Meskipun yang aku baca terjemahan Bahasa Indonesia, ceritanya cukup nyaman dibaca. Karena novelnya sendiri cenderung lebih banyak menampilkan dialog, sedangkan narasinya yang padat dalam memuat informasi penting punya porsi yang pas. Intinya, nggak bikin bingung dan pusing aja sih. Walaupun ada beberapa sensitive scene, tapi nggak mengurangi heart warmingnya itu sendiri! Kisah yang berbeda-beda dalam satu buku itu juga jadi nilai plus tersendiri buatku. Tentang penyesalan anak terhadap ibunya, sepasang kekasih, dll.

Dari kasus pertama s/d terakhir, nggak ada berhentinya tuh mata berkaca-kaca (TMI), tapi kalo ditanya mana yang paling bikin nangis meledak sampai sembab, udah pasti cerita punya Kiyoshi Manda dan Kimiko Manda, juga cerita Kazu Tokito.

Masing-masing kisah jelas punya sisi positifnya sendiri, tapi untuk dua kisah di atas yang benar-benar menekankan, penyesalan itu ada, pasti ada. Tak terkecuali pula dengan bahagia. Bahagia pasti ada, ia layak untuk selalu ada apapun bentuknya. Jadi, jangan sedih berlarut-larut, sebab yang meninggalkan pun punya harapan yang sama.