A review by renpuspita
Surat Kematian - Death Notice by Zhou Haohui

challenging dark emotional mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Selama ini untuk karya penulis dari Asia Timur, gue lebih banyak baca karya dari author Jepang atau Korea. Surat Kematian atau Death Notice bisa dibilang karya author dari Negeri Tirai Bambu pertama yang gue baca. Buku ini juga hadiah dari Mba Desty untuk event Secret Santa di bulan Desember 2021 dan kemungkinan besar bakal terus gue anggurin seandainya ga ikutan RC Babat Timbunan dengan tema khusus "Hadiah". Tapi gue bersyukur juga memilih Surat Kematian ini karena menurut gue ceritanya emang SERU, meski ada beberapa hal yang gue kurang sreg makanya ga full ngasih 5 bintang :-)

Premis Surat Kematian sebenarnya udah awam digunakan. Bahkan gue teringat manga Death Note saat membaca buku ini, minus entitas supranatural tentunya. Menggabungkan element cold case dan serial killer manhunt, Kepolisian Kota A (gue baru tau kalau aslinya kotanya di Chengdu) harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan orang - orang yang diincar seorang algojo yang menamakan dirinya Eumenides. Masalahnya, orang yang diincar itu pelaku kejahatan yang lolos karena sistem hukum di China yang dianggap oleh Eumenides lemah. Tapi ya nyawa kan tetap nyawa dan apa yang dilakukan Eumenides tentu menjadi perdebatan. Sejauh apa orang bisa bersikap main hakim sendiri meski apa yang dia lakukan itu dia anggap sebagai kebenaran?

Cara penuturan Death Notice emang sangat telling rather than showing, yang menurut gue mungkin ciri khas author dari China dan Jepang kayak gitu. Berat di narasi dan deskripsi. Gue ga ngerti apa karena dari terjemahannya meski infonya buku ini diterjemahkan langsung dari Mandarin, tapi gue merasa gaya nulisnya Zhou Haohui meski ceritanya seru, tapi berasa amatir. Banyak bagian - bagian yang menurut gue bisa dipangkas dan gaya tulis sudut pandang ketiga serba tahu ini juga jadi kayak semacam kelemahan buku ini. Gue mengamini beberapa review kalau ada beberapa hal yang janggal dan meski Luo Fei, salah satu polisi di buku ini, dibilang jenius, rasanya kejeniusannya gue agak merasa janggal, lol. Baca Luo Fei ini emang gue jadi keinget tokoh L di Death Note sih, sementara Eumenides itu si Light Yagami akan Kira. Bedanya, sampai akhir identitas Eumenides masih tertutup rapi.

Lho? Jadi ceritanya belum selesai? Gue selalu merasa kok buku ini agak - agak tipis ya ga sampai 400 halaman meski ukuran bukunya juga cukup gede dan ngebatin kenapa buku yang no 2 tebel banget sampai 600 halaman. Ending Surat Kematian sendiri ternyata di luar prediksi BMKG dan buku ini emang seperti sebuah pendahuluan yang disiapkan Haohui sebagai pembuka panggung perseteruan antara Eumenides dengan pihak Kepolisian, utamanya Luo Fei dan kapten Han Hao. Gue ngasih rating cukup tinggi karena tiga bab terakhir emang luar biasa tensi dan pacenya. Haohui cukup lihai dalam menyimpan misteri untuk kemudian membukanya satu persatu bak kulit bawang dengan sangat rapi. Bahwa Eumenides dan Luo Fei itu terhubung dan kepolisian ternyata ga sebersih yang kita kira. Cara Eumenides mengelabui Han Hao dan Luo Fei di akhir emang gue akuin luar biasa.

Meski begitu beberapa hal emang cukup janggal seperti misalnya 
kasus Han Hao yang membuatnya diangkat jadi kepala Reserse Kriminal tapi temannya malah meninggal. Cara Haohui menjelaskan memang cukup aneh dan kurang bisa diterima dengan nalar. Lalu identitas asli Eumenides senior dan motivasinya menjadi Eumenides bikin gue merasa bimbang. Di sisi lain gue ngerti kenapa Eumenides senior ingin jadi vigilante demi membalaskan dendamnya tapi gue ga suka dengan cara dia mengorbankan orang, dalam hal ini kekasih Luo Fei, Meng Yun. Eumenides senior mau menghalalkan segala cara demi prinsipnya dan gue mikir "duh, ini orang kayaknya delusional". Selain itu cara Eumenides junior aka pelanjut Eumenides yang senior, itu juga gue masih bertanya - tanya. Sejenius apa Eumenides kedua? Kenapa dia bisa menebak dan mempermainkan polisi dan bahkan gimana caranya dia tahu strategi polisi? Apakah Eumenides kedua ini hacker handal yang bahkan lebih handal kemampuan programmernya ketimbang Zeng Rihua yang ahli IT di polisi? Terus terang masih banyak yang perlu dipertanyakan dari si Eumenides kedua ini
. Walau dengan beberapa kejanggalan itu dan mungkin premis yang udah sering dipakai, gue merasa Surat Kematian ini punya beberapa hal yang bisa dijadikan bahan diskusi. Seperti sistem keadilan di China yang ternyata toh ya sama aja dengan Indo, bisa dikorupsi dan orang yang harusnya diadili malah melenggang bebas. Membuat gue bertanya - tanya, simbol Lady Justice itu ditutup matanya mungkin bisa diinterpretasikan bahwa hukum itu tidak pandang bulu. Tapi gue juga merasa dengan mata yang ditutup, hukum pun seolah mengalihkan pandangan dari apa yang benar dan salah. Eumenides sendiri berkata kalau orang berbuat jahat karena terkadang mereka tidak punya pilihan? Tapi gue sendiri bisa berdebat tentang sistem main hakim sendirinya Eumenides ini apakah emang bisa diterima sesuai dengan hukum yang berlaku?

Cerita Surat Kematian berlanjut ke buku dua yang diberi judul Takdir. Bukunya juga sudah diterjemahkan dan memang lebih tebal, membuat gue jadi penasaran langkah apa lagi yang Eumenides punya untuk berkelit dari Luo Fei dan kepolisian Kota A yang memburunya. Memang Surat Kematian ini ada beberapa kelemahan, tapi kalau suka thriller suspense dengan misteri yang ditulis secara rapi dan beberapa twist yang ga terduga (atau bisa diduga kalau udah kebanyakan baca genre sejenis), buku ini cukup gue rekomendasikan. 

Expand filter menu Content Warnings