A review by renpuspita
The Confession Of The Sirens - Nyanyian Sang Siren by Shichiri Nakayama

emotional mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

Speechless gue habis baca buku ini. Bener - bener yang ga bisa berkata - kata, huhuhu. One of my Top Read of 2024 for sure!

The Confession of the Sirens, atau dalam bahasa Jepangnya, Sirens no Zange, adalah buku pertama karya Shichiri Nakayama. Ga seperti Rikako Akiyoshi atau Keigo Higashino yang lebih familier di kalangan pembaca Indo, keputusan Clover untuk menerbitkan buku ini emang gue rasa cukup unik. Gimana engga, awalnya gue mikir novel ini hanyalah novel memecahkan misteri kasus penculikan anak SMA bernama Ayaka Higashira yang malah berujung pembunuhan sang gadis. Dimana pemecahan misteri dilakukan oleh jurnalis yang tentunya dianggap sebagai pengganggu oleh detektif yang menangani kasus. 

Yang gue ga menyangka, Confession of Sirens lebih dari itu. Buku ini adalah kritik KERAS terhadap sisi kelam dunia jurnalisme, utamanya praktek bisnis stasiun TV Jepang. Nakayama-sensei tanpa tedeng aling - aling menjabarkan proses pengejaran Scoop melalui sudut pandang duo Takami Asakura dan Taichi Satoya. Takami yang bisa dibilang anak bawang di stasiun TV Teito dengan pandangannya yang idealis namun juga sangat naif, dipasangkan dengan sang senior Satoya yang sudah banyak makan asam garam tapi juga sinis,sarkastik dan hobi menjelek-jelekkan profesi sendiri. Gue sampe mikir kalau apa yang diomongin Satoya itu sebenarnya adalah kritik dari authornya sendiri sementara Takami bagaikan mewakili pembaca yang awam akan dunia jurnalistik. Berkali - kali gue membaca perasaan Takami yang terpecah dan ga tahu arah, kadang gemas dengan Takami yang begitu naif tapi juga simpatik melihat Takami yang terguncang gegara kesalahan saat pengejaran scoop yang berujung fatal bagi stasiun TV mereka. 

Kritik tentang dunia jurnalisme juga tak melulu dari kacamata Satoya maupun pandangan Takami, tapi juga dari sisi Kenji Kudou, detektif yang ditugasi mengusut kasus pembunuhan Ayaka. Walau menurut gue tetap spotlightnya ada di Takami dan Satoya, detektif Kudou juga melontarkan pandangannya terhadap wartawan yang dianggapnya seperti para siren, mengeluarkan nyanyian merdu untuk menyesatkan pelaut. Pokoknya ya siap - siap nyesek deh baca buku ini, karena begitu banyak hal - hal yang menohok dan bisa banget jadi diskusi yang mendalam. 

Yang bikin gue juga terhenyak dan merasa hampa setelah baca buku ini salah satunya adalah kebenaran di balik misteri pembunuhan Ayaka. Nakayama-sensei seakan ingin menunjukkan betapa rapuhnya hubungan manusia. Betapa hal - hal yang seharusnya ga perlu kejadian akhirnya pun kejadian dan membuat hati gue berteriak "KENAPA???". Ditambah dengan kritikan tajam dunia jurnalisme, perundungan di sekolah, kecenderungan masyarakat untuk menginterpretasikan informasi dari stasiun TV yang kadang justru sudah dibumbui sendiri oleh presenternya, membuat buku ini memang tak mudah untuk dibaca. Endingnya sendiri cukup oke dan menegaskan kenapa buku ini diberi judul "Confession" yang walau diterjemahkan jadi "nyanyian", gue lebih mengacu pada arti confession itu yaitu "pengakuan". Pengakuan dari siapa? Hehe, baca aja bukunya buat tahu XD.

Untuk terjemahannya sendiri menurut gue cukup oke, ada beberapa footnotes untuk menjelaskan beberapa hal yang tidak umum atau idiom dalam bahasa Jepang. Tapi ada juga yang menurut gue lucu, kayak idiom "curiousity kill the cat" yang dijelasin. Gue be like, ya itu gue juga paham, tapi mungkin ga banyak yang tahu ya hehe. Sayangnya, cara Nakayama-sensei dalam mengutarakan pendapat via karakter-karakternya emang bisa terasa sangat menggurui dan judgmental. Tapi, ini tergantung dari mood pembaca dan preferensi ya. Secara preferensi, gue ga terlalu suka mode- mode menggurui yang "in your face" banget, tapi karena mood gue lagi oke ya gue kesampingkan aja cuma itu jadi salah satu faktor kenapa gue kurangi sedikit ratingnya. Untuk gaya berceritanya emang cenderung "telling" ketimbang "showing", tapi kata Dion, ini biasa di J-Lit jadi ya gue abaikan juga selama ga terlalu mengurangi kenikmatan membaca dan ga ngurangi esensi dari ceritanya.

Gue mayan kaget karena buku ini ga banyak dibaca sama temen - temen penggemar J-Lit yang gue kenal wkwkwk, dimana yang ngerate dan baca di Goodreads juga ga sampe 100. Gue rekomendasi banget the Confession of the Sirens ini kalau nyari misteri dan thriller yang juga mengulik sisi kelam jurnalisme. 

Expand filter menu Content Warnings