Scan barcode
A review by renpuspita
Kedai 1002 Mimpi by Valiant Budi
emotional
inspiring
reflective
slow-paced
3.0
Gue masih teringat baca Kedai 1001 Mimpi 10 tahun lalu, tepatnya di 2013, dimana buku itu bikin gue terhenyak. Mind opening banget lah bahasa jakselnya (halah). Baca tulisan Valiant Budi -yang akrab dipanggil Vabyo- tentang pengalamannya jadi TKI di Arab Saudi, dimana dia jadi barista buat Sky Rabbit (gue mikir ini kayaknya Starbak versi Arab bukan sih?) memang jauh lebih "mengguncang iman, membuka cakrawala" yang sesungguhnya ketimbang The Da Vinci Code. Karena ya, bayangan gue dulu orang Arab Saudi kan kayak suci tak bernoda bak abis mandi rinso tiap hari, padahal berita penyiksaan TKI sudah marak sebelumnya. Gaya tulis Vabyo yang blak - blakan dan penuh sarkasme memang membuat buku Kedai 1001 Mimpi saat itu jadi top read gue di 2013.
Kedai 1002 Mimpi adalah lanjutan Kedai 1001 Mimpi, dimana Ren tentu saja baru baca 9 tahun kemudian setelah bukunya diterbitkan di 2014 (kelakuan emang). Kisah - kisahnya sendiri lebih ke apa yang terjadi setelah Vabyo berhasil kabur dari Saudi dan teror yang diterima dia gegara banyak yang ga percaya sama yang dia tulis di Kedai 1001 Mimpi. Masyarakat Indonesia kebanyakan emang ga cuma mengidap fragile masculinity tapi juga fragile religiously (is that even a term?), fakta yang yang juga terpampang nyata sampai sekarang. Tone buku ini memang lebih suram, kelam dan bahkan ada suicidal thoughts dari Vabyo yang bikin gue cukup kaget karena ga ada trigger warningnya sama sekali. Jadi, gue saran, jangan baca Kedai 1002 Mimpi disaat kondisi mental kamu lagi ga bagus. Karena gue yang lagi baik - baik aja pas baca ini, cukup kepengaruh juga sama tulisan - tulisan Vabyo, di lain sisi juga kesel sama perlakuan orang - orang ke Vabyo. Kayak, gila ya manusia, pengecut banget cuma bisa nerror2 aja via sosmed tapi ga berani berhadapan langsung. Apalagi ada yang bandingin kalau pas dulu dia ke Alkhobar & Dammam (tempat Vabyo kerja di Saudi), dia ga merasakan apa yang Vabyo rasakan, dan ternyata yang bersangkutan tinggalnya di kompleks Aramco. Ya iyalah hahaha, definisi sesungguhnya orang abai berprivilege emang seperti ini.
Sayangnya, gue merasa walau tulisan Vabyo cukup rapi, gue ga merasakan apa yang dulu gue rasakan pas baca buku pertamanya (ini gimana jelasinnya ya). Pas gue buka buku Kedai 1001 Mimpi dan bandingin, oh, ternyata Kedai 1002 Mimpi ini lebih sedikit isinya dan bahkan hurufnya digedein agar terkesan berisi banyak. Agak menurun emang ya kualitas bukunya. Beberapa hal emang agak random kayak perjalanan Vabyo ke Vatikan dan London, walau akhirnya ya gue paham kenapa bagian ini ditulis. Kedai 1002 Mimpi memang terasa seperti upaya Vabyo untuk "menyembuhkan diri" setelah apa yang terjadi di buku Kedai 1001 Mimpi, namun sayangnya, keajaiban yang ada di buku 1 emang agak memudar di buku ini. Walau gitu, buku ini ga jelek - jelek amat kok. Bagian yang ada guide perjalanan ke London itu cukup membantu. Kalau udah baca Kedai 1001 Mimpi, buku ini bolehlah dibaca.
Kedai 1002 Mimpi adalah lanjutan Kedai 1001 Mimpi, dimana Ren tentu saja baru baca 9 tahun kemudian setelah bukunya diterbitkan di 2014 (kelakuan emang). Kisah - kisahnya sendiri lebih ke apa yang terjadi setelah Vabyo berhasil kabur dari Saudi dan teror yang diterima dia gegara banyak yang ga percaya sama yang dia tulis di Kedai 1001 Mimpi. Masyarakat Indonesia kebanyakan emang ga cuma mengidap fragile masculinity tapi juga fragile religiously (is that even a term?), fakta yang yang juga terpampang nyata sampai sekarang. Tone buku ini memang lebih suram, kelam dan bahkan ada suicidal thoughts dari Vabyo yang bikin gue cukup kaget karena ga ada trigger warningnya sama sekali. Jadi, gue saran, jangan baca Kedai 1002 Mimpi disaat kondisi mental kamu lagi ga bagus. Karena gue yang lagi baik - baik aja pas baca ini, cukup kepengaruh juga sama tulisan - tulisan Vabyo, di lain sisi juga kesel sama perlakuan orang - orang ke Vabyo. Kayak, gila ya manusia, pengecut banget cuma bisa nerror2 aja via sosmed tapi ga berani berhadapan langsung. Apalagi ada yang bandingin kalau pas dulu dia ke Alkhobar & Dammam (tempat Vabyo kerja di Saudi), dia ga merasakan apa yang Vabyo rasakan, dan ternyata yang bersangkutan tinggalnya di kompleks Aramco. Ya iyalah hahaha, definisi sesungguhnya orang abai berprivilege emang seperti ini.
Sayangnya, gue merasa walau tulisan Vabyo cukup rapi, gue ga merasakan apa yang dulu gue rasakan pas baca buku pertamanya (ini gimana jelasinnya ya). Pas gue buka buku Kedai 1001 Mimpi dan bandingin, oh, ternyata Kedai 1002 Mimpi ini lebih sedikit isinya dan bahkan hurufnya digedein agar terkesan berisi banyak. Agak menurun emang ya kualitas bukunya. Beberapa hal emang agak random kayak perjalanan Vabyo ke Vatikan dan London, walau akhirnya ya gue paham kenapa bagian ini ditulis. Kedai 1002 Mimpi memang terasa seperti upaya Vabyo untuk "menyembuhkan diri" setelah apa yang terjadi di buku Kedai 1001 Mimpi, namun sayangnya, keajaiban yang ada di buku 1 emang agak memudar di buku ini. Walau gitu, buku ini ga jelek - jelek amat kok. Bagian yang ada guide perjalanan ke London itu cukup membantu. Kalau udah baca Kedai 1001 Mimpi, buku ini bolehlah dibaca.
Graphic: Bullying, Panic attacks/disorders, and Suicidal thoughts
Moderate: Drug use