called Friend for Hire after her latest employer's suggestion. But when her first client end up dead when he recite a poem in the local events, what Emma did? Fleeing after the scene while bringing evidence that given by the victim who stated before that four people in the event want him dead. So, that's make Emma the last person who see the victim before his demise. Usually, in the mystery I read, that make Emma is one of the suspect and she will questioned thoroughly by the cop. BUT, that didn't happen in this book. 

I think maybe Bradford want to create the allusion that the Sweet Falls cop are incompetent (and turn out that the sheriff was corrupt as well), but this is just unbelievable. I got that Emma is a civilian and I think her reaction toward her client's death is humane, but to flee AND bring the evidence?? She didn't think that she will be the no 1 suspect and try to clear her name, but nope, she just let it go and only react after the sheriff's deputy start questioning her about the victim. Not only that but despite living in small town, Emma didn't recognize some of its people. I think people in small town knowing each other and usually this interaction is one of the amateur sleuth's arsenal in decipher the culprit wrongdoing. Also, its grated my nerve whenever Emma echoed everyone opinion. Like person A state her/his deduction and Emma answer by echoing the deduction. Like, arrghhh, she's so ditzy! 

While Emma's personalization is hard to connect into, the secondary characters are well written. Sure, Dottie is a judgmental old lady of sort but her sleuthing enthusiastic is what propel Emma to also did the investigation. The cozy mysteries discussion in this book is pretty meta, although because of Emma's characterization that defied from usual cozy mystery, it just only there. I like Emma friendship with Stephanie, a 40 y.o woman that still live with her mother and need Emma's help to spread her wings. The romance aspect are okay with a hint of love triangle. Although not a dog person myself (or cat person, since I don't have pets), I find Emma love for her golden retriever called Scout is endearing. Sadly the mystery only discussed in the half part maybe because of Emma's reluctance in sleuthing and this book focused mostly in Emma's interaction with her clients.

A unique cozy mystery indeed, but with a main character that is hard to get into. At least the friendship between Emma with Dottie and Stephanie is what make this book interesting, but overall just an okay and a little bit disappointing read. 

Expand filter menu Content Warnings
Tiga Belas Kasus - The Thirteen Problems by Agatha Christie

Go to review page

challenging funny mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

3.75

Awalnya menarik dan menyenangkan, tapi lama - lama jadi membosankan karena penyelesaiannya nyaris sama semua. Skill observasi & deduksi Miss Jane Marple memang terlalu hebat XD.

The Thirteen Problems atau diterjemahkan jadi Tiga Belas Kasus adalah buku yang dipilih untuk reading challenge #ReadChristie2025 dengan tema "authors" di bulan Februari. Buku ini ternyata kumcer yang berisi 13 cerita pendek dengan Miss Jane Marple sebagai tokoh utama dan desa St Mary Mead sebagai lokasi cerita. Cerita sendiri dimulai saat acara kumpul - kumpul yang diadakan oleh Raymond West, keponakan Miss Marple dan beberapa orang kenalan Raymond dimana mereka ngide untuk saling sharing kasus misteri yang sebenarnya penceritanya sudah tahu ending kasusnya tapi menantang pendengarnya untuk menebak siapa pelaku atau motif di balik kasus.

 Klub Selasa Malam: Sir Henry menceritakan kasus keracunan makanan yang menimpa 3 orang tapi hanya 1 orang saja yang tewas. Miss Marple dengan handal memecahkan kasus hanya dengan mendengar saja dan ditanya sama Sir Henry setelah peserta Klub yang lain bingung sendiri

 Rumah Pemujaan Astarte : Kasus yang pelaku dan metode pembunuhannya gue bisa tebak. Cuma kasus ini saja sih hahaha, karena termasuk kasus yang cukup sederhana walau ada aspek takhayul.

Batangan - Batangan Emas : Kasian si Raymond, hahaha. Miss Marple memecahkan kasus tentang pencurian batangan emas hanya karena salah satu pelaku melakukan hal yang ga wajar!

Noda Darah di Trotoar : Kisah tentang noda darah yang dilihat Joyce di trotoar. Apakah benar itu noda darah atau Joyce salah lihat? Raymond bertanya - tanya kenapa sang bibi selalu bisa menebak. Tentu saja Miss Marple lantas menjawab "aku teringat dulu di desa ada kejadian bla bla bla..."

 Motif vs Kesempatan : Tidak ada pembunuhan, hanya misteri kenapa isi surat wasiat yang sudah jelas ditulis dan disegel dalam lemari besi malah tulisannya hilang setelah sebulan kemudian dibuka. Miss Marple sambil terkikik (dan gue juga ketawa2) menjelaskan kenapa tulisan di surat wasiat tiba - tiba hilang hanya dengan sebuah trik sederhana

 Cap Jempol Santo Petrus : Kali ini kasus diceritakan oleh Miss Marple sendiri dimana dia harus membuktikan jika keponakannya, Mabel, bukan pembunuh sang suami. Cuma gegara berdoa di jalan dan melihat pola kulit ikan kerapu, Miss Marple sekali lagi membuktikan kalau sel - sel kelabunya juga ga kalah briliannya dengan Hercule Poirot. Atau bisa dibilang, kemampuan observasinya memang luar biasa, karena Miss Marple juga bisa menebak kalau Raymond baru saja melamar kekasihnya sebelum acara Klub Selasa Malam dimulai

 Bunga Geranium Biru : Setahun berlalu setelah sharing kismis (alias kisah misteri) Klub Selasa Malam. Sir Henry yang ingat acara Klub itu, kali ini mengundang Miss Marple lagi untuk bertemu di rumah temannya, Kolonel Bantry. Sang Kolonel lantas menceritakann kasus kematian karena seorang peramal meramalkan kematian akan datang ketika bunga Geranium berubah warna menjadi biru.

Teman Pendamping : Kasus pembunuhan yang menurut gue akan susah dilakukan di era modern, tapi bisa banget kejadian di saat cerita berlangsung yaitu di tahun 1930 karena keterbatasan teknologi. Miss Marple protes ke Sir Henry karena Sir Henry bilang desa St Mary Mead adalah tempat yang berbahaya karena banyak kejahatan terjadi XD

 Empat Tersangka : Diskusi tentang bagaimana jika orang yang tak bersalah dituduh melakukan pembunuhan berlangsung dengan cukup intense. Sir Henry lalu bercerita tentang kasusnya yang kemudian tidak hanya dipecahkan oleh Miss Marple, tapi juga istri Kolonel Bantry. Sederhananya, Miss Marple dan Mrs Bantry memakai intuisi wanita mereka sementara tamu yang lain banyakan laki - laki dan satu lagi tamu wanita yaitu Jean Helier agak lemot orangnya. Gue jadi belajar bahasa bunga karena cerpen ini

Tragedi Hari Natal : Cerpen kesepuluh dan gue mulai bosan karena penyelesaiannya hampir sama semua hahaha. Tapi cerpen ini cukup tragis dan melankolis karena Miss Marple merasa sedih tidak bisa menyelamatkan korban meski dia sudah mendapat firasat kalau korban dalam bahaya tapi bukti - bukti yang ada tidak cukup.

 Daun - daun Pembawa Kematian : Karena cerpen ini gue jadi tahu kalau racun bunga foxglove selain berbahaya buat jantung, dengan dosis yang tepat bisa jadi obat sakit jantung juga. Pelakunya sendiri cukup ga disangka - sangka dengan motif yang menurut gue cukup tragis

 Perampokan di Rumah Peristirahatan : Kasus yang nyebelin banget, hahaha. Entah si Jane Helier ini emang beneran lemot atau cuma pura - pura lemot aja XD

Mati Tenggelam : Satu - satunya kasus di kumcer ini yang bukan diceritakan dari orang lain tapi justru sedang terjadi. Sir Henry harus menyelidiki kasus seorang gadis yang mati tenggelam dengan petunjuk dari Miss Marple. Jangan sampai orang yang tidak bersalah malah dihukum untuk pembunuhan yang tidak dia lakukan.

Kumcer ini menurut gue cocok kalau kamu belum pernah baca buku - buku Agatha Christie atau belum pernah baca tentang Miss Marple. Kasus - kasusnya sendiri memang beragam karena tidak semuanya tentang pembunuhan, tapi bisa jadi ada rasa bosan karena Miss Marple terlalu ulti kemampuan deduksinya XD. Atau ini sebenarnya pertanda, karena penampilannya sebagai wanita tua membuat Miss Marple banyak diremehkan orang - orang, bahkan oleh ponakannya sendiri. Padahal sebenarnya kemampuan observasinya Miss Marple memang luar biasa dan gimana dia selalu bisa menyamakan kasus yang sedang terjadi dengan kejadian - kejadian yang ada di desa St Mary Mead. Jadi Miss Marple ini bisa menebak karakterisasi orang dengan baik dan ingatannya pun cukup tajam. Pun sebagai pemerhati handal, dia bisa melihat ketidak wajaran yang dilakukan pelaku yang malah akhirnya mengungkap identitas pelakunya sendiri. Salah satu kumcer yang cocok dibaca dan karena format ceritanya adalah cerpen jadi kasusnya pun semuanya tidak bertele - tele penyelesaiannya. 

Expand filter menu Content Warnings
That Time I Got Drunk and Saved a Human by Kimberly Lemming

Go to review page

adventurous funny lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

Just like I predicted back then in 2022 when I finish reading Brie and Felix's book in Drunk Yeeted (aka book 2), the next (un)fortunate hero to finally meet his match is Dante. Our Storm Dragon already introduced in book 1, play important role in aiding Cinnamon and Fallon in defeating the false goddess, Myva. Dante also a regular cast in Usha's ship, part of her pirate crews and also Felix's best friend although the best friend part mostly come from Felix's self acknowledgement. After seeing Fallon who much younger than him meet his mate and then Felix also imprint to Brie, it is now time for Dante to searching for his own mate. Demoness and also dragoness are rare so his hope to finding mate is pretty abysmal. But fate is a fickle bitch, because his mate is no other than a human, and surprise, Cherry is Cinnamon's lost sister although at first both Cherry and Dante didn't know their respective family with Cherry was doubting Dante since he's part of demon horde while Dante didn't remember the village name despite he often come to Boohail. Imagine the hilarity that followed.

I'm surprised to know that Dante's forever love is Cherry because at book 1, Cin told Fallon that she lost her sister in the bayou. Turn that Cherry is not dead and while she like the idea of princess to save herself from the tower, she is now the princess in the tower that guarding by a dragon for 5 years. So, who is the knight in the shining armor? Yep, another dragon, our Dante, but not before Cherry drugged him first (lel) in order to suggest the dragon to save her. Drugged Dante recognized Cherry as his mate and so he claim her as his wife and bring her to the demon-infested land, Volsog. The story then become ala Beauty and the Beast, because Dante have this vast library (who doesn't? He's a dragon after all) while Cherry try her damnedest to escape because she was sick in being entrapped and kidnapped. Soon, they finally falling in love after spending some times and together find their happy end. The end.

Pretty simple, right. Yet, I feel that the simpleness is what make Drunk Human (I shorten it because the title is TOO LONG) interesting in the first place. Reading all books in Mead Mishaps series back to back, I can said that Kimberly Lemming's writing is more refined in book 3. The book also slightly thicker (heh, no pun intended) compared to the first two. I also feel that in this book, Lemming finally expand her world building with adding maps, naming the continent and the story is not focused in Boohail, small village in Kinnamo country but to other places as well. Dante took Cherry in the merry chase across the continent and with the magical book that Dante's ancestor have and now in Cherry's hand, Cherry recording all the beasts and monsters that they encountered. This part is what I love the most because the adventure parts is written more thoroughly and in a fun also exhilarating way that I can't help to share Cherry's excitement each time she discovered new and exciting beast. Being trapped for 5 years in a tower will do that to you.

As for the romance, while the steaminess and the insta-love also insta-lust aspect still there between Dante and Cherry, Lemming took time for them to getting into each other pants rather than rushed it in the first part. Yes, the sexual tension was there, Cherry didn't deny her attraction to Dante's manly chest and abs even she think it because of "dragon slut magic", and Dante didn't hide his horniness toward Cherry at all. Yet, despite their chaotic first meeting, Dante try to give Cherry time and space. His adoration toward Cherry was obvious, although he still have this 'touch her and die' attitude. Well, I think all Lemming heroes have that murderous tendency toward all men that try to lay hands to their mate. It's kinda romantic, in a psychotic way of course. While the story mostly focused to Cherry and Dante, the secondary characters also have some minor role. The part when Dante discuss about courting Cherry with Fallon and Felix was hilarious because its apparent that both Fallon and Felix only have experience about mating with their respective spouse while having zero knowledge for women in general. The talking sword, Alexis, also back and chaos always follow when Alexis goes. Lemming mention that Alexis wish to have a human body, so maybe if her story getting written we will get to know Alexis as a human and not a sentient sword. But one of the spotlight is Rebekah, the white, fluffy and grumpy kitten that apparently hiding what she is.

Third time is a charm and I'm glad that Drunk Human is an entertaining and charming addition to Mead Mishaps series. Despite its simplicity and low stake, Mead Mishaps is one of fantasy romance series that I will come back to when I want to read something light. The humor is well written. The fantasy aspect is now getting expanded although the mismatch of modern and medieval setting maybe is not for everyone. The heroines are sassy and ass-kickin' while the heroes are to die for with a 'touch her and you die' attitudes to match. The sexy time is SEXYYY with capital S and the sexual tension is tensioning,I will never complaint at all. Overall, a good and humorous fantasy romance that sometimes didn't take itself too seriously but still manage to make me entertained to the last pages. 

Expand filter menu Content Warnings
Mint Chocolate Murder by Meri Allen

Go to review page

lighthearted mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

3.75

Mint Chocolate Murder is the second book of Ice Cream Shop Mystery featuring Riley Rhodes, a CIA librarian turn ice cream shop owner. To be honest, I already forgot the story from book 1, lol. I read it exactly one year ago so pardon my fuzzy memories! However, even I already forgot who is who, didn't take too long for me to immerse myself to the story and Riley's sleuthing.

Riley is a dead body magnet, no kidding. Months passed after her first case and in the verge of the autumn, when she become one of the caterer in local famous castle, Moy Mull, Riley again discover a dead body. The poor victim, Adam Blasco, is a well-known photographer and also close friend of the Moy Mull owner, Maud Monaco, a retired top model. Didn't take long for Riley to discover that Adam Blasco was despicable man, therefore people around Moy Mull, include Maud and Vye, Adam's assistant had motive to kill him. But, not only Adam was murdered, the place when his body discovered also locked! So, it's become your classic locked-room murder.

Mint Chocolate Murder is a mystery with cozy element but the story pace also medium to fast. The story is not only about Riley's sleuthing and discover who killed Adam and how they done it, but also about her relationship with people of Penniman and her coworker in Udderly Ice Cream shop. This book also have a charming cat, called Sprinkles that have diva attitude, to Riley and her friend, Caroline's dismay. The history behind the Moy Mull Castle also got explained, hints to sinister past concerning the previous owner and his lost first wife who got accused of adultery. The surprise is not only about who murder Adam, but Riley also discover the truth behind Moy Mull Castle and uncovered some frauds done by people around Maud Monaco.

Sadly, for a book with "mint chocolate' in its title, why there's no appearance of the aforementioned taste? Sure, mint chocolate can be feels like a toothpaste but hey it's one of my favorite ice cream taste! The taste will not feel like you eat a toothpaste if the sweetness of the ice cream done right. Contrary to the title, the pumpkin spice taste is what people asked in Udderly. Maybe because the story time setting was near autumn and Meri Allen also include some recipe to make pumpkin spice ice cream without churning that worth to try. For me, this book is not that charming like the first book but still interesting nonetheless. There are a hint of romantic relationship between Riley and the local veterinarian and I hope it will get develop in the next book. If you like your cozy mystery with a mature heroine in her 35-ish and description of ice cream complete with a sleuthing and scandals, this series is worth to try. 

Expand filter menu Content Warnings
Ngider Makan dari Halte ke Halte by Jakarta Food Sketchers., Dari Halte ke Halte

Go to review page

adventurous informative lighthearted fast-paced

4.0

Seharusnya lebih banyak lagi terbit buku panduan warung makan/restoran yg memadukan grafis artistik ala lukisan cat air, pengalaman makan dan juga petunjuk arah ke warungnya dengan memakai transportasi umum kayak Buku Ngider Makan dari Halte ke Halte. Salut buat Dari Halte ke Halte yang ga hanya konsisten mereview makanan tapi juga sekaligus mengajak untuk naik TJ, KRL, MRT, dll. Jenis warung makan yang dibahas juga cukup variatif, Indonesia banget (dengan pengecualian 2 warung makanan dari luar negeri) dan tentunya diberi map serta arahan bagaimana ke warungnya. Beberapa jarak berjalan kaki pun dihitung dengan durasi lagu. Very tongue in cheek!

Moga-moga nanti sempat mencoba beberapa makanan yang dibahas di buku ini. Yg bakal gue coba:
- Nasi Bebek Cak Malik
- Tahu Campur Kantor Pos
- Soto Kaki Sapi Haji Sarnadi
- Coto Makassar Senen
- SCI Prikphun Manow
- Claypot Popo Melawai
- Santiga Seafood
- Pempek 161


Astaga, gue jadi ngiler abis ngelistnya 🤤🤣. Buku ini emang wajib dimiliki kalau kamu seorang foodies yang suka wisata kuliner dan ingin menjajaki kuliner daerah Jakarta yang ga cuma di mall atau yg viral kekinian aja.
Solo Leveling 1 by Chugong

Go to review page

adventurous dark mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Agak nyesel juga baru baca sekarang hehehe karena bukunya udah gue beli dari tahun 2022 dan bahkan koleksi sampai vol 5 meski yang vol 6 belum beli karena nunggu diskonan :P. Gue belum pernah baca versi webtoonnya maupun nonton animenya, jadi pengalaman gue untuk Solo Leveling ini memang mulai dari versi novelnya dulu. Solo Leveling sendiri awalnya adalah webnovel, novel yang biasa diposting di web dulu baru kemudian dibukukan. Premisnya emang seperti game, buat gue mikir apakah ini sama dengan light novel isekai di Jepang yang tokohnya pada OP (overpowered) dengan cheat skill ala game. Tapi ternyata Solo Leveling ini cukup unik dan berbeda.

Bukan isekai/transmigrasion, bukan juga reinkarnasi, tapi bisa dikategorikan portal fantasy karena kemunculan gate dungeon di dunia tempat tokoh utama Solo Leveling, Seong Jin-woo, tinggal. Tidak ada penjelasan kenapa gate dungeon ini muncul. Chugong langsung membawa pembacanya tanpa berusaha info dumping di awal (meski ya akhirnya tetep juga ada info dumping) kepada dunia paralel dimana orang - orang yang punya kemampuan spesial yaitu "hunter" membasmi monster di dalam dungeon dengan cara "raid". Jin-woo sendiri terkenal sebagai hunter paling lemah di Korsel, ranknya cuma E. Tapi kejadian luar biasa di dungeon ganda yang dia alami dimana semua anggota raidnya nyaris tewas dan Jin-woo akhirnya meregang nyawa malah membuat Jin-woo dianugerahi semacam "cheat skill", dimana dia bisa mengakses box message seperti di game. Apakah Jin-woo lantas langsung jadi OP dan levelnya dari E naik jadi SSS misalnya? 

Tentu saja tidak semudah itu ferguso, karena kalau kayak gitu ceritanya habis dalam 100 halaman aja dan langsung "THE END" bukannya malah berkembang jadi 8 volume. Level Jin-woo memang tetap E, tapi dengan quest-quest yang dia terima dari box message ala game yang hanya dia saja yang bisa akses, perlahan tapi pasti Jin-woo mulai meningkatkan kekuatannya. Glow upnya Jin-woo pun luar biasa meski ini baru kelihatan kalau kamu baca versi manhwanya juga. Dari yang awalnya cupu banget, Jin-woo pasca melakukan latihan ala Saitama di One Punch Man (ga bercanda, latihannya beneran sama) dan meningkatkan level via dungeon rahasia, levelnya Jin-woo meningkat pesat. Tapi, tentunya ada harga yang harus dibayar untuk kekuatan baru yang Jin-woo dapat. Karena kalau dia ketahuan naik level, sementara seperti ada aturan tak tertulis dimana kemampuan hunter itu ya ga akan berkembang setelah dia mendapatkan kekuatan (misal kamu dapat rank B, ya selamanya bakal B terus), maka Jin-woo bakal kena masalah.

Rating Solo Leveling versi terjemahan Indo itu 15+, tapi gue merasa mustinya ratingnya dinaikin jadi 17+. Bukan masalah nudity atau apa karena buku ini mana ada romansanya, tapi kekerasannya luar biasa dan juga sadis. Tema yang diangkat pun lama - lama jadi masuk ke grey area dan Jin-Woo sendiri juga perlahan jadi tokoh yang morally grey. Awalnya gue merasa perubahan Jin-woo secara kepribadian (ga cuma fisik) itu agak drastis. Tapi gue pun teringat, Jin-woo di awal cerita itu miris banget nasibnya. Dianggap terlemah terus dibuang begitu aja sama teman raidnya padahal Jin-woo sudah usaha buat menyelamatkan hunter lainnya, siapa yang bisa nyalahin ketika Jin-woo dikasih kesempatan kedua untuk mengupgrade dirinya, sifatnya pun jadi sinis dan apatis? Sederhananya, Jin-woo ga mau jatuh di lubang yang sama aja karena orang memanfaatkan kebaikan dirinya. Jadi menurut gue, perubahan sifatnya pun cukup manusiawi. Toh ini juga baru buku pertama dan gue penasaran apakah Jin-woo lama - lama akan kehilangan sifat manusianya atau dia tetap bisa mempertahankan prinsip.

Walau ceritanya sendiri seru dan mengasyikkan serta bisa banget dibaca dalam satu kali duduk, menurut gue penulisannya justru terlalu simpel. Cenderung ke "tell" ketimbang "show". Bukunya memang tebal sampai 500 halaman lebih, tapi penulisannya sendiri harusnya bisa lebih dipoles. Alih - alih tiap paragraf hanya 1 kalimat, bisa lah digabung - gabung. Bisa jadi malah nanti ga sampe 500 halaman, hehehe. Meski gue menyadari ya mungkin dalam bahasa Korea pun penulisannya seperti itu. Lucunya juga, efek suara pun ditulis wkwkw. Jadi agak aneh bacanya. Tiap Jin-woo naik level juga statsnya dijelaskan. Yang mana gue merasa gemes Jin-woo ga mau nambah stats "Kecerdasan" dan lebih fokus sama "kekuatan" dan "kecepatan". Ya, lagi - lagi gue juga paham kenapa Jin-woo pengen jadi kuat karena masa lalunya yang dia dianggap terlemah. Terjemahannya oke dan ga terlalu kaku tapi typonya astagaaa. Mayan banyak! Pun, mungkin selingkung penerbitnya, tapi istilah gender dalam bahasa Korea seperti misalnya oppa, hyung, atau yang lainnya diterjemahkan dalam bahasa Indo. Padahal kalau misalnya dipertahankan dalam bahasa aslinya juga gapapa, karena lucunya istilah bahasa Inggrisnya kayak "give and take" malah ada. Buku ini juga ga ada glossarynya jadi asumsinya pembaca yang baca itu paham sama istilah game. Ya, Solo Leveling memang mengingatkan gue sama game - game jadul yang dulu gue mainkan apalagi dengan sistem grinding dan statsnya. Tapi kalau pembaca yang awam sama istilah game, bisa jadi agak kesulitan awalnya memahami istilah yang ada di buku ini.

Meski dengan beberapa kekurangan, gue akuin Solo Leveling emang seru dan cocok buat pembaca muda. Cocok juga kalau mau fantasy ala game tapi bukan yang model isekai atau reinkarnasi. Asal mula kenapa banyak gate dungeon terbuka di bumi emang belum jelas dan kemungkinan akan dibahas di buku selanjutnya. Ceritanya sendiri juga berhenti di bagian Jin-woo dan rekannya, Jin-hoo lagi raid untuk meningkatkan kemampuan Jin-woo, dan berlanjut ke volume 2. Karena versi manhwa/webtoonnya sendiri juga sudah selesai, gue rekomendasi banget abis baca buku ini, langsung baca manhwanya aja. Untuk manhwanya sendiri, buku 1 ini sampai chapter 35-36. Cerita antara manhwa dan novel mirip sekitar 95% dengan beberapa penyesuaian. Menurut gue malah manhwanya jauh lebih jelas dalam menjelaskan beberapa hal ga kayak di buku, jadi gue rasa dua versi ini melengkapi. Apalagi di manhwanya bisa lihat betapa hebatnya glow up Jin-woo. Yang awalnya cupu banget (padahal udah 23 tahun!) akhirnya malah jadi cowo ganteng super hot dengan perut berotot bak papan penggilasan yang kalau latihan ala Saitamanya itu konsisten bakal jadi kayak gapura kabupaten dah itu badannya XD. 

Expand filter menu Content Warnings