A review by clodiodi
Filosofi Teras by Henry Manampiring

5.0

“It is not things that trouble us, but our judgment about things” -Epictetus (Enchiridion)

Buku pertama yang saya baca di tahun 2021 adalah Filosofi Teras. Sambil membaca buku ini, saya juga berusaha mencatat poin-poin penting yang dibahas di buku ini sehingga bisa saya baca ulang di kemudian hari -> https://www.notion.so/Filosofi-Teras-845ecc87d907449281255d5d33508101

Awalnya saya membaca buku ini murni karena sedang memperpanjang langganan Gramedia Digital, sehingga mencari buku self-help apa yang bisa saya baca. Pilihan jatuh pada Filosofi Teras karena buku ini cukup sering direkomendasikan dan temanya sejalan dengan Reading Plan saya untuk buku self-help di 2021.

Filosofi Teras atau Stoisisme merupakan sebuah filosofi kehidupan dimana kita membedakan antara hal yang ada dalam kendali kita dan hal yang tidak ada dalam kendali kita. Hal yang benar-benar ada dalam kendali kita adalah persepsi dan pikiran kita, sementara semua hal di luar persepsi dan pikiran kita adalah hal yang tidak dapat kita kendalikan. Dengan menyadari hal tersebut, kita bisa lebih fokus pada ketenangan batin dan kebahagian internal karena menyadari bahwa segala sesuatunya tergantung persepsi kita.

Buku ini dibagi menjadi 12 bagian dimana Penulis memaparkan bagaiman cara mempraktekan stoisisme dalam kehidupan sehari-hari. Karena sejatinya stoisisme/filsafat bukan hanya untuk dipelajari namun juga dipraktekan.

Secara garis besar, seluruh pembahasan di buku ini akan kembali pada dikotomi kendali (things in our control and not in our control). Saat saya membaca buku ini saya seperti diingatkan lagi bahwa kita mampu untuk mengarahkan pikiran kita menjadi lebih bahagia dan tidak memusingkan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita ubah. Kunci utamanya ada di pikiran kita! Sebagai salah satu kaum over-thinking, tentu saja isi buku ini seperti menampar dan mengaduk-ngaduk nalar/rasio saya. Meskipun begitu ada beberapa hal yang dibahas di buku ini yang ternyata sudah saya terapkan terlebih dahulu, ya setidaknya saat saya membaca buku ini saya sudah tidak berafa di zona over-thinker akut lah ya