Scan barcode
A review by renpuspita
Jejak Balak by Ayu Welirang
challenging
dark
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.25
BAGUS..dan emang pantes jadi juara dua Lomba Novel Thriller GPU walau bikin gue jadi penasaran juga yang juara satu apa bakal lebih bagus dari Jejak Balak ini.
Kalau baca sekilas dari blurb buku, mau ga mau gue keinget Sisi Liar karya Tsugaeda. Sama - sama membahas tentang pembalak liar, perburuan dan juga fokus sama si raja rimba. Bedanya, kalau di Sisi Liar banyakan jalan-jalannya, maka Ayu Welirang memilih untuk memfokuskan cerita di satu daerah aja yaitu Pasaman Barat. Jujur gue belum pernah ke daerah Sumbar karena selama di kantor gue cuma dinas paling jauh ke Prabumulih dan Palembang untuk daerah Sumatra. Tapi karena di proyek sekarang salah satu manajer gue orang Padang dan banyak juga orang Padang (sama Batak) di kantor, jadi gue cukup ngerti apa yang diomongin beberapa tokoh di buku ini dan juga bisa membayangkan logat mereka.
Menurut gue penulisan Ayu Welirang untuk Jejak Balak sangat rapi dan memang dia udah banyak nulis ya. Dialognya pun jauh dari kata kaku serta penempatannya juga pas. Kalau lagi di Jakarta ya wajar Dima ber-loe gue atau saat ketemu orang Jakarta waktu di Padang. Tapi setelah ketemu Timur, Teti dan Agam ya dia pakai aku. Uniknya, untuk memperlihatkan kedekatan Timur sama Dima, Timur yang awalnya pakai "kau" beralih jadi "kamu". Ini mungkin kayak remeh ya, tapi bagi gue penulisan dialog di novel bahasa Indo itu penting mengingat bahasa kita ada formal dan informalnya. Bakal aneh lah kalau sepanjang novel Dima sama Timur ngomongnya kaku banget bak lagi baca pidato. Kerenyahan dialog yang digunakan semua karakternya ini yang menjadi nilai tambah buat Jejak Balak karena gue ga harus mengernyit baca buku ini. Meski saat Mahzar manggil Dima "Mbak" gue agak terkekeh sih, apa mungkin di kantor Mahzar banyak orang Jawa jadi dia ga segan manggil Dima "Mbak" yah?
Dari segi cerita, banyak yang ingin dibahas oleh authornya walau tetap fokusnya adalah pada lingkungan. Mulai dari pembalakan liar, penjualan tanah adat untuk perluasan lahan sawit dan perburuan hewan - hewan yang dilindungi. Gue dapat insight baru juga terkait tradisi suku Mentawai karena Timur asli Mentawai dan tak lupa diselipkan perlakuan Orba sama suku Mentawai. Orde yang ga ada bagus2nya emang orba ini, heh! Gue juga suka sama interaksi Timur dan Dima yang walau awalnya berbeda bak kutub utara dan selatan, akhirnya malah kerja sama dan bahkan saling menyelamatkan saat mereka akhirnya bertemu sama si Inyiak Balak yang sudah membunuh beberapa pekerja perusahaan sawit setempat. Hubungan mereka berdua sih platonik ya, walau emang ada hint romansa sedikit tapi ga lebay. Halah, Timur aja ngasal ngomong pengen nikahin Dima di akhir cerita cuma biar ga ngekos, jadi gue anggap seandainya mereka jadian bakal cocok tapi untuk temenan pun cocok juga.
Karakter-karakter selain Dima dan Timur juga ditulis cukup baik dan karakter penjahatnya pun juga punya alasan kenapa menjadi Inyiak Balak. Dari judul sebenarnya juga jelas dimana Balak berarti belang, yaitu hitam putih. Bagaimana tersirat bahwa apa yang dilakukan si Inyiak memang terkesan hitam putih walau kemarahannya karena perusakan hutan di daerah Pasaman memang valid, tapi tentunya ada cara lain kan? Endingnya sendiri walau ditutup dengan rapi menyisakan beberapa kemungkinan - kemungkinan yang tentunya ga mungkin gue bahas, entar spoiler wkwk. Kalaupun ada yang kurang, gue ga sreg sama pengulangan deskripsi karakternya terutama Dima. Sering banget ditulis "gadis berambut bob" atau "wartawan/gadis ibukota itu". Yaelah, tulis aja "Dima" atau cukup gadis itu. Apalagi Timur juga ditulis "cowok gondrong". Diulang - ulang terus jadi agak kesel bacanya :P.
Jejak Balak jadi salah satu novel yang akan gue rekomen kalau nyari thriller karya author Indo yang seru, rapi penulisannya dan bener -bener ngajak kamu deg2an pas baca nasib Dima dan Timur saat mereka berhadapan dengan si Inyiak Balak. Gue juga ga keberatan kalau nanti ada kisah lanjutan Dima dan Timur saat investigasi kasus - kasus lain soalnya chemistry mereka tuh, top banget!
Kalau baca sekilas dari blurb buku, mau ga mau gue keinget Sisi Liar karya Tsugaeda. Sama - sama membahas tentang pembalak liar, perburuan dan juga fokus sama si raja rimba. Bedanya, kalau di Sisi Liar banyakan jalan-jalannya, maka Ayu Welirang memilih untuk memfokuskan cerita di satu daerah aja yaitu Pasaman Barat. Jujur gue belum pernah ke daerah Sumbar karena selama di kantor gue cuma dinas paling jauh ke Prabumulih dan Palembang untuk daerah Sumatra. Tapi karena di proyek sekarang salah satu manajer gue orang Padang dan banyak juga orang Padang (sama Batak) di kantor, jadi gue cukup ngerti apa yang diomongin beberapa tokoh di buku ini dan juga bisa membayangkan logat mereka.
Menurut gue penulisan Ayu Welirang untuk Jejak Balak sangat rapi dan memang dia udah banyak nulis ya. Dialognya pun jauh dari kata kaku serta penempatannya juga pas. Kalau lagi di Jakarta ya wajar Dima ber-loe gue atau saat ketemu orang Jakarta waktu di Padang. Tapi setelah ketemu Timur, Teti dan Agam ya dia pakai aku. Uniknya, untuk memperlihatkan kedekatan Timur sama Dima, Timur yang awalnya pakai "kau" beralih jadi "kamu". Ini mungkin kayak remeh ya, tapi bagi gue penulisan dialog di novel bahasa Indo itu penting mengingat bahasa kita ada formal dan informalnya. Bakal aneh lah kalau sepanjang novel Dima sama Timur ngomongnya kaku banget bak lagi baca pidato. Kerenyahan dialog yang digunakan semua karakternya ini yang menjadi nilai tambah buat Jejak Balak karena gue ga harus mengernyit baca buku ini. Meski saat Mahzar manggil Dima "Mbak" gue agak terkekeh sih, apa mungkin di kantor Mahzar banyak orang Jawa jadi dia ga segan manggil Dima "Mbak" yah?
Dari segi cerita, banyak yang ingin dibahas oleh authornya walau tetap fokusnya adalah pada lingkungan. Mulai dari pembalakan liar, penjualan tanah adat untuk perluasan lahan sawit dan perburuan hewan - hewan yang dilindungi. Gue dapat insight baru juga terkait tradisi suku Mentawai karena Timur asli Mentawai dan tak lupa diselipkan perlakuan Orba sama suku Mentawai. Orde yang ga ada bagus2nya emang orba ini, heh! Gue juga suka sama interaksi Timur dan Dima yang walau awalnya berbeda bak kutub utara dan selatan, akhirnya malah kerja sama dan bahkan saling menyelamatkan saat mereka akhirnya bertemu sama si Inyiak Balak yang sudah membunuh beberapa pekerja perusahaan sawit setempat. Hubungan mereka berdua sih platonik ya, walau emang ada hint romansa sedikit tapi ga lebay. Halah, Timur aja ngasal ngomong pengen nikahin Dima di akhir cerita cuma biar ga ngekos, jadi gue anggap seandainya mereka jadian bakal cocok tapi untuk temenan pun cocok juga.
Karakter-karakter selain Dima dan Timur juga ditulis cukup baik dan karakter penjahatnya pun juga punya alasan kenapa menjadi Inyiak Balak. Dari judul sebenarnya juga jelas dimana Balak berarti belang, yaitu hitam putih. Bagaimana tersirat bahwa apa yang dilakukan si Inyiak memang terkesan hitam putih walau kemarahannya karena perusakan hutan di daerah Pasaman memang valid, tapi tentunya ada cara lain kan? Endingnya sendiri walau ditutup dengan rapi menyisakan beberapa kemungkinan - kemungkinan yang tentunya ga mungkin gue bahas, entar spoiler wkwk. Kalaupun ada yang kurang, gue ga sreg sama pengulangan deskripsi karakternya terutama Dima. Sering banget ditulis "gadis berambut bob" atau "wartawan/gadis ibukota itu". Yaelah, tulis aja "Dima" atau cukup gadis itu. Apalagi Timur juga ditulis "cowok gondrong". Diulang - ulang terus jadi agak kesel bacanya :P.
Jejak Balak jadi salah satu novel yang akan gue rekomen kalau nyari thriller karya author Indo yang seru, rapi penulisannya dan bener -bener ngajak kamu deg2an pas baca nasib Dima dan Timur saat mereka berhadapan dengan si Inyiak Balak. Gue juga ga keberatan kalau nanti ada kisah lanjutan Dima dan Timur saat investigasi kasus - kasus lain soalnya chemistry mereka tuh, top banget!
Graphic: Animal cruelty, Death, Blood, Murder, and Injury/Injury detail
Moderate: Panic attacks/disorders, Vomit, and Death of parent
Minor: Drug use, Genocide, and Religious bigotry