Mungkin respon pertama setelah menyelesaikan buku ini adalah… buku gila. Jujur emosi pembaca dipermainkan dan dibuat galau karena “mengapa tindakan yang benar justru sangat mengusik”. Buku yang menurutku genrenya psychological thriller.

Noriko memang cinta kepada kebeneran. Apa yang dikatakannya adalah benar tetapi dia tidak bisa memanusiakan manusia. Dia mengganggap semuanya salah, jika dirasa tidak benar. Dirinya tidak menggunakan perasaan sama sekali meskipun berurusan dengan manusia. Seolah memang tidak memiliki hati jika melanggar kebenaran. Pribadi yang sangat nosy terhadap kehidupan orang lain, ikut campur dan itu menyebalkan.

Sepanjang baca buku ini dibuat kesal dan emosi. Heran, kok ada manusia kayak gini? Meskipun fiksi, mungkin aslinya pun ada. Rasa kebencian yang dirasakan teman-temannya bahkan anaknya pun valid. Wajar. Salahnya adalah mereka mengakhiri nyawa Noriko ketimbang “cut off” aja orang seperti itu atau being idgaf (susah sih… karena Noriko tetep nosy). Intinya, emosi lah bacanya.