The Iron King adalah salah satu buku yang menutup perjalananku dalam membaca begitu banyak buku selama tahun 2010
Di tahun 2010 ini juga, ada beberapa buku yang aku kasih 5 bintang, 4 bintang, 3 bintang, dan 2 bintang paling rendah (gw ga tega kasih 1 bintang :)) )
Di tahun 2010 ini berbagai macam genre udah aku baca, yang 95% kebanyakan adalah romance, dan salah satu genrenya adalah genre Young Adult. Genre yang sempat aku pandang sebelah mata tahun ini.
Bukan apa2, hanya umurku udah dua puluhan lebih, agak aneh rasanya baca kisah remaja, dan pengalaman yang *sedikit* ga menyenangkan abis baca Twilight, membuatku menghindari YA untuk tahun ini, tapi sepertinya aku tak bisa menghindar, haha :D
Dan dari semua YA yang aku baca tahun ini ada 3 judul YA yang mendapat kehormatan mendapatkan 5 bintang dariku, dan itu sangat istimewa, karena lagi, aku bukan fans cerita YA...Oke ceritanya tentang apa sih?
Meghan Chase, atau Meg, biasa dipanggil, remaja 16 tahun, seperti remaja kebanyakan, mengalami krisis remaja pada umumnya Kehilangan sang ayah saat masih belia, membuat dirinya cukup terguncang. Walau akhirnya bisa mengatasi keadaan itu, Meghan merasa tak nyaman dengan ayah barunya Luke, yang kebanyakan tidak menghiraukan dirinya, tapi dia sayang pada Ethan, adik tiri Meg.
Meg memiliki sahabat akrab, Robbie Goodfell, yang asal-usulnya tidak jelas, namun selalu siap bagi Meghan disaat apapun Meghan membutuhkannya, termasuk saat dia dipermalukan oleh kapten football di sekolahnya ...
Suatu saat, Ethan mengatakan pada Meghan, bahwa dia sedang ketakutan pada Pria di balik Lemari, dan Beau anjing mereka , tiba2 menyerang Ethan! Belum habis kekagetan Meghan,dia menyadari bahwa Ethan yang dia tahu saat itu bukan Ethan sesungguhnya, dan Ethan yang asli diculik. Dan Robbie sahabatnya, ternyata juga bukan manusia biasa seperti yang Meghan kira. Robbie tahu kemana Ethan yang asli dibawa, ke dunia faery yang disebut NeverNever, dan dia bersedia mengantarkan Meghan kesana.
Meghan dan Robbie pergi ke NeverNever, dan disana Meg tahu siapa Robbie sebenarnya. Robbie Goodfell tak lain tak bukan adalah Robin Goodfellow, atau lebih dikenal dengan nama Puck. Dia adalah bawahan Raja Oberon, penguasa istana Terang. Dunia Faery mempunyai dua istana, Istana Terang dengan penguasanya Oberon dan Titania serta Istana Gelap, dengan Mab sebagai ratunya. Dalam perjalanan menuju Istana Terang, Meghan terpisah dari Puck, dan hampir ditangkap goblin. Meg kemudian bertemu dengan seekor kucing yang mengenalkan dirinya sebagai Cait Sith, Kucing Setan, Grimalkin, tapi dia lebih suka dipanggil Grimalkin.
Meg membuat perjanjian dengan Grim, untuk menemukan Puck. Berdua mereka pergi ke Istana Terang, hanya untuk menghadapi kenyataan bahwa Puck diubah menjadi gagak, dan Meghan ternyata adalah putri kandung Raja Oberon!. Masih bingung dengan kenyataan yang dihadapinya, Meg harus selalu waspada dengan keadaan sekitarnya, mulai dari Titania yang membencinya, para faery yang menghina darah campurannya, sampai kesibukan Istana dalam menghadapi Elysium, acara perjanjian gencatan senjata antara Mab dan Oberon.
Saat Elysium inilah, Meg bertemu dengan Ash, putra terakhir Mab. Meg tak bisa menghindari ketertarikannya pada Ash, walaupun tahu, saat sebelumnya cowok itu pernah hampir membunuh dirinya dan Puck. Elysium menjadi kacau, karena serangan makhluk Chimera, dan Mab menganggap Oberon melanggar perjanjian. Di tengah ancaman perang, Meg menyadari mungkin Ethan ada di istana Mab, dan bersama Grim serta Puck (yang telah bebas), pergi ke Istana Gelap
Keadaan menjadi rumit, saat Ash turun tangan. Ash yang memiliki dendam kesumat pada Puck, juga hendak membunuh Meghan, tapi perjanjiannya dengan Meghan, membuatnya mengurunkan niatnya dan bersedia membantunya menemukan Ethan.
Di perjalanan menemukan Ethan, Meghan, Ash, Puck dan Grimalkin, nantinya akan menyadari bahaya sesungguhnya yang sedang mengancam keberadaan NeverNever, serta munculnya golongan fey ketiga selain faery yang sudah ada, The Iron Fey. Meghan kemudian tahu bahwa yang menculik Ethan adalah Iron King, raja para Iron Fey. Masalahnya Ash dan Puck adalah faery sejati yang tak tahan besi, sementara Meghan yang half faery jelas2 tahan terhadap besi, namun mampukah dia menyelamatkan Ethan sendirian?...
5 reasons why I give this book 5 stars : 1. Ide ceritanya, walau ga begitu fresh, tapi menarik
2. Julie Kagawa memunculkan dua mitologi disini, A Midsummer's Night Dream dan Mitologi Celtic. Istana Terang adalah perwujudan Mitologi Yunani, Oberon, Titania, Satyr,Goblin, Dryad, semuanya adalah makhluk yang sering muncul di Mitos Yunani. Sedangkan Istana Gelap adalah manifestasi Mitos Celt. Mab sering dikenal dengan nama Maeve, adalah Ratu Mimpi, dan makhluk2 di istana terang (redcap, pooka) adalah makhluk mitos Celt. Begitu juga istananya Tir Na Nog,adalah tempat Dewi Morrigan, dewi Perang Celt berdiam, setara dengan Elysium, yang merupakan tempat suci di Yunani. Dan aku adalah penggemar berat mitologi, jadi tentu saja aku sangat menikmatinya.
3. Tema fantasy di dalamnya, tidak berlebihan jika buku ini dibilang percampuran Narnia dan Alice in The Wonderland. Julie Kagawa, berhasil menggabungkan semua elemen2 dari dua cerita itu secara alami.
4. Istana Terang dan Istana Gelap, seperti halnya 2 Courts dalam dunia Faery. Seelie dan Unseelie. Lalu ide untuk memunculkan Faery yang ketiga, The Iron Fey, sangat imajinatif.
5. Praise dari Gena Showalter, my favorite author. Believe me, apapun yang Gena bilang bagus, emang kenyataannya bagus (udah membuktikannya,haha :D)
(Alasan tambahan : Buku ini buku pertama yang diterjemahkan Zaizai, my friend. Dan terjemahannya so far so good. Hei, aku jujur lho ;D)
So, Tim Puck atau Tim Ash? Gimana kalo dua2nya, hehehe ^^ (Dalam bayanganku Ash, tak lain dan tak bukan adalah Ben Barnes, lagian penggambarannya juga sepertinya PAS :)), Puck? No Idea, hmpfh =)) )
Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.0
Dibaca sebelum punya akun Goodreads & pinjam di taman bacaan dekat kampus/rumah. Tentu saja ga inget ceritanya ya Bestie :') . Ya, kayak standarnya Sandra Brown pada umumnya lah novel ini.
Baca buku ini kuncinya cuma satu: Jangan dianggap serius.
Yang jelas, gue emang berusaha ga terlalu mikir buat mencerna humor di buku ini. Noo, gue bukannya ga suka sama usaha Adhitya Mulya buat mix match unsur sejarah dan fantasy di buku ini. Gue malah apresiasi banget. Baca unsur sejarahnya ngingetin gue sama betapa senengnya gue dulu baca buku sejarah waktu SMA (dan yes, nilai pelajaran Sejarah gue dapat 9 atau 10) apalagi saat masa - masa bahas Kerajaan Singosari, Majapahit, etc. Yang bikin gue ngurangin bintangnya adalah humornya yang terlalu modern untuk cerita sejarah abad 17. Terlalu gaul for my taste, meskipun adegan Abbas jadi Abbaswati dan nari ronggeng itu priceless banget sih. Pun, ada beberapa istilah English modern kayak "badannya toned"; "feedback", bahkan "surrender". Untuk kali ini gue nyerah deh, beneran ga sanggup XD
Di luar konten humornya yang kadang garing cringey, gue sebenarnya suka sama retelling Adhitya Mulya untuk sejarah Raden Wijaya dan pasukan Bhayangkara walaupun tentunya fiksi 100%. Gue merasa kalau monster di buku ini juga kayaknya sih ada kemiripan dengan kisah mitologi Eropa. Pun penulisnya juga dengan lihai memasukkan pesan dimana "history always written by the victor" atau lebih tepatnya mereka yang punya kuasa yang bisa membelokkan sejarah yang sebenarnya. Gue juga jadi refresh lagi masalah VOC dan kehidupan rakyat Indonesia pada abad itu, termasuk keadaan di Kesultanan Mataram. Penyelesaiannya pun cukup oke lah dan outlandish. Tapi ya gapapa, namanya juga ada unsur fantasynya. Yang kureng ya...humornya lah. Candaan antara Jaka Kelana dengan anak buahnya, Aceng, Abbas, Lintong dan Surendro itu kurang masuk ke gue, huhuhu. Padahal bagiannya yang serius itu ditulis dengan bagus.
Tadinya gue pengen baca kisah kelanjutan Jaka Kelana dan para anak buahnya di buku selanjutnya, cuma karena humornya gue ga terlalu suka ya cukup disini saja kisah perjalanan Jaka Kelana buat gue (meski ada hint salah satu musuh besarnya Jaka kayak yang"tunggu pembalasanku!"). Kalau kamu suka cerita model2 Saur Sepuh atau Angling Dharma (buset, ini nyebut umur banget yak hahaha) dengan bumbu humor dan cerita outlandish, silakan dicoba aja kisah para Bajak Laut Kerapu Merah ini.
Gue ga nyangka bakal sesuka ini sama buku kedua series Friday Harbor, Rainshadow Road, setelah pengalaman baca gue yang somehow biasa aja baca buku pertamanya (memang mood dan preferensi personal sangat ngaruh ya). Tapi, emang bagus dan hangat sekali vibes buku ini, gaes. Bahkan gue ga ga keberatan sama unsur sihirnya yang menurut gue malah menambah point plus buku ini. Ini kayaknya tante Lisa pengen coba nulis novel campuran antara contemporer romance dan magical realism. Jadi ya, gue maklum aja sama agak nanggungnya element magical realism-nya, karena toh juga baru yang pertama kalinya.
Gue suka karena semua tokoh di buku ini dewasa, dengan pengecualian si "villain"nya. Permasalahannya juga sangat real banget, bisa ditemui di dunia nyata dan bahkan penyelesaian masalahnya pun juga sangat dewasa. Gue suka sama chemistry antara Lucy Marinn dan Sam Nolan. Dua insan yang sama - sama punya keluarga yang broken home in their own way. Walau keluarga Lucy masih lengkap dan bahkan ortunya pun masih hidup bersama, tapi layaknya keluarga dengan masa lalu rumit, ada kalanya orang tua memang menyembunyikan hal - hal yang menyakitkan dari anak - anak mereka.
Tante Lisa seakan ingin menyampaikan kalau perlakuan terhadap anak di masa kecil, somehow will define their personality in the future. Lucy yang haus akan cinta, seakan datang dari masa kanak - kanaknya dimana ortunya terlalu memanjakan adiknya, Alice. Sam yang tidak percaya cinta dan alergi akan komitmen, itu karena orang tuanya adalah pemabuk dan membuat keluarga mereka berantakan. Keduanya emang jadi terasa kontras saat pembaca membaca tentang Holly, keponakan Sam yang akhirnya diadopsi jadi anak oleh Mark, si anak pertama keluarga Nolan. Dimana pembaca bisa membaca kalau Mark (dan juga Sam) mencoba yang terbaik untuk jadi sosok ayah buat Holly tapi juga masih tetap ada keraguan apakah Mark bisa jadi ayah yang baik. Tante Lisa mengeksekusi bagian ini dengan cara yang bakal bikin kamu merasa terharu :'). Bicara tentang tokoh antagonis, mantannya Lucy, Kevin dan juga adik Lucy, Alice, emang dajal sedajal - dajalnya kelakuan dua orang ini. Iblis pun takjub sama Kevin yang ga ada redeeming qualitiesmya sama sekali. Walau kesal sama Alice dengan ketidak dewasaannya dan sikap manjanya yang menyebalkan, sedikit banyak gue suka sama apa yang tante Lisa tulis untuk akhirnya.
Kalau soal romansanya, ga usah ditanya. Chef's kiss banget! Ini tipikal yang ga terlalu slow burn, tapi ga insta-love juga. Sam emang denial sampai hampir akhir dan Lucy pun aslinya ga mau tersakiti lagi. Makanya Sam dan Lucy emang awalnya jadi friend with benefit or sex friends, whichever you prefer lah. Disinilah gue tepok tangan sama gimana Tante Lisa mengeksekusi trope yang udah usang, friend to lover, jauh lebih baik dari katakanlah, Hook, Line and Sinker karya Tessa Bailey yang gue baca juga di 2023 ini. Ga ada sikap sok martyr, ga ada adegan yang "dia cinta aku ga ya? tapi kan, endebre endebre". Sam dan Lucy bener - bener sangat dewasa, mereka tahu satu sama lain ga mau berkomitmen jadi lebih baik emang FWB saja. Tapi saat cinta itu akhirnya datang, itu juga sangat bagus dibacanya. Spoiler dikit, adegan di bandara yang kayaknya jadi staple di novel genre conrom ditulis dengan SANGAT BAIK. Bahkan gue SUKA, SUKA dan SUKA sama keputusan tante Lisa buat masa depan Sam dan Lucy setelah mereka akhirnya saling ngaku. Bener - bener dewasa, low in angst dan ga sinet sama sekali.
Element magisnya emang ga terlalu banyak dan menurut gue pun sebenarnya menambahkan atmosfir hangat di buku ini (seperti yang gue tulis di awal). Gue suka sama insight tentang seni pembuatan kaca dari sisi Lucy dan Sam yang nerdy abis tapi juga sangat passionate sama kebun anggurnya. Semua tokohnya, yang lovable ya emang pantas disukai dan yang antagonis pun pantas dibenci. Pertemanan Lucy dengan Zoe dan Justine (yang keduanya juga bakal dapat buku sendiri) sangat menyenangkan untuk dibaca. Interaksi Sam dengan Holly, dan juga kedua saudara lelaki Sam yaitu Mark serta Alex menarik untuk diikuti dan membuat gue jadi concern sama Alex yang makin lama makin kacau hidupnya setelah bercerai. Terjemahannya menurut gue juga bagus dan enak dibaca dengan sedikit typo. Kalaupun ada unsur yang bikin gue kurangin bintangnya sedikit adalah covernya yang ASTAGA PHOTOSHOP BANGET. Tapi ya, begitulah Dastan dulu emang hobinya pada kejar setoran :P. Sama, harganya pun dulu cukup murah pada jamannya (2012an) jadi ya mungkin covernya jadi asal gitu. Oh ya, karena gue bacanya back to back sama buku 1, kayak ada beberapa hal yang diretcon sama tante Lisa. Kayak tingginya Maggie (di buku 1 bilangnya 158, di buku ini jadi 155 X)), dan kalau di buku 1 dibilangnya ortunya Sam bersaudara itu pisah (asumsi sih cerai) di buku ini malah dibilangnya meninggal dua - duanya tanpa pisah sama sekali. Ya mungkin tante Lisa lupa kali yah.
Rainshadow Road menurut gue adalah satu dari sekian novel tante Lisa Kleypas yang udah gue baca dan akan gue rekomen kalau kamu suka novel genre conrom dengan drama keluarga yang real tapi tokoh - tokohnya semua bertindak dewasa sesuai umur.
Kalau biasanya Lisa Kleypas dikenal sama judul - judul hisromnya, circa 2010-an beliau tampaknya pengen coba - coba nulis genre contemporer romance. Walau dibilang conrom, kalau gue baca-baca reviewnya seri Travis, mungkin lebih pas disebut women fiction with strong romance element. Sama juga dengan seri Friday Harbor yang diawali dengan Christmas Eve at Friday Harbor. Walau ada unsur Natalnya di judul dan dalam ceritanya pun diakhir dengan kisah pada malam Natal, gue mah bacanya malah bulan September. Tapi aura liburan dan hangatnya tetap kerasa kok.
Yang bikin gue hanya kasih 3, walau ini Lisa Kleypas yang judul2 hisromnya termasuk yang gue suka, lebih ke masalah personal aja. Di buku ini ada kalimat "Keluarga terbentuk karena anak", and somehow I take it personally. Pas baca buku ini gue jujur mendapatkan rasa hangat dan sebenarnya seneng kok baca kisah tentang Mark dan Maggie, serta Holly, keponakannya Mark. Cuma baca kalimat yang gue sebut tadi, gue malah overthinking, hahaha. Gue malah jadi inget kesendirian gue selama ini dan kenyataan walau udah nikah 10 tahun lebih, belum ada kehadiran anak buat gue dan suami. Gue sampe mikir "do I can count this family as FAMILY if I still don't have a child?". Jadi ya, emang masalah personal aja dan mood juga kali ya.
Personal preference aside, gue suka sama cara tante Kleypas ceritain romansa antara Mark dan Maggie. Penggemar slow burn sih bakal suka ya, karena walau emang jelas tertarik, baik Mark maupun Maggie sama - sama enggan buat lanjut ke hubungan romantis pada awalnya. Maggie masih berduka karena kehilangan suaminya walau sudah 2 tahun sang suami meninggal. Mark malah udah punya pacar pas awalnya ketemu Maggie. Menurut gue, emang ada unsur selingkuhnya walau ya tergantung sudut pandang lagi karena Mark toh belum serius sama pacarnya, Shelby. Pun, jadi ada plot yang bikin Mark akhirnya milih Maggie ketimbang Shelby dan menurut gue semang realitanya suka begitu. Ga selalu pacar itu bisa berakhir jadi pasangan suami/istri. Gue suka walau Mark itu kelihatannya alpha hero, tapi dia ga maksa Maggie buat menerima cinta dia. Mark kasih waktu dan personal space buat Maggie untuk memproses perasaan wanita itu sama Mark dan menurut gue ini bisa dieksekusi dengan baik oleh tante Kleypas.
Walau edisi terjemahannya 300 halaman lebih tapi tulisannya GEDE, jadi berasa cepet aja bacanya. Pas lihat edisi asli, oh ternyata ini novella yang cuma 200an halaman jadi pantesan hurufnya digedein hahaha. Selain Mark dan Maggie, gue suka baca karakterisasi Holly. Bener - bener bocil tapi tanpa faktor ngeselin. Gue terharu baca interaksi Mark dan Holly, dimana Mark yang awalnya ga percaya kalau dia bisa jadi ayah gegara dari keluarga broken home malah jadi sosok ayah yang sangat perhatian sama Holly. Gue juga seneng baca karakternya Sam yang lucu dan menyenangkan, khas anak kedua. Lalu ada Alex, si bungsu yang dingin dan ga percaya cinta sama kayak Mark dan Sam, gegara orang tua mereka yang manipulatif dan toxic abis. Jadi emang buku ini disiapkan buat pembuka untuk buku - buku selanjutnya, dimana buku kedua tentang Sam dan buku ketiga tentang Alex. Meski bagi gue buku ini biasa aja, tetap gue rekomen kalau nyari buku romansa yang rendah konflik, ga ada misunderstanding yang kadang bikin kesel bacanya, tentang dinamika keluarga dan bersetting di kota kecil (deskripsi tante Kleypas buat Friday Harbor tuh bagus banget!).
Tentu saja gue akan baca buku selanjutnya, Rainshadow Road yang akan menceritakan Sam dalam menemukan cintanya.