You need to sign in or sign up before continuing.
Scan barcode
A review by renpuspita
Yang Masih Lajang by Lauren Ho
funny
lighthearted
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.0
Digadang - gadang kayak Crazy Rich Asians dan The Hating Games combined into one, mungkin ekspektasi gue udah ketinggian sejak awal buat Last Tang Standing. Karena buku ini ga se-fun Crazy Rich Asians (walau sama - sama settingnya di Singapura) dan jauuuh banget di bawah The Hating Game yang kebetulan jadi salah satu novel favorit gue di 2024. Tapi, seandainya tidak perlu membandingkan dengan CRA atau The Hating Game, Last Tang Standing sebenarnya ga buruk - buruk amat untuk karya debut Lauren Ho.
Diambil dari pengalaman authornya sendiri (mungkin) selama jadi penasihat di firma hukum, maka tokoh utama Last Tang Standing, yaitu Andrea Tang adalah seorang pengacara yang bekerja di salah satu firma hukum terkemuka di Singapura. Gara - gara buku ini juga gue jadi ngegoogling posisi yang ada di firma hukum, karena gue tahunya, pengacara ya kan PENGACARA AJA. Ternyata ada tingkatan seperti junior associate, senior associate dan paling tinggi tuh partner. Ceritanya, Andrea saat itu lagi mengincar jabatan partner di firma hukumnya. Posisi paling mentereng mengingat dia udah lama jadi senior associate. Tentunya, true to its The Hating Games vibes, Andrea saingan sama Suresh Aditparan, pemuda India kasta Brahmana (emang ditulis gitu di bukunya) yang baru pindah dari London. Seakan ujian hidup belum cukup, Andrea juga pusing cari jodoh karena sepupunya yang lebih tua dari dia dan melajang (serta lesbian) ternyata memilih menikah dengan laki - laki hetero demi mengamankan warisan. Seperti halnya nyaris semua wanita Asia bahwa pernikahan itu adalah satu - satunya status tertinggi bahkan untuk wanita karir berdikari macam Andrea, jadi Andrea pun blingsatan nyari jodoh demi mengamankan warisan masa depan.
Awal buku ini sebenarnya menarik dan LUCU banget. Ditulis dalam format diari dan bahkan lengkap dengan time stamp kejadian - kejadian yang dialami Andrea, humor menggelitik dan sarkastik banyak dikeluarkan oleh Andrea dalam menyikapi kemalangan hidupnya. Hashtag #hidupkupayah pun sering digunakan. Kengerian Andrea dan sepupu serta sahabatnya, Linda Mei Reyes saat mereka menghadiri acara Tahun Baru di rumah keluarga Tang sangat lucu. Gue suka sama hubungan Andrea dan Linda, karena meski mereka berbeda bak bumi dan langit, tapi mereka juga saling mendukung satu sama lain, terutama masalah pria. Banyak one liner dan kejadian - kejadian konyol dan gue banyak banget nyimpan quotes atau adegan yang memorable dari buku ini. Pada awal-awalnya tentu aja.
Sayangnya, di bagian tengah, Lauren Ho seakan kehabisan bensin dan cerita mulai kayak ga jelas mau dibawa kemana. Mungkin menganut paham bahwa "the world is your oyster", maka Andrea punya beberapa love interest. Awalnya Andrea kencan sama cowo brondong bernama Orson, yang bikin gue terpana dan pengen ngomong "bisa - bisanya ente pacaran sama cowo dengan nama kayak SIRUP????". Setelahnya, persaingan (tampaknya hanya sepihak) Andrea dengan Suresh juga bikin Andrea dekat sama Suresh walau mundur teratur karena ternyata Suresh sudah punya tunangan bernama Anousha. Saking putus asanya, Andrea mau datang kencan buta dengan dokter spesialis Proktologi (tentunya lengkap dengan jokes2 mengarah ke area bokong). Awan mulai cerah saat Andrea didekati miliuner Chindo bernama Eric Deng. Masalahnya, gue ngerasa bagian Andrea sama Eric tuh bosenin banget buat dibaca. Walau gue suka romansa dengan beda usia, tapi beda usianya Andrea sama Eric tuh hampir 20 tahun! Eric tuh bisa aja jadi bapaknya Andrea, bahkan beda usia Eric dan emaknya Andrea aja ga jauh2 amat. Tapi namanya juga cinta? Heh.
Dengan beberapa love interest, sebenarnya udah bisa ketebak Andrea bakal milih siapa, antara Eric yang bucin atau Suresh yang termasuk "buah terlarang". Sebenarnya angstnya pun juga lumayan, tapi entahlah, bagi gue semua serba nanggung. Lauren Ho mungkin coba membuat romansa pekerja kantoran dan issue - issue di tempat kerja terutama sama yang dihadapi milenial. Lucunya, Andrea sempat kaget pas tahu dia milenial, padahal secara range usia dia EMANG milenial karena setting tahun buku ini tuh di 2020 (disebut2 tahun kabisat) dan Andrea masih 33 tahun (jadi gue sama Andrea ASLINYA seumuran). Apa selama ini Andrea ngerasa dia gen X? Kurangnya buku ini juga, walau gue merasa mungkin Andrea ingin ditunjukkan semanusiawi mungkin, gue hanya memutar mata tiap baca adegan Andrea mabuk. Bingung sama perasaannya ke Suresh? Mabuk dulu. Stress sama kerjaan? Mabuk lagi. Kagak sayang sama liver sendiri apa gimana deh? Selain mabuk - mabukan, gue juga ngerasa Andrea dalam beberapa kesempatan bak loser banget. Like, dia tuh membangga-banggakan dirinya sebagai pengacara top 40 under 40 di Singapura tapi gue jarang banget lihat kehandalan Andrea dalam menyikapi masalah kerja. Ya mungkin emang pengen dibuat terpisah antara kehidupan kerja dan pribadi Andrea. Tapi, ya kali loe dengan etos kerja seperti itu, datengnya suka telat2an gegara malam sebelumnya teler sampai pagi? Sesantai apa sih firma hukumnya Andrea XD?
Walau begitu, toh gue juga cukup menikmati curhatan Andrea di diarynya. Ada beberapa bagian yang gue cukup relate dengan Andrea, seperti misalnya binge reading baca webtoon sampai pagi. Tapi karena vibesnya Andrea tuh mbak - mbak SCBD yang (mungkin) hobinya tiap jumat malem nongkrong karena Sabtunya libur, ya bagian ini ga terlalu terkoneksi karena gue tipe habis pulang kantor ya langsung pulang tanpa mampir. Gue juga cukup kecewa karena tokoh Eric kurang digali, mengingat dia miliuner Chindo tapi umur 50-an setidaknya dia paling tidak kena efek Orba di Indo kan? Tapi ya ga dibahas, atau mungkin karena dianggap kurang penting atau apalah. Eric juga ditulis rada too good to be true walau kayaknya agak control freak juga, tapi kayak yang ya udah gitu. Persona miliunernya paling ditulis dia punya jet lah, buka hotel disini dan disitu dan sejujurnya bayangin Andrea pacaran sama Eric itu kayak gue bayangin anak sama bapak, lel. Berantemnya Andrea sama Suresh walau beberapa gemes, menurut gue juga kurang mungkin karena Lauren Ho berusaha membagi - bagi porsi romansanya Andrea mengingat love interestnya lebih dari satu . Tapi bagian tengahnya yang memble setidaknya dibayar dengan bagian terakhir yang walau menurut gue berasa terburu - buru tapi ditulis dengan baik. Intinya, Andrea bahagia dengan caranya sendiri lah.
Last Tang Standing cocok buat bacaan ringan dan humor-humornya pun sebenarnya menghibur. Terjemahannya juga cukup bagus dan renyah. Tentu saja ada bagian-bagian yang ga masuk akal, kayak emang bisa dalam kondisi mabuk berat si Andrea nulis di diarynya. Tapi yah begitulah, anggap saja buku ini hanya untuk hiburan tanpa harus banyak berpikir, namun juga tetap ada issue-issue terkait generasi milenial dan kultur budaya orang - orang China yang masih menganggap pernikahan itu segalanya buat wanita.
Diambil dari pengalaman authornya sendiri (mungkin) selama jadi penasihat di firma hukum, maka tokoh utama Last Tang Standing, yaitu Andrea Tang adalah seorang pengacara yang bekerja di salah satu firma hukum terkemuka di Singapura. Gara - gara buku ini juga gue jadi ngegoogling posisi yang ada di firma hukum, karena gue tahunya, pengacara ya kan PENGACARA AJA. Ternyata ada tingkatan seperti junior associate, senior associate dan paling tinggi tuh partner. Ceritanya, Andrea saat itu lagi mengincar jabatan partner di firma hukumnya. Posisi paling mentereng mengingat dia udah lama jadi senior associate. Tentunya, true to its The Hating Games vibes, Andrea saingan sama Suresh Aditparan, pemuda India kasta Brahmana (emang ditulis gitu di bukunya) yang baru pindah dari London. Seakan ujian hidup belum cukup, Andrea juga pusing cari jodoh karena sepupunya yang lebih tua dari dia dan melajang (serta lesbian) ternyata memilih menikah dengan laki - laki hetero demi mengamankan warisan. Seperti halnya nyaris semua wanita Asia bahwa pernikahan itu adalah satu - satunya status tertinggi bahkan untuk wanita karir berdikari macam Andrea, jadi Andrea pun blingsatan nyari jodoh demi mengamankan warisan masa depan.
Awal buku ini sebenarnya menarik dan LUCU banget. Ditulis dalam format diari dan bahkan lengkap dengan time stamp kejadian - kejadian yang dialami Andrea, humor menggelitik dan sarkastik banyak dikeluarkan oleh Andrea dalam menyikapi kemalangan hidupnya. Hashtag #hidupkupayah pun sering digunakan. Kengerian Andrea dan sepupu serta sahabatnya, Linda Mei Reyes saat mereka menghadiri acara Tahun Baru di rumah keluarga Tang sangat lucu. Gue suka sama hubungan Andrea dan Linda, karena meski mereka berbeda bak bumi dan langit, tapi mereka juga saling mendukung satu sama lain, terutama masalah pria. Banyak one liner dan kejadian - kejadian konyol dan gue banyak banget nyimpan quotes atau adegan yang memorable dari buku ini. Pada awal-awalnya tentu aja.
Sayangnya, di bagian tengah, Lauren Ho seakan kehabisan bensin dan cerita mulai kayak ga jelas mau dibawa kemana. Mungkin menganut paham bahwa "the world is your oyster", maka Andrea punya beberapa love interest. Awalnya Andrea kencan sama cowo brondong bernama Orson, yang bikin gue terpana dan pengen ngomong "bisa - bisanya ente pacaran sama cowo dengan nama kayak SIRUP????". Setelahnya, persaingan (tampaknya hanya sepihak) Andrea dengan Suresh juga bikin Andrea dekat sama Suresh walau mundur teratur karena ternyata Suresh sudah punya tunangan bernama Anousha. Saking putus asanya, Andrea mau datang kencan buta dengan dokter spesialis Proktologi (tentunya lengkap dengan jokes2 mengarah ke area bokong). Awan mulai cerah saat Andrea didekati miliuner Chindo bernama Eric Deng. Masalahnya, gue ngerasa bagian Andrea sama Eric tuh bosenin banget buat dibaca. Walau gue suka romansa dengan beda usia, tapi beda usianya Andrea sama Eric tuh hampir 20 tahun! Eric tuh bisa aja jadi bapaknya Andrea, bahkan beda usia Eric dan emaknya Andrea aja ga jauh2 amat. Tapi namanya juga cinta? Heh.
Dengan beberapa love interest, sebenarnya udah bisa ketebak Andrea bakal milih siapa, antara Eric yang bucin atau Suresh yang termasuk "buah terlarang". Sebenarnya angstnya pun juga lumayan, tapi entahlah, bagi gue semua serba nanggung. Lauren Ho mungkin coba membuat romansa pekerja kantoran dan issue - issue di tempat kerja terutama sama yang dihadapi milenial. Lucunya, Andrea sempat kaget pas tahu dia milenial, padahal secara range usia dia EMANG milenial karena setting tahun buku ini tuh di 2020 (disebut2 tahun kabisat) dan Andrea masih 33 tahun (jadi gue sama Andrea ASLINYA seumuran). Apa selama ini Andrea ngerasa dia gen X? Kurangnya buku ini juga, walau gue merasa mungkin Andrea ingin ditunjukkan semanusiawi mungkin, gue hanya memutar mata tiap baca adegan Andrea mabuk. Bingung sama perasaannya ke Suresh? Mabuk dulu. Stress sama kerjaan? Mabuk lagi. Kagak sayang sama liver sendiri apa gimana deh? Selain mabuk - mabukan, gue juga ngerasa Andrea dalam beberapa kesempatan bak loser banget. Like, dia tuh membangga-banggakan dirinya sebagai pengacara top 40 under 40 di Singapura tapi gue jarang banget lihat kehandalan Andrea dalam menyikapi masalah kerja. Ya mungkin emang pengen dibuat terpisah antara kehidupan kerja dan pribadi Andrea. Tapi, ya kali loe dengan etos kerja seperti itu, datengnya suka telat2an gegara malam sebelumnya teler sampai pagi? Sesantai apa sih firma hukumnya Andrea XD?
Walau begitu, toh gue juga cukup menikmati curhatan Andrea di diarynya. Ada beberapa bagian yang gue cukup relate dengan Andrea, seperti misalnya binge reading baca webtoon sampai pagi. Tapi karena vibesnya Andrea tuh mbak - mbak SCBD yang (mungkin) hobinya tiap jumat malem nongkrong karena Sabtunya libur, ya bagian ini ga terlalu terkoneksi karena gue tipe habis pulang kantor ya langsung pulang tanpa mampir. Gue juga cukup kecewa karena tokoh Eric kurang digali, mengingat dia miliuner Chindo tapi umur 50-an setidaknya dia paling tidak kena efek Orba di Indo kan? Tapi ya ga dibahas, atau mungkin karena dianggap kurang penting atau apalah. Eric juga ditulis rada too good to be true walau kayaknya agak control freak juga, tapi kayak yang ya udah gitu. Persona miliunernya paling ditulis dia punya jet lah, buka hotel disini dan disitu dan sejujurnya bayangin Andrea pacaran sama Eric itu kayak gue bayangin anak sama bapak, lel. Berantemnya Andrea sama Suresh walau beberapa gemes, menurut gue juga kurang mungkin karena Lauren Ho berusaha membagi - bagi porsi romansanya Andrea mengingat love interestnya lebih dari satu . Tapi bagian tengahnya yang memble setidaknya dibayar dengan bagian terakhir yang walau menurut gue berasa terburu - buru tapi ditulis dengan baik. Intinya, Andrea bahagia dengan caranya sendiri lah.
Last Tang Standing cocok buat bacaan ringan dan humor-humornya pun sebenarnya menghibur. Terjemahannya juga cukup bagus dan renyah. Tentu saja ada bagian-bagian yang ga masuk akal, kayak emang bisa dalam kondisi mabuk berat si Andrea nulis di diarynya. Tapi yah begitulah, anggap saja buku ini hanya untuk hiburan tanpa harus banyak berpikir, namun juga tetap ada issue-issue terkait generasi milenial dan kultur budaya orang - orang China yang masih menganggap pernikahan itu segalanya buat wanita.
Graphic: Body shaming, Infidelity, Racism, Alcohol, and Classism
Moderate: Toxic relationship, Medical content, and Suicide attempt
Minor: Cancer, Sexual content, Death of parent, and Pregnancy