SERU BANGETTTT GAK ADA BOSANNYA SAMA SEKALI belajar sejarah lewat karya fiksi udah pasti bikin aku makin sadar ternyata masih banyak hal yang gak aku ketahui.
Berlatarkan Perang Dunia II saat Jerman (dipimpin oleh Hitler) melawan Rusia. Konsepnya yang terstruktur dan rinci, meskipun tiap bagiannya dikisahkan oleh sudut pandang yang berbeda-beda; Joana, seorang perawat, yang melarikan diri dari Lituania; Florian, seorang pembelot, dari Prusia Timur; Emilia, gadis berusia 15 tahun, dari Polandia; dan Alfred, pelaut, dari Jerman, pembaca gak ada dibuat bingung sama sekali saking rapihnya alurnya ini.
Penggambaran suasana, detail di tiap kejadian, terutama sewaktu tragedi kapal Wilhelm Gustloff terjadi, juga bentuk rasa takut, gelisah, cemas, khawatir, dan sebuah pengorbanan, makin-makin bikin aku menghela napas dan iba. Btw, big applause untuk alih bahasanya, Kak Putri Septiana Kurniawati (aku baca yang versi terjemahan bahasa Indonesianya), terjemahannya enak banget buat dibaca. 🤧🫶🏻
"Yujin, lo manusia atau komodo, sih?" Adalah pertanyaan yang langsung muncul di kepalaku setelah aku menamatkan cerita ini.
Buat yg suka Diary of A Murderer pasti bakalan enjoy banget sama cerita satu ini. Gaya penulisan dengan POV orang ke-satu, membawa kita seolah-olah masuk ke dalam labirin. Maksud yang disampaikan pun cukup detail, terutama soal rasa takut tiap tokohnya. 👍🏻
Di buku ini lagi-lagi ketemu sama si detektif paling skeptis, Detektif Kaga. Berbeda dari dua buku dengan genre yang sama sebelumnya, The Newcomer justru punya kesan yang tenang meskipun inti dari permasalahan cerita ini diungkapkan menjelang akhir cerita. Benar-benar kerasa banget perbedannya padahal yang nulis sama-sama Keigo Higashino! Belum lagi, tiap bab punya ceritanya masing-masing yang berhasil Detektif Kaga selesaikan tanpa melupakan tujuan utamanya datang ke Nihonbashi. Ya pastinya sih itu mah, karena orang-orang yang ditemui oleh Detektif Kaga, merupakan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan korban pembunuhan.
Cerita dark dibalut hubungan antar keluarga yang heart warming, Keigo Higashino lewat karakter ciptaannya, Detektif Kaga, berhasil bikin aku menikmati alur tanpa perlu merasa takut, pusing, dan bingung, namun rasa penasaran itu masih tetap ada.
"Siapapun yang menderita karena sebuah kasus, dia juga termasuk korban. Mencari cara untuk menyelamatkan korban seperti itu juga tugas seorang Detektif."
Aku tau buku ini bikin nangis, tapi aku gatau kalo aku akan SEBANJIR INI!? Rasanya miris, ngilu, sakit hati, marah, malu, takut, semuanya ada di sini. Campur aduk, susah dijelasin, yang akhirnya lagi-lagi cuma bisa diungkapkan dengan air mata (BAKU BGT gapapa).
Di bab 1, kita diberi sedikit penjelasan dan potongan-potongan bagaimana kehidupan para karakter di sebuah kampung yang letaknya ada di Kota Jakarta. Kota yang tak pernah tidur, kota yang tak pernah ikut campur akan menjadi apa manusia-manusia di dalam kedepannya. Semuanya ada di sana.
Banyak sekali pesan baik yang bisa diambil. Memberikan pandangan lebih luas, mendorong agar peka dan paham akan banyaknya sudut pandang, juga mengantarkan pada sisi-sisi lain yang sebelumnya dirasa sulit terjamah. Bisa jadi yang menurut kita buruk, justru punya pengaruh luar biasa untuk hidup.
Buku ini terdiri dari beberapa bagian dengan penokohan yang berbeda, namun masih saling berkaitan karena mereka semua hidup di lingkungan yang sama. Lingkungan penuh dosa, tapi sayangnya masih ada saja yang saling menghakimi di saat yang bersamaan. Biarpun begitu, gak membuat pembaca jenuh ataupun pusing. Setiap karakter pada akhirnya menemukan bagian terbaiknya masing-masing. Aku juga suka gimana semakin dibaca, selain semakin gelap, juga semakin heart warming. Bingung gak tuh, tapi seru!!!
Gaya penulisannya baku, tapi gak kaku. Meski ada beberapa diksi yang agak membingungkan, tapi jumlahnya gak banyak, jadi aku tetap menikmati.
"Jadi, jangan hakimi cara bertahan hidup orang-orang ya, Tom."
Sebetulnya bisa aku kasih bintang 5 kalau endingnya... ah sudahlah. Hahahaha tapi serius, aku kira bakalan ada sesuatu yang berbeda dari cerita heart warming ini di akhirnya. Cukup klise, but it's okay kok. Ini akunya aja emang (maaf) yang banyak mau. 🙏🏻
Berawal dari Akari yg baru saja dipecat dari pekerjaannya dan merasa putus asa di tengah musim dingin, kemudian bertemu dengan Sensei juga Kyouhei di Shirokuma Bistro. Lewat pertemuan itu, Akari juga diantarkan pada moment-moment di mana ia mulai belajar memahami dirinya sendiri. "Hiduplah untuk satu hari lagi." Kalimat yang paling sering diucapkan oleh Sensei dalam cerita ini.
Overall ini bagus banget! Alurnya rapih, terstruktur, dan rinci tp gk membosankan sama sekali meski timelinenya maju mundur. Aku paling suka dialogue cut yang dibuat khusus, biar kita semakin paham sama situasi yang akan terjadi di halaman berikutnya. Romancenya pun gak berlebihan, porsinya pas.
Pusing karena penjelasan yang panjang dan detail (agak menjelimet) soal denah rumah yang aneh itu, nggak membantu aku sama sekali untuk memahaminya. Jadi sekedar baca aja tapi nggak banyak yang bisa nempel di otak. Rumit banget. Tapi karena penjelasan yang rumit dan sulit dipahami itu, justru mengantarkan pembaca untuk menebak pelaku sebenarnya dengan mudah.
Beda dari cerita sebelumnya, aku lebih suka yang ini karena adegan kejar-kejarannya intens banget dan alurnya lebih rumit. Belum lagi penggambaran Sherlock Holmes yang biar dikata genius, tapi dia tetep manusia alias gak sempurna. Deduksi maupun penyelidikan yang sedikit keliru, membuat Sherlock harus bekerja lebih keras dan lebih perhitungan dari sebelumnya.
Btw buku ini juga menyinggung sejarah, lho. Pemberontakan di India tahun 1857! Lagi-lagi diberi kasus yang latar belakangnya gak cuma tentang dendam semata, tapi jauh dari itu, ini soal janji di masa lampau yang gak boleh diingkari.
Kelebihannya masih sama (dan kayaknya akan terus begitu untuk kedepannya) seperti sebelumnya, kurangnya ada beberapa istilah dari bahasa asing, tapi gak ada terjemahannya. Gapapa, aku bisa terjemahin sendiri. 👍🏻
"Schade dass die Natur nur einen Mensch aus Dir schuf, Denn zum wüerdigen Mann war und zum Schelmen der Stoff." - Goethe
Jujur bingung banget, aku gak tau kalau penyakit yang diderita si MC malah membawa perubahan besar untuk nasibnya. Masih banyak pertanyaan di kepalaku setelah habis baca bukunya.
Kalau dibandingin Salt to the Sea, sebetulnya buku ini gak begitu menegangkan, tapi perasaan gelisah dan cemasnya real bisa sampai ke pembaca dengan baik. Selama baca aku gak bisa bayangin hidup tanpa privasi. Hal sekecil dan sedetail apapun, contohnya hari ini aku buang air berapa kali aja, bisa diketahui semudah itu. Belum lagi siapapun bisa jadi informan (termasuk anggota keluarga sendiri), karena keinginan Ceaușescu untuk mengisolasi Romania dari jangkauan pihak luar bikin pergerakan bener-bener serasa di penjara. Termasuk dengan semua penderitaan yang udah disebutkan, rakyat juga gak diberikan hak mereka sepenuhnya. Bagi pemerintah saat itu, rakyat tak ada bedanya dengan kotoran manusia.
Uniknya cerita ini berdasarkan sudut pandang tokoh Cristian & teman-temannya yang masih duduk di bangku sekolah. Penggambaran seorang anak yang sedang masa-masanya ingin memberontak dan menggebu-gebu, membuat dirinya dipaksa untuk berpikir lebih jauh dan kritis dibandingkan anak seusianya pada umumnya, di belahan dunia lainnya.
Gaya penulisannya masih sama menggunakan sudut pandang orang ke-satu (dan cuma satu orang). Cerita ini juga memuat beberapa hal sensitive seperti murder, violence, dsb. Jadi dimohon untuk bijak. 👍🏻
Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.75
Udah lama banget nggak baca buku yang pure angkat genre romance. Baca novel ini seakan membawa angin segar, karena beberapa hari ke belakang, aku lebih banyak baca buku terjemahan dengan tema berat.
Ditulis berdasarkan keadaan yang bisa kita jumpai di dunia nyata, bikin feelnya nyampe banget! Gaya penulisannya juga non-baku, jadi punya kesan akrab dan mudah dipahami. Oh iya, buku ini juga memuat beberapa informasi penting, salah satunya tentang diving.
Satu hal yang paling aku suka dari buku ini adalah penggambaran persahabatannya. Mengantarkan MC pada apa yang sudah sepantasnya dia dapatkan. Ternyata dunia nggak berhenti gitu aja di usia kamu yang ke-30. Nggak berhenti gitu aja, hanya karena kamu belum menikah apalagi harus bertemu dengan sistem Ganjil-Genap di Jakarta.Dunia nggak berhenti di sana.