Scan barcode
A review by renpuspita
The Woman in Cabin 10 by Ruth Ware
dark
mysterious
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.0
"Kabin itu memang kosong. Tidak ada tamu di kabin sebelah. Kabin itu tidak berpenumpang sedari awal".
The Woman in Cabin 10 ini contoh novel yang ga ngerti sebenarnya mau fokus di misteri, psychology thriller atau malah jadi survival genre. Semuanya dicampur aduk oleh pengarangnya. Sebenarnya gue ga keberatan, seandainya tokoh utamanya minimal bikin simpatik. Astaga, Lo, literally act like a loser dan bahkan tindakan bodohnya pun konsisten dan permanen dari awal sampai hampir akhir cerita. Gue ngerti kalau trend buat novel dengan genre psychological thriller itu biasanya unreliable narrator dan ga perlu disukai. Okay, unlikable is fine, tapi minimal bikinlah pembacamu bersimpati pada karakter utama apalagi penceritaannya dari sudut pandang orang pertama. Gue berkali - kali tepok jidat dan bahkan sampe bilang "syukurin lo" pas tahu Lo jadi kena musibah.
Kenapa kok gue kesel sama cara penulisnya membawakan narasi Lo? Berkali - kali dibilang kurang tidur, padahal pembaca juga udah tahu sejak awal Lo itu kurang tidur semenjak kerampokan. Terus ga riset dengan baik saat ditugaskan membuat artikel untuk pelayaran kapal pesiar, padahal katanya jurnalis dengan pengalaman 10 tahun. Walau bisa dibela dengan alasan Lo ini dasarnya emang punya anxiety parah dan juga abis kemalingan, rasanya itu juga jadi alasan yang lemah. Sejak awal emang susah mau simpatik sama Lo, jelas - jelas punya pacar yang bucin parah tapi pacarnya malah dijudesin bahkan begitu taking things for granted pas si pacar, Judah, rela meninggalkan pekerjaannya dengan bilang kalau Lo ga pernah minta Judah buat berkorban. Gue KECEWA sampe akhir Judah masih setia sama Lo, alih - alih ninggalin cewek ga tahu diri ini karena ya Judah itu terlalu BAIK buat Lo. Ga cuma judes ke Judah, tapi Lo juga agresif ke banyak orang dan alasannya selalu karena panic attacknya serta kurang tidur. Udah tahu kurang tidur, butuh minum obat anti depressant, Lo malah MABUK - MABUKAN. Gini mau simpatik gimana coba, hahaha.
The Woman in Cabin 10 sebenarnya menggambarkan dengan baik idiom "no good deeds goes unpunished". Apa yang terjadi sama Lo, dengan penyelidikan amatirannya adalah karena dia ngerasa kalau wanita yang jatuh ke laut dari Kabin 10, pas di sebelah kabin tempat Lo, sama nasibnya kayak Lo. Ga berdaya karena tindakan kejahatan orang lain, sama seperti Lo yang ga berdaya abis kemalingan (wicis, gue ga ngerti kenapa Lo tetep bersikeras naik ke kapal Aurora abis kemalingan mengingat dia punya riwayat serangan panik dan juga kurang tidur. Segitu ngejar karir deh si Lo ini). Masalahnya semuanya jadi kacau karena Lo yang sering mabuk dan inisiatifnya buat menyelidiki kasus pembunuhan malah membuatnya jadi incaran si pelaku yang sebenarnya. Dua pertiga novel ini gue jabanin dengan sangat sabar membaca tingkah laku Lo yang bikin gregetan (nuduh sana sini, sinis ke banyak orang) dan baru mencapai momentum setelah twist terungkap. Bagi gue, twistnya emang rada - rada outlandish walau mungkin banget kejadian. Lucunya walau Lo ini tokoh utama tapi bagi gue
Ga bakal gue baca ulang tapi kalau nyari mystery dan thriller suspense (dan sedikit unsur survival) dengan unreliable narrator, menurut gue, The Woman in Cabin 10 masih sedikit lebih baik dibandingkan dengan The Silent Patient.
Graphic: Alcoholism, Confinement, Drug use, Panic attacks/disorders, Kidnapping, Murder, and Injury/Injury detail
Moderate: Infidelity and Physical abuse
Minor: Misogyny, Sexual assault, and Vomit