Buku ini mengangkat susahnya menjadi anak campuran, blasteran, half blood, dirty blood, atau istilah sejenisnya. Pada kenyataannya kebanyakan dari mereka akan sulit untuk diterima oleh satu golongan, hal inilah yang dialami oleh Zainuddin, seorang pemuda yang berdarah Minang dari ayah dan berdarah Bugis dari ibu. Cintanya tidak dapat diterima oleh keluarga Minang sang Ayah karena mereka menganggap dia adalah Bugis, sementara keluarga ibu menganggapnya dia adalah Minang. Karena buku ini adalah buku klasik dari Indonesia aku sendiri kesulitan memahami beberapa kata yang memang sudah jarang digunakan pada saat ini, tapi nuansa yang disajikan seakan membawaku menjelajahi kehidupan tahun 1920an.