A review by renpuspita
Bajak Laut & Purnama Terakhir: Sebuah Komedi Sejarah by Adhitya Mulya

adventurous funny lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

 Baca buku ini kuncinya cuma satu: Jangan dianggap serius.

Yang jelas, gue emang berusaha ga terlalu mikir buat mencerna humor di buku ini. Noo, gue bukannya ga suka sama usaha Adhitya Mulya buat mix match unsur sejarah dan fantasy di buku ini. Gue malah apresiasi banget. Baca unsur sejarahnya ngingetin gue sama betapa senengnya gue dulu baca buku sejarah waktu SMA (dan yes, nilai pelajaran Sejarah gue dapat 9 atau 10) apalagi saat masa - masa bahas Kerajaan Singosari, Majapahit, etc. Yang bikin gue ngurangin bintangnya adalah humornya yang terlalu modern untuk cerita sejarah abad 17. Terlalu gaul for my taste, meskipun adegan Abbas jadi Abbaswati dan nari ronggeng itu priceless banget sih. Pun, ada beberapa istilah English modern kayak "badannya toned"; "feedback", bahkan "surrender". Untuk kali ini gue nyerah deh, beneran ga sanggup XD

Di luar konten humornya yang kadang garing cringey, gue sebenarnya suka sama retelling Adhitya Mulya untuk sejarah Raden Wijaya dan pasukan Bhayangkara walaupun tentunya fiksi 100%. Gue merasa kalau monster di buku ini juga kayaknya sih ada kemiripan dengan kisah mitologi Eropa. Pun penulisnya juga dengan lihai memasukkan pesan dimana "history always written by the victor" atau lebih tepatnya mereka yang punya kuasa yang bisa membelokkan sejarah yang sebenarnya. Gue juga jadi refresh lagi masalah VOC dan kehidupan rakyat Indonesia pada abad itu, termasuk keadaan di Kesultanan Mataram. Penyelesaiannya pun cukup oke lah dan outlandish. Tapi ya gapapa, namanya juga ada unsur fantasynya. Yang kureng ya...humornya lah. Candaan antara Jaka Kelana dengan anak buahnya, Aceng, Abbas, Lintong dan Surendro itu kurang masuk ke gue, huhuhu. Padahal bagiannya yang serius itu ditulis dengan bagus.

Tadinya gue pengen baca kisah kelanjutan Jaka Kelana dan para anak buahnya di buku selanjutnya, cuma karena humornya gue ga terlalu suka ya cukup disini saja kisah perjalanan Jaka Kelana buat gue (meski ada hint salah satu musuh besarnya Jaka kayak yang"tunggu pembalasanku!"). Kalau kamu suka cerita model2 Saur Sepuh atau Angling Dharma (buset, ini nyebut umur banget yak hahaha) dengan bumbu humor dan cerita outlandish, silakan dicoba aja kisah para Bajak Laut Kerapu Merah ini. 

Expand filter menu Content Warnings